Dewan optimistis pariwisata berbasis budaya bisa berjalan meski penduduk Riau multietnis.
PEKANBARU - Wakil Ketua Panitia Khusus (Pansus) Peraturan Daerah Rencana Induk Kepariwisataan Provinsi Riau 2021-2035, Mardianto Manan menyebutkan, konsep halal dan berbudaya Melayu di Provinsi Riau bisa berjalan walaupun saat ini ditengah menghadapi kesulitan untuk membangunnya.
"Intinya kalau mau mewujudkan visi itu harus ada keseriusan dari semua lini. Mulai dari sopir taksi sampai ke lokasi wisata. Bahkan di Bali ada hari tertentu mereka wajib pakai baju adat Bali," diakui Mardianto Manan usai berkunjung ke Provinsi Bali untuk belajar soal pariwisata yang mengedepankan budaya Bali pada media, Senin (27/9).
Seperti Provinsi Bali itu, budaya dan pariwisata dalam satu tarikan napas. Menurutnya di Provinsi Bali selain didukung dengan konteks budaya lokal, pariwisata juga didukung oleh peraturan daerah yang berbasiskan budaya ini. Hal ini terlihat beberapa hotel yang memasang Tri Hita Karana. Tri Hita Karana bermakna tiga penyebab terciptanya kebahagiaan. Ini adalah konsep falsafah hidup masyarakat Hindu Bali.
Untuk bisa benar-benar menerapkan budaya dan pariwisata dalam satu tarikan napas seperti Bali, Mardianto ragu hal itu terjadi dalam waktu dekat. Namun melihat pemberlakuan peraturan daerah ini nanti lebih dari 20 tahun ia optimis. "Pertama itu harus ada keseriusan dari semua unsur. Yang penting roh Melayu harus kita tampilkan. Memang agak berat karena Riau ini sangat multietnis," ujarnya. (*)
Tags : Pariwisata Riau, News Kota, Riau Mayoritas Budaya Melayu,