"Vaksin Sinopharm bisa digunakan di Indonesia setelah mendapat izin penggunaan darurat (emergency use authorization) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dengan tingkat efikasi mendekati 80 persen"
epala BPOM, Penny K. Lukito, dalam jumpa pers virtual pada Jumat 30 April 2020 mengatakan bahwa "Studi klinik fase III yang telah dilakukan Uni Emirat Arab dan beberapa negara lain dengan subyek sekitar 42.000 orang menunjukkan efikasi vaksin sebesar 78 persen". Vaksin corona asal China, Sinopharm ini bisa digunakan di Indonesia setelah mendapat izin penggunaan darurat (emergency use authorization) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dengan tingkat efikasi mendekati 80 persen.
Vaksin Sinopharm, lanjut Penny, bisa digunakan untuk warga berusia dewasa yaitu dari 18 tahun hingga kalangan lanjut usia berupa dua dosis penyuntikan dengan selisih 21-28 hari. Kepala BPOM juga menjelaskan vaksin ini dinilai aman karena efek samping yang dirasakan tergolong ringan, itu pun persentasenya kecil, di kisaran 0,01 persen. "Efek samping vaksin yang banyak dirasakan bengkak, rasa sakit, kemerahan itu termasuk kategori ringan."
Sebelumnya, menurut sebuah penelitian di Inggris, efek samping yang paling umum dari vaksin Covid-19 ialah rasa sakit atau nyeri di lokasi penyuntikan - dengan kata lain, nyeri pada lengan. Kira-kira satu dari empat orang mengalami efek yang lebih luas seperti demam, sakit kepala, mual, dan kelelahan. Para peneliti yang terlibat dalam aplikasi ZOE Covid Symptom Study menemukan lebih sedikit reaksi daripada yang terlihat dalam uji klinis.
Keyakinan terhadap vaksin Covid-19 terus tumbuh sejak akhir tahun lalu. Berdasarkan survei terhadap 5000 orang di Inggris, lebih dari 80% peserta survei mengatakan mereka percaya vaksin aman dan efektif, bertambah dari sekitar 70% dalam survei yang sama menjelang akhir tahun 2020. Survei tersebut, yang dilakukan dengan kerja sama National Institute for Health Research, menemukan jumlah orang yang mengatakan mereka ingin mendapatkan vaksin sesegera mungkin bertambah dua kali lipat - meskipun jumlah orang yang mengatakan bahwa mereka akan secara aktif memilih vaksin Oxford-AstraZeneca menurun.
Para peneliti dalam studi ZOE menilik gejala yang dilaporkan sendiri oleh 627.383 orang yang menggunakan aplikasi mereka dalam delapan hari setelah divaksinasi. Sekitar 70% orang yang disuntik vaksin Pfizer mengalami beberapa reaksi di sekitar lokasi suntikan, termasuk rasa sakit, nyeri, kulit kemerahan atau bengkak, dibandingkan dengan hanya di bawah 60% untuk vaksin AstraZeneca.
Untuk vaksin AstraZeneca, 34% mengalami reaksi "sistemik" (seluruh tubuh) seperti sakit kepala, kelelahan, atau kedinginan. Untuk vaksin Pfizer, hanya 14% setelah dosis pertama dan 22% setelah dosis kedua. Ilmuwan utama studi tersebut, Prof Tim Spector dari King's College London, mengatakan temuan ini diharapkan dapat meyakinkan banyak orang bahwa efek sesudah divaksinasi "biasanya ringan dan sebentar".
Tetapi dia mengatakan ada beragam tanggapan terhadap vaksin, seperti halnya terhadap virus, tergantung pada usia, jenis kelamin, dan hal-hal lainnya. Studi ini tidak melihat apa yang terjadi setelah dosis kedua vaksin Oxford-AstraZeneca karena hampir tidak ada yang menerimanya pada saat penelitian, yang berlangsung hingga 10 Maret. Di antara semua pengguna aplikasi ZOE yang sudah divaksinasi, satu dari empat (25%) mengalami reaksi di seluruh tubuh dan dua pertiganya (66%) mengalami reaksi lokal.
Perempuan, orang yang berusia di bawah 55 tahun dan mereka yang pernah mengalami infeksi Covid, semuanya lebih mungkin mengalami efek samping. Pada tahap akhir uji klinis vaksin Pfizer, sekitar 77% orang mengalami nyeri di lokasi suntikan dibandingkan dengan hanya di bawah 30% dalam penelitian ini, sementara proporsi orang yang mengalami kelelahan dan sakit kepala tiga sampai lima kali lebih kecil.
Untuk AstraZeneca, jumlah orang yang mengalami reaksi seluruh tubuh seperti demam atau kelelahan kira-kira setengah dari yang tercatat dalam uji klinis. Ini barangkali karena orang-orang dalam uji klinis lebih muda dan lebih sehat, atau karena orang yang terdaftar dalam uji coba vaksin eksperimental mungkin lebih gugup dan karena itu lebih cenderung mengenali gejala, kata Prof Spector. Dr Cristina Menni dari King's College London, penulis utama makalah tersebut, mengatakan hasil tersebut mendukung keamanan vaksin Pfizer dan Oxford-AstraZeneca serta diharapkan "membantu menghilangkan kekhawatiran orang yang bersedia mendapatkan vaksinasi". (*)
Tags : Vaksin Sinopharm, Vaksin Sinopharm Asal China, Vaksin Sinopharm DIgunakan di Indonesia, Efek Sampingnya Ringan dan Aman,