Vaksinasi Covid-19 dapat memunculkan reaksi yang berbeda pada setiap orang. Sebagian mungkin merasa baik-baik saja setelah menerima vaksin Covid-19, namun sebagian lainnya merasakan keluhan-keluhan yang memunculkan perasaan tak nyaman.
eluhan yang muncul juga bisa berbeda-beda antara satu orang dengan orang lainnya. Ada yang mungkin merasa sakit kepala, kelelahan, atau demam. Berdasarkan data, usia tampak turut memengaruhi kecenderungan seseorang untuk merasakan keluhan atau tidak setelah vaksinasi. Menurut data dari penelitian Johnson & Johnson, penerima vaksin berusia muda memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengalami reaksi sistemik setelah vaksinasi Covid-19 dibandingkan penerima vaksin berusia lebih tua.
Sebagai perbandingan, ada lebih dari 60 persen penerima vaksin muda yang mengalami reaksi sistemik. Sedangkan ada sekitar 45 persen penerima vaksin berusia di atas 60 tahun yang mengalami reaksi serupa. "Seiring dengan bertambahnya usia Anda, kemampuan sistem imun Anda untuk mengenali serta membuat antibodi secara cepat dan menyerang sesuatu yang kita sebut 'pengganggu' ini secara agresif tidak sebaik sebelumnya," ujar Chief Quality Officer dari UW Health Dr Jeff Pothof, seperti dilansir di laman Channel 3000, baru-baru ini.
Terlepas dari persentase efek samping terkaif vaksinasi Covid-19 ini, Pothof mengatakan tak ada yang bisa benar-benar memprediksi reaksi seperti apa yang mungkin muncul pada masing-masing orang setelah divaksinasi Covid-19. Keluhan atau efek samping bisa terjadi dan bisa juga tidak. Sekalipun efek samping terjadi, tingkat efek sampingnya bisa sangat ringan atau bisa lebih mengganggu.
Orang-orang yang tak merasakan keluhan setelah vaksinasi pun tak perlu khawatir. Tak adanya efek samping pascavaksinasi bukan berarti tubuh tidak bereaksi terhadap vaksin yang diberikan. Di sisi lain, Pothof mengatakan rasa takut dan kecemasan terhadap vaksin dapat menciptakan reaksi yang membuat tubuh melepas adrenalin. Sebagian orang mengira kondisi tersebut sebagai respons tubuh terhadap vaksinasi.
Selain usia, Pothof mengatakan jenis kelamin juga tampak mempengaruhi risiko seseorang untuk mengalami reaksi atau efek samping setelah vaksinasi. Laki-laki tampak lebih jarang mengalami efek samping dibandingkan perempuan. "Kami tidak tahu mengapa, tapi itu tampak masuk akal karena laki-laki cenderung memiliki kondisi lebih buruk ketika terkena Covid-19. Jadi mungkin ada sesuatu pada laki-laki yang membuat sistem imun mereka tidak bekerja sebaik (perempuan)," ujar Pothof.
Pothof mengatakan, sebagian besar reaksi atau efek samping yang muncul pascavaksinasi umumnya ringan. Efek samping ini bisa diredakan dan diatasi dengan penggunaan ibuprofen dan tylenol. Selain itu, biasanya efek samping yang dirasakan akan menghilang setelah beberapa hari. Reaksi-reaksi yang muncul setelah vaksinasi tidak seharusnya menjadi alasan bagi seseorang untuk takut dan enggan mendapatkan vaksin. Alasannya, reaksi-reaksi yang mungkin dirasakan setelah vaksinasi tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan gejala yang mungkin muncul bila sakit Covid-19. "Itu merupakan pengorbanan yang kecil agar bisa terlindungi dari Covid-19, penyakit ini telah membalikkan kehidupan kita selama lebih dari setahun, (dampak buruk Covid-19) membuat (keputusan mendapatkan vaksinasi) menjadi sebuah keputusan yang mudah," ujar Pothof. (*)
Tags : vaksinasi covid-19, efek samping vaksin covid-19,