JAKARTA - Jaringan Tenaga Kesehatan (Nakes) Indonesia mempertanyakan keseriusan pemerintah melindungi mereka dari ancaman kolapsnya sumber daya tenaga kesehatan, karena lambatnya pelaksanaan vaksinasi booster atau dosis ketiga. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat hingga saat ini tidak sampai 1% dari target 1,4 juta - baik dokter maupun perawat - yang akan divaksinasi.
Namun demikian, lembaga pemerhati kesehatan CISDI mewanti-wanti terjadinya "kebocoran" vaksin booster di luar nakes akibat minimnya sistem pengawasan. Adapun Kementerian Kesehatan mengatakan vaksin booster telah didistribusikan pekan ini. Koordinator Jaringan Nakes Indonesia (KJNI), Fentia Budiman, kerap cemas tiap kali mendengar rekan sesama perawat meninggal karena terinfeksi virus corona kala bekerja.
Sebab kondisi saat ini, kata dia, lebih berisiko terpapar virus varian Delta sehingga perlu perlindungan ekstra. Harapan Fentia dan perawat lain ada pada vaksin booster Moderna yang telah tiba di Indonesia pada 11 Juli dari Amerika Serikat sebanyak empat juta dosis. Tapi sudah dua pekan lebih berlalu, ia belum mendapat informasi kapan akan menerima vaksin dosis ketiga tersebut. "Sejauh ini kami belum tahu prosesnya, kapan dan di mana diberikan. Bahkan belum ada pendataan sama sekali. Karena itu kami bertanya-tanya kenapa lambat sekali?," imbuh Fentia dirilis BBC News Indonesia, Kamis (29/07).
"Ini kan mengkhawatirkan sekali. Kita sudah tahu ancaman dan kita berpotensi untuk kolaps sumber daya manusianya, tapi vaksinasi lambat. Kami juga bingung," sambung Fentia.
Baginya vaksin Moderna dengan tingkat efikasi 95% bisa menjadi pelindung nakes agar tidak semakin berjatuhan. Catatan lembaga pemantau Covid, Lapor Covid-19, jumlah tenaga kesehatan yang meninggal dalam kurun waktu 19 hari sejak 9 Juli sebanyak 433 orang. Sehingga total nakes yang meninggal selama pandemi mencapai 1.574 orang. "Makanya (vaksin booster) sangat penting karena tingkat keterpaparan dengan virus tinggi banget dan pemerintah harusnya melakukan percepatan," tukasnya.
Tidak sampai 1% nakes mendapat vaksin booster
Ikatan Dokter Indonesia melaporkan hingga Kamis (29/07) setidaknya 3.820 nakes - dokter maupun perawat - yang sudah mendapatkan vaksin dosis ketiga Moderna. Tapi angka itu tidak sampai 1% dari target 1,4 juta nakes yang bakal menerima vaksin. Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Adib Khumaidi, mengatakan para nakes yang menerima vaksin ketiga adalah mereka yang bekerja di 14 rumah sakit khusus milik Kementerian Kesehatan.
Di luar itu, diperkirakan baru akan menerima pekan ini setelah didistribusikan pada Senin 26 Juli 2021. Lambannya proses distribusi vaksin, kata Adib, disebabkan belum rampungnya aturan petunjuk teknis yang dibuat Kementerian Kesehatan. "Kami sudah minta agar di lapangan tidak dipersulit akses dan mekanisme pendaftaran. Makanya saya minta kepada teman-teman untuk mengawal pelaksanaan vaksin ketiga ini. Nanti kita lihat dan evaluasi," ujar Adib Khumaidi.
IDI, sambung Adib, menargetkan vaksinasi dosis ketiga ini bisa selesai dalam waktu satu bulan. Ini demi mencegah semakin banyaknya nakes yang gugur. Apalagi, katanya, angka kasus positif Covid-19 di luar Pulau Jawa dan Bali terus melonjak. "Karena itu kami minta jangan lebih dari satu bulan. Kan data nakes sudah ada, tinggal jalan saja tidak perlu pendaftaran lagi."
Ia juga terus mewanti-wanti Kementerian Kesehatan agar tidak ada penyelewengan di tengah jalan. Adib merujuk pernyataannya pada dugaan seorang pemengaruh mendapat vaksin booster di gedung DPRD DKI Jakarta baru-baru ini. "Ini (vaksin Moderna) prioritas untuk nakes," kata Adib menekankan dan mengulang kalimat itu hingga tiga kali.
"Kasus itu (pemengaruh mendapat suntikan booster) perlu ditelusuri oleh Dinas Kesehatan. Karena jangan sampai memberikan misinformasi. Bahwa kebijakan ini diprioritaskan untuk nakes."
Lembaga pemerhati kesehatan Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) mengatakan pemberian vaksin booster kepada tenaga kesehatan harus cepat dilakukan demi mencegah lumpuhnya fasilitas kesehatan lantaran tingginya kasus infeksi Covid-19 di luar Jawa dan Bali. Laporan Satgas Penanganan Covid-19 ada lima provinsi yang berkontribusi pada kenaikan kasus positif, yakni Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Riau, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.
Namun demikian Direktur Kebijakan CISDI, Olivia Herlinda, memberikan catatan terkait mekanisme pengawasan pemberian vaksin. Sebab, kata dia, tidak menutup kemungkinan terjadi kebocoran penerima vaksin di luar nakes. "Kilas balik ketika vaksinasi tahap satu masih banyak kekurangan. Seperti nakes yang diberikan suntikan tidak yang bekerja di fasilitas kesehatan. Tapi kayak di klinik kecantikan juga dapat vaksin," jelas Olivia Herlinda.
"Jadi pemerintah sepertinya hanya mengejar kuantitas, tapi bukan kualitas."
Karena itulah penting bagi Kementerian Kesehatan untuk membuat sistem pengawasan untuk mencegah adanya penyelewengan. Semisal membuat sanksi bagi pihak yang "mengambil jatah vaksin nakes". "Monitoring yang dilakukan selama ini berdasarkan dashboard dan itu tidak cukup lengkap datanya untuk memverifikasi dan memantau vaksin digunakan dengan benar. Kalau tidak begitu sangat bisa terjadi (kebocoran). Karena hanya mengejar jumlah. Jadi saya tidak heran kalau ada kasus itu (pemengaruh dapat vaksin booster)."
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 di Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan tidak ada target kapan vaksin booster kepada tenaga kesehatan selesai diberikan. Yang pasti setiap nakes yang telah menerima vaksin secara penuh pasti mendapat vaksin tersebut. "Tidak ada target khusus karena sifatnya booster dan nakes akan mendapatkan karena ini proteksi tambahan," imbuh Nadia.
Terkait indikasi terjadinya penyelewengan vaksin seperti yang diduga terjadi di DKI Jakarta, Nadia berkata masih dalam penelusuran Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Kendati ia menjelaskan kemungkinan vaksin tersebut adalah vaksin sisa. "Misalnya dalam satu vial ada 14 dosis. Kemudian dari 14 dosis itu sudah terbuka 12, nah sisa dua dosis tidak terpakai dan bisa disuntikkan daripada dibuang. Karena umur vaksin terbuka enam jam."
"Misalnya di faskes itu satpam, ya disuntik saja karena orang yang disasar tidak datang. Tapi kalau sengaja diberikan kepada orang yang bukan sasaran, itu salah dan akan diberikan teguran sehingga tidak terulang."
Pada Kamis (29/07) kasus positif Covid-19 di Indonesia bertambah sebanyak 43.479. Dengan tambahan itu akumulasi kasus Covid-19 menjadi 3,3 juta. Sementara kasus sembuh bertambah 45.494. Adapun kasus meninggal juga bertambah sebanyak 1.893 sehingga total menjadi 90.552. (*)
Tags : Vaksinasi, vaksin, virus corona, kesehatan,