JAKARTA - Pemerintah memulai program vaksin penguat atau booster kemarin, tapi sejumlah ahli kesehatan mengkhawatirkan kebijakan ini mengacaukan target vaksinasi lengkap bagi lansia dan salah sasaran.
Kelompok lanjut usia (lansia) menyumbang hampir setengah dari total kematian akibat Covid-19 di Indonesia. Sementara vaksinasi lengkap untuk kelompok ini baru mencapai 44% dari target 21 juta jiwa.
Mulai kemarin 12 Januari 2022, vaksinasi booster gratis diberikan kepada masyarakat. Presiden Joko Widodo mengatakan vaksin ketiga diprioritaskan "bagi lansia dan kelompok rentan".
"Adapun syarat dan ketentuan yang dibutuhkan untuk menerima vaksinasi ketiga ini adalah calon penerima sudah menerima vaksin COVID-19 dosis kedua lebih dari enam bulan sebelumnya," kata Presiden Jokowi.
Kelompok lansia menjadi perhatian karena menyumbang porsi yang tinggi atas tingkat kematian. Jumlah kematian akibat COVID-19 di Indonesia per 12 Januari 2022 mencapai 144.150 kasus di mana mereka yang berusia di atas 60 tahun atau kelompok lansia menyumbang sekitar 46,8%.
Berikut hal-hal yang perlu diketahui mengenai vaksin booster, dan situasi terkini dari kelompok lansia. Dalam satu pekan terakhir, jumlah kasus COVID-19 meningkat hampir tiga kali lipat. Per 11 Januari kasus mencapai 802 dari satu pekan sebelumnya sebanyak 299 kasus.
Kenaikan ini setelah pemerintah pertama kali mengumumkan adanya transmisi lokal varian Omicron di penghujung 2021. Awal pekan ini, kasus Omicron transmisi lokal yang terkonfirmasi sebanyak 84 dari 506 kasus.
Sementara, pemerintah memprediksi puncak gelombang varian Omicron terjadi pada Februari mendatang hingga 60.000 kasus.
"Minggu kesatu dan kedua Februari ya sekitar 40.000 - 60.000 kasus," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi seperti dirilis BBC News Indonesia.
Nadia menambahkan, proyeksi gelombang pandemi ini akan kembali normal dua minggu setelah puncak. Hal apa yang ia sebut "berdasarkan pengalaman di negara lain".
Sementara itu, Epidemiolog, Masdalina Pane mengakui waktu untuk menerapkan vaksin booster untuk pencegahan sudah tepat. "Untuk mencegah terjadinya perburukan (kesehatan karena terinfeksi virus), kita setuju dengan booster ketiga," kata Masdalina.
Pada bulan Januari ini, pemerintah memfokuskan pemberian vaksin ketiga kepada lansia dan kelompok rentan (punya penyakit bawaan atau gangguan imunitas). Masyarakat yang menjadi prioritas ini bisa memeriksa status vaksin ketiga melalui aplikasi PeduliLindungi di telepon pintar, atau melalui situsnya.
Menurut Nadia, pemerintah sudah memasukkan data-data tersebut ke dalam aplikasi. Nantinya, pelaksanaan vaksinasi dilakukan berdekatan dengan tempat tinggal dari penerima vaksinasi tersebut. "Bisa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat," katanya.
Bagi lansia dan kelompok rentan yang belum terdaftar maka bisa langsung mendatangi puskesmas atau rumah sakit dengan menunjukkan KTP dan surat bukti vaksinasi dosis pertama dan kedua.
Siti Nadia Tarmizi mengatakan vaksin penguat untuk umum rencananya mulai dilaksanakan bulan depan. "Februari kita akan mulai untuk masyarakat umum," katanya.
Syarat dan ketentuan bagi masyarakat umum yang bisa menerima vaksin booster antara lain; berusia 18 tahun ke atas, dan telah mendapatkan vaksin dosis kedua dalam jangka waktu enam bulan.
Menurut Epidemiolog Masdalina Pane manfaat vaksin baru akan bekerja 2 - 4 minggu. "Vaksin itu nggak bisa bekerja langsung, hari ini disuntik, besok bereaksi," katanya.
Ia menyarankan lansia dan kelompok rentan (memiliki penyakit bawaan dan kelainan imunitas) untuk tetap menjaga protokol kesehatan setelah mendapat vaksin ketiga.
"Jadi, apalagi yang divaksin pertama kan usila (usia lanjut), jadi usila itu, asal mereka tidak pergi ke mana-mana, dan orang-orang di sekitar dia bisa menjaga dia supaya tidak terinfeksi, itu cukup," tambah Masdalina.
Per 11 Januari 2022, vaksinasi lengkap bagi lansia di Indonesia baru mencapai 44,08% atau 9.501.499 dari target 21.553.118. Kalangan pemerintah dan ahli kesehatan mengakui adanya "kompleksitas" tersendiri imunisasi COVID-19 untuk kelompok lansia.
"Memang lansia ini cukup sulit untuk diajak melakukan vaksinasi, karena berbagai alasan; ada hoaks, ada keyakinan, masih tidak percaya terhadap covid, ya itu hal-hal yang mempengaruhi," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19, Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi.
Epidemiolog, Masdalina Pane mengatakan vaksinasi bagi lansia masih rendah dikarenakan mayoritas dari mereka "tak bisa jalan sendiri ke tempat vaksin".
"Kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan," katanya.
Kemudian, orang dengan usia lanjut juga cenderung memiliki karakter penyakit darah tinggi yang berbeda dengan usia muda. "Karena hipertensi usia lansia itu beda dengan yang muda, yang bisa turun dengan cepat. Jadi kadang-kadang, letih sedikit, tensinya naik," lanjut Masdalina Pane.
Vaksinasi booster untuk lansia akan berjalan secara paralel dengan pemberian vaksin dosis satu dan dua. Pemerintah mengatakan vaksinasi booster tak mengurangi upaya untuk mendorong pencapaian target vaksinasi lengkap untuk lansia. "Tentunya mulai dari door to door, itu semua sudah dilakukan, seperti yang saya sampaikan, berbagai upaya sudah dilakukan," kata Nadia.
Pemerintah juga terbantu dengan usaha masyarakat yang ikut mendorong vaksinasi bagi lansia, seperti cara pemberian ayam bagi lansia yang mau vaksin di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Ahli kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia, Profesor Budi Haryanto menilai program vaksin booster bisa mempengaruhi target vaksinasi untuk lansia yang masih rendah.
Menurutnya, dengan adanya sasaran baru yaitu vaksinasi bagi anak-anak dan vaksinasi booster akan menjadi beban tersendiri bagi para vaksinator. "Target-target jelas akan berpengaruh, karena ketambahan sasaran vaksinasinya, sementara jumlah pelaksana vaksinasinya kan tidak berubah banyak," kata Prof Budi.
Pemerintah melaporkan saat ini jumlah vaksinator hampir 260.000 orang, akan tetapi tidak ada penambahkan di tengah program vaksin booster. "Dengan jumlah yang tetap tenaga vaksinatornya itu, maka ya terpecah ada tambahan dua tadi. Ya booster, ya anak sekolah," tambah Prof Budi.
Belakangan ini publik diramaikan oleh kasus kebocoran vaksin booster yang didapat secara illegal dengan mengubah status menjadi tenaga kesehatan dan joki vaksin. Kasus-kasus ini telah membawa keraguan vaksinasi booster prioritas bagi lansia dan kelompok rentan akan sepenuhnya tepat sasaran.
"Jadi, untuk sasaran yang sebenarnya bisa diprioritaskan (untuk lansia dan kelompok rentan), saya takut terabaikan lagi… Ini sudah banyak yang nyerbu booster," kata Masdalina Pane.
Menurutnya kondisi ini nantinya akan menyebabkan ketidakadilan vaksinasi, yang menjadi perhatian Badan Kesehatan Dunia (WHO). Ia berharap pemerintah memperkuat pengawasan distribusi vaksin booster di lapangan. "Regulasi itu memang bagus di atas kertas, cuma implementasi di lapangan ini yang susah," kata Masdalina.
Sejauh ini, pemerintah mensyaratkan daerah yang boleh melakukan vaksin booster dengan kriteria minimal capaian vaksinasi dosis satu sebesar 70% untuk umum, dan lansia dosis satu minimal 60%.
"Kenapa kita membuat kriteria itu, supaya vaksinasi prioritas dosis satu dosis dua, itu cepat dikerjakan oleh daerah-daerah yang belum mencapai target," kata Nadia.
Kementerian Kesehatan melaporkan per 11 Januari 2022, sebanyak 273 dari 514 kabupaten/kota yang memenuhi syarat tersebut. Nadia membantah syarat tersebut akan menjadi persoalan ketimpangan distribusi vaksin di Indonesia. "Jadi bukan masalah ketimpangan, tapi mereka (pemerintah daerah) harus menyelesaikan dulu dosis satu, dosis dua."
"Kenapa daerahnya yang telat, kan dari kemarin-kemarin nggak ada lagi pembagian vaksinasi. Jumlah vaksin kita cukup banyak, tinggal daerah mempercepat pelaksanaan vaksinasinya," kata Nadia.
Sebelumnya sejumlah organisasi pemerhati Kesehatan seperti Lapor Covid-19 khawatir vaksin booster yang saat ini sedang digencarkan pemerintah akan membuat ketimpangan distribusi. Hal senada juga disampaikan Epidemiolog, Masdalina Pane.
"Sekarang ini ketimpangan itu sudah terjadi antara [Pulau] Jawa dan luar Jawa. Antara kota dengan desa, itu cakupannya beda jauh. Ditambah lagi dengan booster, pasti Jawa lagi yang akan mendominasi," katanya. (*)
Tags : Lanjut usia, Virus Corona, Indonesia, Vaksin, Kesehatan,