AGAMA –Terdapat tujuh siasat dan tipu daya setan untuk menjerat manusia. Manusia yang ingin selamat dari siasat dan tipu daya setan perlu memahami apa saja siasat dan tipu daya setan tersebut.
Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali atau Imam Al-Ghazali dilansir dari Kitab Minhaj al-Abidin yang diterjemahkan Abu Hamas As-Sasaky dan diterbitkan Khatulistiwa Press 2013, menjelaskan tujuh siasat dan tipu daya setan, di antaranya:
Pertama, mencegah. Dengan cara mencegah seorang hamba mengerjakan amal ibadah. Jika seorang hamba dilindungi oleh Allah Ta'ala dan menolak bujukan setan itu dengan mengatakan, “Aku sangat membutuhkan amal baik, sebab aku harus membawa bekal dari dunia yang fana ini untuk menuju akhirat yang abadi.” Maka setan itu akan melanjutkan dengan cara yang kedua.
Kedua, menunda. Setan membisikkan kepada seorang hamba untuk menunda-nunda mengerjakan amal ibadahnya. Jika seorang hamba dilindungi oleh Allah dan menolak bisikan itu dengan mengatakan, "Ajalku tidak berada di tanganmu, maka aku tidak akan menunda-nunda amal ibadahku hari ini untuk esok hari. Jika aku menunda amal hari ini untuk esok, maka kapan aku akan mengerjakan amal esok harinya? Sebab, setiap hari itu ada amalannya." Maka setan akan melanjutkan dengan menggunakan cara yang ketiga.
Ketiga, tegesa-gesa.
Setan menganjurkan kepada seorang hamba untuk tergesa-gesa dalam mengerjakan amal ibadah. Setan membisikkan, “Tergesa-gesalah, agar kamu cepat-cepat terbebas dari ini dan itu.”
Apabila Allah melindungi seorang hamba dan hamba tersebut menolaknya dengan mengatakan, “Amal yang sedikit tetapi sempurna adalah lebih baik daripada amal yang banyak tapi kurang sempurna.” Maka setan akan melanjutkan dengan menggunakan cara yang keempat.
Keempat, agar dilihat manusia. Setan membisikkan kepada seorang hamba untuk mengerjakan ibadahnya sebagus mungkin agar orang-orang tahu bahwa ia seorang ahli ibadah. Jika Allah melindungi hamba tersebut dan dia menolak bisikan itu dengan mengatakan, “Apa perlunya aku beramal untuk dilihat manusia. Cukup bagiku penglihatan Allah Ta'ala?” Maka setan akan melanjutkan dengan menggunakan cara yang kelima.
Kelima, mengagumi amal sendiri. Setan ingin menjerumuskan seorang hamba pada perbuatan ujub (mengagumi amal sendiri), dengan mengatakan, "Betapa hebatnya kamu, dan betapa bersemangatnya kamu dalam beramal ibadah."
Jika Allah Ta'ala melindungi hamba tersebut yang kemudian menolak pujian itu dengan mengatakan, “Anugerah itu milik Allah yang diberikan kepadaku. Dialah yang menentukannya kepadaku dengan taufik-Nya dan menjadikan amalku memiliki nilai yang besar. Kalau bukan karena anugerah-Nya, maka apalah nilai amal ini di samping nikmat Allah Ta'ala yang telah diberikan kepadaku, juga di samping kedurhakaanku kepada-Nya." Maka setan pun akan melanjutkan dengan menggunakan cara yang keenam.
Keenam, siasat. Ini cara yang paling dahsyat, yang tidak banyak diketahui orang kecuali yang memiliki hikmah. Setan mengatakan kepada seorang hamba, “Bersungguh-sungguhlah kamu beramal ibadah dengan rahasia, karena Allah yang menampakkan ibadah dan ketaatanmu itu ke masyarakat, dan itu akan membuatmu dikenal banyak orang.” Setan mengatakan demikian agar seorang hamba merasa riya.
Jika Allah Ta'ala melindungi hamba itu dan ia menolak tipu daya setan dengan mengatakan, “Hai makhluk terlaknat, sampai saat ini kamu telah mendatangi aku dari berbagai sisi yang akan merusak amalku. Sekarang kamu mendatangi aku dari sisi yang sepertinya baik padahal bermaksud merusak. Aku ini hanyalah hamba Allah, dan Dia adalah majikanku. Apabila Dia berkehendak, maka amal ibadahku akan ditampakkan-Nya atau disembunyikan-Nya. Jika berkehendak, Dia akan menjadikanku sebagai orang yang terpandang atau seorang yang hina. Itu bergantung kepada-Nya semata. Aku tidak peduli, apakah hal itu ditampakkan pada manusia atau tidak ditampakkan. Sebab, tidak ada kekuasaan apa-apa di tangan mereka.” Maka setan akan melanjutkan dengan menggunakan cara yang terakhir.
Setelah gagal dengan enam cara sebelumnya, setan kini mendatangi seorang hamba dengan menggunakan cara terakhir yakni cara ketujuh.
Ketujuh, siasat terakhir. Setan berkata, “Wahai manusia, janganlah kamu menyusahkan diri dengan melakukan amal ibadah seperti itu. Sebab, jika Allah telah menetapkan kamu sebagai orang yang bahagia di alam akhirat kelak, maka kamu meninggalkan ibadah pun tidak berpengaruh apa-apa. Kamu tetap akan menjadi orang yang berbahagia. Sebaliknya, jika kamu telah ditetapkan oleh-Nya sebagai orang yang celaka, tidak ada gunanya kamu beramal ibadah, karena kamu tetap akan celaka di akhirat nanti. Karena semuanya telah ditetapkan takdirnya oleh Allah, maka perbuatan baik atau burukmu tidak berpengaruh apa-apa terhadap nasibmu di akhirat kelak.”
Jika seorang hamba dilindungi oleh Allah dan ia menolak bujukan setan itu dengan mengatakan, “Aku hanyalah seorang hamba dan hamba itu harus menjalankan perintah untuk menyembah-Nya. Sedang Allah itu lebih tahu mengenai Rububiyyah-Nya, Dia dapat menghukum siapa saja yang Dia kehendaki dan dapat melakukan apa saja yang Dia inginkan. Bagaimana pun juga, beramal itu lebih bermanfaat bagiku."
"Sebab, jika aku diciptakan bahagia, maka aku tetap membutuhkannya untuk menyempurnakan pahalaku. Jika aku celaka, maka aku tetap membutuhkannya, agar aku tidak menyesali diriku nantinya. Karena Allah tidak akan mencelakakan dan menyiksaku lantaran aku taat kepada-Nya. Kalaupun aku dimasukkan ke dalam neraka karena ketaatanku, maka itu lebih aku sukai daripada aku dimasukkan ke dalam neraka karena perbuatan durhaka yang telah aku lakukan."
"Namun, bagaimana bisa demikian, sedangkan janji-Nya adalah tepat dan firman-Nya adalah benar? Dia telah menjanjikan balasan pahala bagi hamba-hamba-Nya yang taat. Maka, siapa saja yang menjumpai Allah Ta'ala dalam keadaan beriman dan taat, ia samasekali tidak akan dimasukkan ke dalam neraka, dan malah akan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Bukan karena ia (hamba itu) berhak mendapatkan surga lantaran amal yang dikerjakannya, akan tetapi karena janji Allah Yang Mahatinggi lagi Mahasuci itu benar.”
Dalam kitab Minhajul Abidin yang ditulis Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali atau yang dikenal Imam Al-Ghazali dijelaskan bahwa para ulama memberi tahu tiga cara untuk mengalahkan setan.
Di dalam kitabnya, Imam Al-Ghazali mengatakan Allah memerintahkan kita untuk memerangi setan dan menyiapkan diri sepenuhnya untuk menghadapi peperangan melawan setan. Para ulama memberi nasihat, diperlukan tiga cara untuk bisa mengalahkan setan.
Pertama, mengenal, mempelajari perangkap, dan tipu daya setan. Jika setan tahu bahwa kamu telah menguasai perangkap dan tipu daya setan, maka setan tidak berani mendekati kamu. Ini ibarat seorang pencuri, yang segera lari menghindar karena si pencuri merasa pemilik rumah bangun dan mengetahui keberadaannya.
Kedua, jangan pernah menanggapi ajakan setan, termasuk dengan menunjukkan minat dan coba mengikuti langkahnya. Sebab ajakan setan itu bagaikan anjing yang menggonggong, jika kamu mendatanginya, maka anjing itu akan menyerang dan menggigit kamu. Akan tetapi, jika kamu menghindarinya, maka lama-lama anjing tersebut akan diam.
Ketiga, terus-menerus berzikir kepada Allah, baik dengan lisan maupun dengan hati kamu. Karena Nabi Muhammad SAW pernah bersabda seperti ini.
Rasulullah SAW bersabda, "Bahwa kedudukan zikrullah terhadap setan adalah bagaikan luka pada anak Adam (manusia).”
Lantas, bagaimana caranya mengetahui tipu daya setan dan bagaimana bisa memahami hal itu? Imam Al-Ghazali menjelaskan ada dua cara untuk mengenali tipu daya setan.
Pertama, setan menyerang korbannya dengan cara membidik mereka dengan bisikan-bisikan, seperti panah yang dilesatkan dari busurnya. Kamu dapat mengenali anak panah setan itu dengan merasakan bisikan-bisikan yang beraneka ragam itu.
Kedua, senjata kedua setan adalah para muridnya yang sudah berhasil ia jerat. Hal itu dapat kamu kenali dengan mengetahui jenis-jenis tipu daya dan sifat-sifatnya, juga cara menyerangnya. (*)
Tags : Minhajul Abidin, imam al ghazali, cara mengalahkan setan, memerangi setan, setan tipu daya setan, siasat setan, godaan setan, tipu daya setan, cara setan menggoda manusia, cara setan menjerumuskan manusia, berlindung dari godaan setan,