TIK TOK mengangkat keributan di dunia maya yang mendorong perilaku antisosial di dunia nyata.
Beberapa mantan pegawai TikTok berkata persoalan ini tidak ditangani karena takut akan memperlambat pertumbuhan bisnis aplikasi media sosial itu.
Keributan ini - di mana TikTok membawa jumlah interaksi yang berlebihan pada topik-topik tertentu - dibuktikan melalui wawancara dengan mantan staf, pengguna aplikasi, serta analisis BBC terhadap data media sosial secara luas.
Mereka telah mengakibatkan gangguan dan kekacauan dalam kehidupan sehari-hari.
Algoritme dan desain TikTok berarti orang-orang melihat video yang biasanya tidak direkomendasikan kepada mereka — yang kemudian memberi mereka insentif melakukan hal-hal yang tidak biasa dalam video mereka sendiri di platform tersebut.
TikTok telah mengambil jarak dari pecahnya kekacauan, misalnya ancaman penjarahan di Oxford Street London bulan lalu, yang menurut para politikus terkait dengan aplikasi miliaran pengguna itu.
Seperti hasil investigasi BBC yang mengidentifikasi empat episode dalam beberapa bulan terakhir di mana keterlibatan yang berlebihan di TikTok terkait dengan perilaku berbahaya:
Mantan pegawai TikTok mengibaratkan keributan ini dengan "kebakaran hutan" dan menyebutnya "berbahaya", terutama karena kebanyakan audiens aplikasi itu adalah anak muda dan mudah dipengaruhi.
Seorang juru bicara TikTok mengatakan bahwa algoritmenya "menyatukan komunitas sambil memprioritaskan keamanan". Ia berkata mereka merekomendasikan berbagai jenis konten untuk mengganggu pola yang repetitif, menghilangkan "misinformasi yang berbahaya", serta mengurangi jangkauan video dengan informasi yang tidak terverifikasi.
Kasus pembunuhan di Idaho - November 2022
Saya belum pernah mendengar tentang Moskow, Idaho, sebelum November tahun lalu. Linimasa TikTok saya dibanjiri dengan rincian pembunuhan empat siswa di kamar tidur mereka saat dua teman sekamar mereka sedang tidur — sebelum kasus itu diliput oleh banyak media.
Teori-teori spekulatif seputar siapa pelaku pembunuhan bertebaran di TikTok, tanpa disertai bukti untuk mendukungnya. Warganet di TikTok tampaknya lebih terobsesi dengan kasus ini dibandingkan platform lain. Video yang saya temukan tentang kasus ini ditonton dua miliar kali di TikTok dari November 2022 hingga Agustus tahun ini, sementara di YouTube hanya 80.000 kali.
Mantan karyawan mengatakan ini memang buah dari desain TikTok. Pengguna paling banyak melihat konten melalui halaman Untuk Anda (For You) mereka, linimasa berisi video-video pendek yang dipilih oleh algoritma supaya menarik bagi setiap individu.
Ketika Anda mengunggah video di TikTok, ia akan muncul di linimasa pengguna lain yang barangkali akan tertarik menurut TikTok, alih-alih sekadar dipromosikan ke teman-teman dan pengikut Anda seperti di beberapa jejaring sosial lainnya.
Tergantung interaksi pengguna dengan video tersebut, algoritme dapat memutuskan untuk mendorongnya ke jutaan pengguna lain dengan kecepatan dan skala yang tampaknya lebih besar daripada di platform media sosial lainnya.
Mantan karyawan juga mengatakan bahwa, sementara sebagian besar pengguna media sosial cenderung hanya mengonsumsi konten, pengguna TikTok jauh lebih sering membuat dan memposting video mereka sendiri.
Partisipasi adalah salah satu "prioritas nomor satu" TikTok, menurut dokumen internal dari tahun 2021 yang diungkap oleh Chris Stokel-Walker dalam bukunya TikTok Boom. Dia berkata kepada BBC bahwa perusahaan media sosial itu ingin para pengguna "berinteraksi aktif" dalam aplikasinya.
Unsur partisipasi itu bisa jadi menakutkan bagi orang-orang seperti Jack Showalter, dijuluki "cowok hoodie" oleh beberapa TikTokkers dan difitnah terlibat dalam pembunuhan di Idaho.
Saudara perempuan Jack mengecam berbagai ancaman dan pelecehan yang diterima keluarganya. "Ada begitu banyak korban yang diciptakan melalui video detektif-detektifan di internet," katanya.
Seorang pengguna TikTok, Olivia, tidak hanya terpukau oleh drama yang terjadi ribuan mil dari rumahnya di Florida — dia terbang selama lebih dari enam jam dan syuting di TKP selama seminggu. Setidaknya satu videonya berhasil mengumpulkan 20 juta tontonan.
"Saya merasa perlu pergi ke sana dan mencari-cari jawaban dan melihat apakah saya dapat membantu dengan cara apa pun," kata Olivia kepada saya.
Sebagai kreator konten berpengalaman yang pernah memposting video tentang beberapa kasus kriminal, dia juga mengakui bahwa konten TikTok "jauh lebih laris" ketika dia melakukan perjalanan ke TKP.
Olivia tidak secara eksplisit melontarkan tuduhan palsu kepada orang-orang. Namun dia berkata bahwa tidak seperti media berita tradisional, dia dapat memposting klaim kontroversial tanpa konfirmasi. "Saya punya kekuatan untuk melakukan itu," katanya.
Olivia mengatakan tingginya level engagement di TikTok seputar topik seperti pembunuhan di Idaho mendorong banyak pengguna untuk membuat video.
"Satu video di TikTok bisa mendapatkan jutaan pemutaran dibandingkan kalau saya memposting video yang sama di Instagram, itu hanya akan mendapatkan sekitar 200 pemutaran. Dan itu berkat algoritma Tik Tok."
Pada bulan Desember, Bryan Kohberger - seorang pria yang sebelumnya tidak disebutkan namanya oleh para detektif online - ditangkap dan kemudian didakwa dengan pembunuhan.
Kasus Nicola Bulley - Januari 2023
Tidak hanya kreator konten berpengalaman seperti Olivia, keributan TikTok juga dapat menarik orang-orang yang tampaknya tidak pernah memposting konten seperti ini sebelumnya — dan menghadiahi mereka dengan banyak penonton.
Ketika perempuan berusia 45 tahun Nicola Bulley menghilang di desa kecil St Michael di Wyre, Lancashire, Heather adalah salah satu orang yang terpikat oleh cara misteri tersebut menyebar di TikTok.
"Ketika Anda melihat video demi video tentang konten yang sama dengan topik yang sama, sangat mudah untuk berpikir, oke, saya bisa ikutan. Saya cuma orang lain," kata Heather kepada saya.
Dia memposting sebuah video yang secara keliru mengimplikasikan bahwa sahabat Nicola, Emma White, telah berpura-pura menjadi perempuan yang hilang itu. Dia berkata video tersebut mendapat 3,6 juta views dalam 72 jam.
Selama tiga minggu pertama setelah dia menghilang, saya menemukan video-video yang menggunakan tagar nama Nicola Bulley mendapat 270 juta pemutaran di TikTok, jauh lebih banyak daripada di situs-situs media sosial besar lainnya.
Media arus utama juga disalahkan karena meliput kasus ini tanpa henti, tetapi di TikTok misinformasi yang lebih eksplisit menyebar lebih cepat.
Email yang diterima Heather dari TikTok yang mendorongnya untuk terus memposting setelah spekulasinya menjadi viral dan memuji postingannya sebagai hit.
Dia berkata perasaan "berdaya" dan "istimewa" yang dia rasakan karena perhatian ini dapat mengubah perilaku orang.
Sekarang dia mengaku menyesal atas perannya dalam kehebohan itu dan telah menghapus video-videonya.
Heather tidak pernah datang sendiri ke lokasi kehilangan, tetapi banyak TikToker lainnya melakukannya.
Polisi mengkritik campur tangan orang-orang dalam kasus ini hanya untuk membuat video media sosial, dan akhirnya mengeluarkan perintah pembubaran, yang mengizinkan petugas untuk mengusir orang-orang dari area penyelidikan demi mencegah perilaku anti-sosial.
Jenazah Nicola Bulley ditemukan pada tanggal 17 Februari di sungai tak jauh dari lokasi dia menghilang. Penyelidikan menyimpulkan bahwa penyebab kematiannya adalah tenggelam secara tidak sengaja.
Seorang juru bicara untuk TikTok mengatakan kepada BBC bahwa "wajar" bila pengguna menjadi lebih tertarik pada cerita-cerita pada "momen percakapan nasional, yang menjadi semakin intens karena pemberitaan 24 jam". Mereka juga menunjukkan bahwa BBC telah membuat postingan di TikTok tentang banyak cerita seperti ini.
Unjuk rasa dan kerusuhan - Februari 2023 dan Juni 2023
Acara di sekolah-sekolah di Inggris dan jalanan Prancis menunjukkan bagaimana TikTok dapat membantu eskalasi gangguan sosial serta menyebarkannya dari satu tempat ke tempat lain.
Pada Februari 2023, unjuk rasa menentang kebijakan SMA Rainford di Merseyside untuk mengukur panjang rok murid perempuan dipos di TikTok. Dalam tiga hari, siswa di lebih dari 60 sekolah telah mengadakan dan memfilmkan unjuk rasa versi mereka sendiri. Seminggu kemudian, siswa di lebih dari 100 sekolah telah terlibat.
Dalam beberapa kasus, unjuk rasa itu juga lepas kendali: jendela-jendela dihancurkan, pohon-pohon dibakar, dan guru-guru diserang.
"Saya merasa TikTok sekarang memungkinkan orang-orang untuk mengambil satu hal yang viral di satu sekolah dan membawanya ke seluruh wilayah dan menjadikannya kompetisi tentang sekolah mana yang lebih hebat dan membuatnya jadi lebih ekstrem," kata Jasmine, seorang mantan moderator TikTok.
Menurut TikTok, kebanyakan video yang beredar menunjukkan siswa ikut serta dalam demonstrasi damai - namun guru dan siswa yang saya wawancarai khawatir mengenai efek kumulatif semua video tersebut.
Selama unjuk rasa di sekolah-sekolah berlangsung, saya memutuskan untuk melihat jenis konten seperti apa yang dapat direkomendasikan TikTok pada sebuah akun samaran yang berpura-pura jadi remaja lelaki berusia 15 tahun dengan minat yang tipikal, misalnya sepak bola.
Setelah direkomendasikan video tentang sepak bola dan video gim, video keempat yang muncul berasal dari seorang influencer berusia 25 tahun bernama Adrian Markovac. Selain mempromosikan pengembangan diri, beberapa videonya mendorong pemberontakan terhadap aturan sekolah tentang seragam, pekerjaan rumah, dan meminta izin untuk pergi ke toilet, serta memanggil guru dengan julukan yang ofensif.
Di antara komentar-komentar di bawah videonya terdapat beberapa remaja di Inggris mengatakan mereka telah diskors atau diusir dari sekolah setelah menuruti nasihat Markovac.
Dalam wawancara dengan BBC, Markovac berkata dia mendorong anak-anak muda untuk "memberontak terhadap aturan-aturan konyol", tetapi dia berkata dia tidak bertanggung jawab atas keputusan buruk yang dilakukan minoritas penontonnya.
Beberapa bulan setelah unjuk rasa sekolah, kerusuhan menyebar di Paris dan daerah-daerah lain di Prancis setelah kematian remaja berusia 17 tahun Nahel M, yang ditembak oleh seorang petugas polisi, yang belakangan didakwa dengan pembunuhan. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyalahkan kerusuhan tersebut pada TikTok dan Snapchat.
Tetapi benarkah memang ada kehebohan di TikTok? Ataukah sang Presiden Prancis hanya lepas tanggung jawab?
Rasa ketidakadilan seputar kematian Nahel berarti kerusuhan dimulai tanpa pengaruh media sosial.
Tetapi perhatian yang didapatkan isu ini di TikTok saya lihat lebih tinggi dibandingkan platform-platform lain. Saya menemukan video publik di Snapchat yang menggunakan nama Nahel dengan dengan 167.700 views (tidak termasuk beberapa video yang mungkin telah beredar di chat pribadi). Di TikTok, video publik yang menggunakan tagar tersebut mengumpulkan 850 juta views.
Di sebuah kota kecil, Viry-Châtillon, di pinggiran kota Paris, video-video menunjukkan sebuah bus terbakar dan kios-kios koran dirusak. Jean-Marie Vilain, sang walikota, berkata demonstrasi jarang terjadi di kota itu.
Namun apa yang "luar biasa dan dramatis" menurut dia adalah kerusuhan menyebar ke "provinsi-provinsi, ke kota-kota, ke kota-kota kecil di mana tidak ada yang terjadi, di mana semuanya baik-abik saja" — sejauh Provence dan Guadeloupe.
"Sayang sekali, setelah kerusuhan terjadi, TikTok menjadi alat untuk menunjukkan, nih, lihat ini yang bisa aku lakukan. Apa kamu bisa lebih dari ini?" kata Vilain kepada saya. Klaimnya didukung oleh video-video yang saya temukan di TikTok, yang menjadi semakin ekstrem seiring kerusuhan berlangsung.
Berdasarkan percakapannya dengan pengunjuk rasa, Vilain juga berkata menyaksikan tindakan penghancuran dibagikan secara luas di TikTok "menjadi hal biasa" bagi beberapa orang. Para pengguna TikTok yang membagikan konten ini mengatakan hal yang sama kepada saya lewat pesan.
'Bukan prioritas'
Beberapa mantan karyawan TikTok di AS dan Inggris berkata bahwa membatasi konten-konten rusuh yang berbahaya ini bukanlah prioritas bagi perusahaan media sosial itu, karena dapat memperlambat pertumbuhan pesat aplikasi tersebut.
Salah satu dari mereka, yang saya sebut Lucas, pernah bekerja di divisi strategi dan analisis data di perusahaan tersebut. Dia berkata TikTok tidak siap untuk menjadi lebih dari sekadar aplikasi untuk video joget.
"Ia tumbuh begitu cepat sehingga mereka tidak mungkin mengejar atau memprediksi setiap cara aplikasi ini akan digunakan," ujarnya.
"Tetapi dalam hal konten berbahaya, setidaknya saya tidak pernah mendengar mereka berusaha secara proaktif mencegah mereka dari menjadi populer. Dan secara umum, mereka tidak mau melakukan itu, mereka tidak mau menghalang-halangi hiburan berkembang dengan cepat di platform mereka."
TikTok sendiri mengatakan mereka punya lebih dari 40.000 "tenaga keamanan profesional" yang menggunakan teknologi untuk memoderasi konten, dengan "mayoritas besar" video dengan misinformasi berbahaya tidak pernah mendapat satu pun penonton.
"Memprioritaskan keamanan tidak hanya benar, itu juga masuk akal secara bisnis," kata sang juru bicara.
Perusahaan juga mengatakan mereka berkolaborasi dengan akademisi, lembaga penegak hukum, dan pakar lainnya untuk terus memperbaiki prosesnya. (*)
Tags : Media sosial, Internet, Teknologi, Kaum muda,