PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Warga di lingkungan Rukun Tetangga [RT] 01 dan RT03/RW03, Kelurahan Sidomulio Timur, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru masih menghadapi 'buah simalakama' bahkan pasrah menunggu kedatangan maut.
"Tiang tower ponsel berdiri ditengah permukiman penduduk sampai menunggu datangnya maut."
"Tiang tower ponsel yang diketahui milik XL terus mengincar keselamatan nyawa banyak orang disini," kata Ny Eti, warga RT03 belum lama ini.
"Sedari awal saya tidak setuju dengan pendirian tower ponsel di tengah pemukiman penduduk," kata dia yang tiang tower itu berdiri mirip didepan rumahnya.
Tetapi dia mengaku, penolakannya tempo hari itu kenyataannya tak digubris.
Eti menaruh sangat kesal bercampur khawatir dengan pendirian tower ponsel dan menceritakan kegelisahaanya saban hari melihat tiang-tiang besi tegak lurus menjulang tinggi yang terlihat persis didepan rumahnya.
"Mau menolak pendirian tower ponsel kenyataannya sipemilik tanah tak menggubris ketidaksetujuan kita, tetapi saya juga tak mengerti awal pendiriannya sipemilik tower dan lahan mendapat persetujuan warga mana," tanya dia.
Alhasil, pendirian tower dengan ketinggian mencapai 60 meter lebih itu yang berada di tengah permukiman warga RT01 dan RT03 sudah berjalan lebih kurang 15 tahun terakhir.
Warga setempat terus merasa dihantui ancaman bahaya dan merasa khawatir akan terkena dampak radiasi maupun dampak lainnya yang ditimbulkan.
"Tetapi mengingatkan peristiwa naas di Pulau Jawa, salah satu tower ponsel rubuh menimpa 40 rumah disekitar radius 40 meter hingga menelan korban jiwa sempat jadi viral"
"Tower milik salah satu profider tepat berada di depan rumah warga ditengah pemukiman penduduk dikhawatirkan terus menimbulkan dampak hebat jika pemancar telekomunikasi itu suatu ketika tanpa disadari jatuh/tumbang," kata M Majid [Le Majid], salah satu warga setempat yang menaruh khawatir.
Ia mengaku saban hari dirinya memandangi terus tiang baja berdiri tegak lurus di antara sisi rumah penduduk seakan menggambarkan ancaman serius.
”Tergantung arahnya kemana jika tiang tower itu tumbang, ya kan bila ke arah barat maka bisa dipastikan rumah sayalah yang akan roboh tertimpa."
"Ada tiga dampak yang ditimbulkan sejak beroperasinya tower itu. Di antaranya, radiasi pancaran/hawa elektronik, sambaran petir, sama efek robohnya,” katanya.
"Radiasi itu bisa menyebabkan gangguan kesehatan, seperti vertigo, telinga berdenging, kanker, kerusakan DNA pada janin, sehingga dapat menyebabkan bayi lahir cacat, dan gangguan metabolisme tubuh."
"Belakangan warga sempat mencemaskan dengan tiang tower yang berdiri kokoh ini, pemasangan penangkal petir diketahui tidak sampai kedalam tanah, menyebabkan pantulan ke rumah warga dan berakibat getaran tanah yang mengeluarkan arus sengatan listrik," cerita dia.
Tetapi pemilik profider telah memperbaikinya, sehingga kerugian yang dialami warga tidak "berkepanjangan".
”Selama tiang tower itu beroperasi warga disini mengalami kerugian tak sedikit alat elektronik mengalami kerusakan. Seperti TV, Kulkas dan handphone,” kata Yoyon warga yang mengontrak rumah petakan yang persis berdampingan dengan tower.
Tak hanya itu, lokasi berdirinya tower ditengah permukiman warga membuat dirinya juga khawatir jika suatu saat terjadi angin kencang.
Apalagi, saat musim hujan. ”Sering terjadinya angin kencang di sekitar tower dan ini memungkinkan dapat meningkatkan risiko jatuhnya material tower, bahkan robohnya tower,” tandasnya.
Hal senada diungkapkan warga lainnya, Riko. Dia mengaku menolak adanya pendirian tower tersebut dengan alasan yang sama.
Dia berharap dari semula tower tersebut tidak sampai beroperasi. ”Saya sangat-sangat tidak setuju. Karena nantinya akan berdampak pada warga sekitar,” ujarnya.
Indera Kurniawan SH, Ketua RT03 mengakui, dengan adanya tower di tengah perkampungan itu dirinya juga khawatir terhadap radiasi yang ditimbulkan bisa berakibat fatal terhadap anak-anak yang bermain di sekitar tower.
”Imbasnya itu banyak. Seperti ke anak kecil yang main di situ,” katanya.
Memang disekitar tower dipagari kawat yang tinggi, di sisi lain, lanjut dia, selama ini belum ada sosialisasi yang difasilitasi pemerintah di kelurahan.
Sehingga menambah kekhawatiran. ”Tidak ada sosialisasi sama sekali. Tiba-tiba sudah berdiri. Nah, kalau nantinya terjadi kecelakaan siapa yang bertanggung jawab?.”
"Pemilik tower memberikan kompensasi pada pihak pemuda dilingkungan ini sejumah Rp500.000 perbulan. Tetapi saya tidak setuju dengan besaran konpensasi itu melainkan sebaiknya setiap warga diberi ansuransi keselamatan jiwa," cetusnya.
Sementara pihak kelurahan Sidomulyo Timur didengar kabar tidak memfasiltasi sosialisasi pendirian tower itu. Sebab hal tersebut dinilai menjadi kewenangan antara pemilik lahan dan warga setempat.
Pihak kelurahan hanya bisa memberikan izin jika warganya yang berada di area tower sudah sepakat.
”Saya serahkan sepenuhnya kepada warga. Karena ini bukan hajatnya Kelurahan. Kalau warga setuju ya monggo (silakan, Red). Tapi, kalau tidak setuju tidak berani apa-apa,” kata salah satu staf di kelurahan itu.
Warga bertanya-tanya
Pendirian sebuah tower milik operator seluler [XL] ditengah permukiman penduduk di lingkungan RT01/RT03 ini sudah berjalan 15 tahun terakhir, mengingat pemilik lahan almarhumah Hj Suratman dikabarkan tidak akan menyambung masa kontrak sewanya.
Tetapi desakan ketidaksetujuan warga dicampur rasa kegelisahan/kekhawatiran mulai kuat mengemuka. Penolakan diperpanjangnya kontrak antara pemilik lahan dengan operator seluler.
Warga minta supaya tower tersebut dirobohkan dan pindah dari tempat lain sudah didengar pemilik lahan.
Warga juga bertanya-tanya bagaimana prosedur yang harus dilakukan untuk menolak perpanjangan kontrak sewa tersebut sedangkan pemilik lahan sudah memperpanjang masa sewa lahan, termasuk melapor ke dinas atau departemen mana saja.
Secara spesifik apa yang dimaksud dengan tower milik operator seluler. Menurut asumsinya bahwa tower milik operator seluler tersebut adalah Menara Telekomunikasi sebaimana diatur dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 02/Per/M.Kominfo/03/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi (“PermenKominfo 02/2008”) dan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor: 18 Tahun 2009; Nomor: 07/Prt/M/2009; Nomor: 19/Per/M.Kominfo/03/2009; Nomor: 3/P/2009 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi (“Peraturan Bersama Menteri”).
Sebagaimana diatur Pasal 1 angka 8 Peraturan Bersama Menteri, Menara Telekomunikasi, yang selanjutnya disebut Menara adalah bangunan-bangunan untuk kepentingan umum yang didirikan di atas tanah, atau bangunan yang merupakan satu kesatuan konstruksi dengan bangunan gedung yang dipergunakan untuk kepentingan umum yang struktur fisiknya dapat berupa rangka baja yang diikat oleh berbagai simpul, dimana fungsi desain dan konstruksinya disesuaikan dengan sarana penunjang menempatkan perangkat telekomunikasi.
Dengan asumsi bahwa menara sudah berdiri, maka perizinan Menara tersebut telah terpenuhi. Sebagaimana diatur Pasal 4 ayat (1) Peraturan Bersama Menteri, Pembangunan Menara wajib memiliki Izin Mendirikan Bangunan Menara dari Bupati/Walikota, kecuali untuk provinsi DKI Jakarta wajib memiliki Izin Mendirikan Bangunan Menara dari Gubernur. Izin Mendirikan Bangunan Menara adalah izin mendirikan bangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 ayat 10 Permenkominfo 2/2008).
Lebih lanjut, Pasal 11 ayat (1) Peraturan Bersama Menteri mengatur bahwa Permohonan Izin Mendirikan Bangunan Menara melampirkan persyaratan administratif dan persyaratan teknis. Dalam Pasal 11 ayat (2) Peraturan Bersama Menteri disebutkan pesyaratan administratif yang terdiri dari:
Jika warga setempat merasa dirugikan dengan adanya pemberian Izin Mendirikan Bangunan Menara kepada operator seluler tersebut, warga dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) untuk membatalkan pemberian Izin Mendirikan Bangunan Menara kepada operator seluler tersebut.
Dengan demikian, seandainya warga merasa dirugikan dengan adanya Menara tersebut, warga dapat menggugat ke PTUN atas penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Menara kepada operator seluler tersebut.
Namun apabila Izin Mendirikan Bangunan Menara dari operator seluler telah habis masa berlakunya, maka dengan ini warga dapat menolak perpanjangan izin tersebut dengan tidak menandatangani permintaan persetujuan perpanjangan Izin Mendirikan Bangunan Menara dari operator seluler, jelasnya.
Sementara sejauh ini adanya tower yang mengancam keselamatan nyawa warga itu, pihak Satuan Polisi Pamong Praja [Satpol PP] Kota Pekanbaru belum melakukan penyegelan.
Sejauh inipun warga RT01/RT03 belum mengadukan perihal tersebut bahkan protes keberadaan menara itu untuk dikemukakakn kepada pejabat terkait, namun rasa kekhawatir adanya menara itu terus memuncak.
Berdirinya menara-menara tower yang menyalahi aturan tidak sedikit terjadi di Kota Pekanbaru. Pihak Satpol PP bisa menindak apabila ada laporan dari warga yang selanjutnya dilakukan koordinasi dengan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) Kota Pekanbaru.
Satpol PP Pekanbaru, bisa melakukan pembongkaran menara semisal ditemukan ilegal dan memiliki unsur masalah.
Pemko Pekanbaru bahas menara tower
Sebelumnya Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru, sudah mendapat laporan dan membahas beberapa menara tower yang berakhir bermasalah.
"Tahun lalu sudah ada yang dicabut moratorium pembangunan menara telekomunikasi atau tower," kata Kepala Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Kota Pekanbaru, Firmansyah Eka Putra kepada wartawan.
Eka mengakui yang terjadi selama ini, meski sudah izin, namun untuk lokasi pembangunan dan jenis tower ke depannya harus sesuai atau mengacu pada regulasi baru yang ditetapkan Pemerintah Kota.
"Dalam regulasi baru, semuanya sudah diatur. Seperti lokasi, itu ada titik-titik yang ditentukan, tidak boleh dibangun sembarang tempat. Titik ini rencananya di atas lahan pemerintah, tujuannya meminimalisir konflik dengan masyarakat," terang Eka.
Untuk jenis tower, akan disesuaikan dengan zona. Terdapat 4 zona yang diizinkan pembangunan tower oleh Pemerintah Kota di antaranya pusat kota, lapisan kedua, ketiga dan kawasan pinggiran.
"Di tengah kota, itu jenisnya monopole atau jenis tiang saja seperti tiang lampu PJU (Penerangan Jalan Umum). Karena sesuai kemajuan teknologi, maka akan banyak tower tipe 4G, tidak perlu tinggi, hanya saja jangkauannya pendek, jadi akan membutuhkan banyak tower," ujar Eka.
"Kemudian pinggiran kota, itu khusus untuk pembangunan tower jenis kaki empat," sambung Eka.
Lantaran pembangunan tower kaki 4 atau Rectangular Tower hanya dizinkan di kawasan pinggiran, namun Eka memastikan yang sudah terlanjur didirikan di tengah kota tidak akan langsung ditertibkan.
"Tidak langsung kita potong, karena itu sudah investasi. Namun, ke depan hanya akan dikurangi, umurnya 20 tahun baru dibongkar. Jadi untuk pembongkaran ini tidak bisa serta merta, harus ada kepastian hukum. Kita juga harus memberi dan memastikan kenyamanan bagi investor yang sudah berinvestasi," tutur Eka.
Dewan perhatian serius
Banyaknya menara tower di Kota Pekanbaru juga menjadi perhatian serius Komisi IV DPRD Kota Pekanbaru.
Sebelumnya dewan sudah sering melakukan pantauan langsung terhadap pembangunan menara ini. Pantauan dilakukan karena adanya laporan warga terkait keberadaan menara ini.
Sigit Yuwono dari Komisi IV DPRD Kota Pekanbaru di depan media belum lama ini, menyatakan pihaknya perlu melakukan langkah ini sebagai upaya mengetahui peristiwa sebenarnya.
Penataan pembangunan menara telekomunikasi di Kota Pekanbaru hendaknya sesuai aturan dan berjarak dengan pemukiman warga. Dia juga mempertanyakan ijin yang dipegang.
“Sejauh ini kami ingin mengetahui pembangunan menara tersebut ada ijinya atau belum. Jika belum tentunya belum bisa diteruskan karena melanggar aturan dan belum ada ijin. Petugas Satpol PP dan bagian perijinan harus bisa memantau lokasi pendirian tower telekomunikasi yang berada ditengah permukiman penduduk ini,” jelasnya.
Menurutnya, penataan dan proses pembangunan tower di wilayah permukiman penduduk kian hari semakin banyak. Perlu diperjelas ijinnya agar sejauh mana Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari pembangunan tower di Kota Pekanbaru.
Pihaknya bukan tidak pernah melakukan pengkajian kebijakan yang diambil pemerintah tersebut. "Hal ini terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup. Sejauh ini Komisi IV juga berharap pengelolaan lingkungan hidup hendaknya berdampak positif bagi warga," sebutnya. (rp.sdp/*)
Editor: Surya Dharma Panjaitan
Tags : tiang tower ponsel, tower xl ditengah pemukiman penduduk, tower ancam keselamatan warga, tower berdiri dilingkungan rt01/rw03, kelurahan sidomulio timur, pekanbaru, tower ponsel dipemukiman penduduk belum dicabut, tower mendatangkan maut,