Batam   2025/10/15 15:27 WIB

Walikota Amsakar Achmad Akui Tingkat Pengagguran Terbuka Tercatat Angka Tertinggi di Kepri

Walikota Amsakar Achmad Akui Tingkat Pengagguran Terbuka Tercatat Angka Tertinggi di Kepri
Wali Kota Batam Amsakar Achmad (kanan) bersama Ketua DPD REI Batam Robinson Tan.

BATAM - Meski tren Tigkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Batam menurun selama empat tahun terakhir, kota industri ini tetap mencatat angka tertinggi di Provinsi Kepri.

"Tingkat Pengagguran Terbuka masih tercatat angka tertinggi di Kepri."

“Populasi penduduk Batam yang menggelembung pada usia produktif belum cukup kuat untuk langsung diterima di bursa kerja. Arus migrasi tinggi, sementara kemampuan tenaga kerja lokal belum semua sesuai kebutuhan industri,” kata Wali Kota Batam sekaligus Kepala BP Batam, Amsakar Achmad, Minggu (12/10).

Berdasarkan data per Februari 2024, TPT Batam berada di angka 7,68 persen, lebih tinggi dari rata-rata provinsi yang mencapai 6,89 persen, menempatkan Kepri di urutan kedua tertinggi nasional setelah Papua.

Amsakar Achmad mengakui kondisi tersebut sekaligus menjelaskan sejumlah faktor yang membuat penurunan angka pengangguran di Batam berjalan lambat dibanding daerah lain di Kepri.

Menurut Amsakar, salah satu penyebab utama tingginya angka pengangguran di Batam adalah arus migrasi yang tinggi. Kota ini masih menjadi magnet bagi pencari kerja dari berbagai daerah di Indonesia karena reputasinya sebagai kawasan industri dan investasi.

Ia menjelaskan, sekitar 67-68 persen penduduk Batam saat ini berada pada kelompok usia produktif. Akan tetapi, banyak di antaranya merupakan lulusan SMA yang dinilai belum cukup kompetitif untuk bersaing di pasar kerja yang semakin spesifik dan berbasis keahlian.

“Struktur kependudukan Batam itu dominan usia produktif, tapi banyak di antara mereka yang belum memiliki keterampilan yang link dengan kebutuhan pasar kerja,” kata dia.

Lalu, ada kesenjangan dunia pendidikan dan kebutuhan industri yang menjadi persoalan utama.

Serapan tenaga kerja untuk posisi operator dan pekerja kasar relatif tidak mengalami kendala, namun untuk posisi yang membutuhkan keterampilan khusus, tingkat penyerapan masih rendah.

Untuk menjembatani persoalan tersebut, Pemko dan BP Batam berencana memperkuat kemitraan dengan perguruan tinggi dan dunia industri. Salah satu langkah yang akan dilakukan adalah kerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

“Program kami di 2026 nanti ada sekitar 20 orang yang akan kami berikan beasiswa kuliah di ITS. Alumni ITS ini punya prospek bagus, terutama di bidang galangan dan industri teknik,” ujar Amsakar Achmad.

Selain kerja sama pendidikan, ia juga mengaku telah bertemu dengan para HRD perusahaan di Batam untuk mendorong pemberian kesempatan lebih besar bagi warga lokal.

“Kami minta agar ada prioritas 10-155 persen untuk anak-anak negeri,” tambahnya.

Namun, Amsakar menilai bahwa masalah pengangguran di Batam juga berkaitan dengan pergeseran tren investasi. Banyak investasi baru yang masuk bersifat padat modal dan minim tenaga kerja, seperti industri Artificial Intelligence (AI), Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO), serta energi terbarukan.

“Tren investasi sekarang bukan lagi padat karya, tapi padat modal. Jadi serapan tenaga kerjanya memang tidak sebanyak dulu,” katanya.

Kondisi itu membuat pemerintah daerah perlu mencari keseimbangan antara peningkatan nilai investasi dan ketersediaan lapangan kerja bagi masyarakat kokal.

Pihaknya tengah menyusun strategi untuk mengurai kompleksitas pengangguran di Batam melalui tiga pendekatan: peningkatan kompetensi tenaga kerja, penyesuaian arah investasi, dan sinergi dengan dunia pendidikan.

“Prinsipnya, dua langkah sudah kami ambil: memberikan beasiswa untuk link and match pendidikan dengan kebutuhan industri, dan mengundang HRD perusahaan agar memberikan ruang lebih besar bagi tenaga kerja lokal,” ujar dia. (rp.ant/*)

Tags : walikota batam, amsakar achmad, tingkat pengagguran terbuka, tpt, tpt di batam tercatat angka tertinggi di kepri,