PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Selama ini warga Desa Pulau Kecil, Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau dihadapkan berbagai kesulitan tentang infrastruktur.
Jembatan yang menghubung desa dengan desa lainnya terbuat dari kayu pun sudah lapuk, terang saja membahayakan lalulalang warga.
Sejak tahun 2021 jembatan lapuk mulai direncanakan dibangun memakai rangka baja, tapi berakhir masih terbengkalai.
Anak-anak di Desa Pulau Kecil, harus menantang bahaya, setiap kali pergi ke sekolah. Pasalnya, mereka harus meniti jembatan kayu yang sudah lapuk [satu satunya] demi bisa menyeberangi sungai.
Kondisi jembatan kayu itu sudah sangat tak layak digunakan. Sudah lapuk termakan usia.
Namun, tak ada pilihan lain anak-anak itu, selain melewati jembatan yang berada di Jalan Maju Jaya tersebut.
Termasuk saat musim hujan, yang membuat anak-anak dan warga semakin sulit dan berisko untuk melintas. Sebab, jembatan kayu yang sudah berusia puluhan tahun itu kerap terendam saat debit air sungai meningkat.
Padahal, bagi warga di lingkungan RT 001/RW 001 dan sekitarnya, jembatan itu adalah akses utama mereka dalam beraktivitas.
Kondisi ini tentu sangat berbahaya, karena sewaktu-waktu jembatan bisa ambruk atau roboh.
"Sudah parah rusaknya jembatan kayu di desa kami ini. Kayu-kayunya sudah lapuk. Lantainya banyak yang bolong," kata Dila (27) dalam perbincangan per telepon, Senin (18/3).
Menurut Dila, panjang jembatan kayu tersebut sekitar 40 meter. Setiap hari lintasannya dilewati warga yang pergi beraktivitas.
Jembatan itu sering terendam banjir karena sungai meluap.
Kondisi itu membuat warga tak bisa melintas.
"Tahun 2021 kemarin banjir, tak bisa lewat. Mau pergi shalat tarawih pun tak bisa. Kalau sudah surut baru bisa lewat," sebut Dila.
Dia juga menyebut, ada beberapa warga pernah jatuh saat melewati jembatan kayu itu. Bahkan, Dila sendiri mengaku pernah jatuh saat melewati jembatan tersebut.
"Saya aja pernah jatuh di situ, karena lantainya licin habis banjir," ujar Dila.
Dia mengatakan, meski ada jalan alternatif di lahan perkebunan, namun itu pun harus melewati jembatan kayu.
Kondisi jalannya juga rusak.
"Jalan alternatif ada, masuk ke kebun-kebun sawit. Lewati jembatan kayu yang lapuk juga. Kami tidak sanggup lewat situ. Kalau sudah musim hujan dan banjir, kami tidak bisa lewat," kata Dila.
"Yang kami takutkan bukan hanya banjir, tapi juga takut buaya. Soalnya ada buaya saya lihat di bawah jembatan," imbuh dia.
Sebagai warga masyarakat, Dila merasa daerahnya dianaktirikan oleh pemerintah. Sebab, jembatan itu tak kunjung dibangun secara permanen.
"Kalau Pemerintah desa tidak sanggup memperbaiki, mestinya kan Pemerintah Kabupaten atau Provinsi membantu bangun jembatan permanen untuk kami di sini."
"Kenapa kami tak diperhatikan. Anak-anak banyak lewat sini pergi sekolah, gimana kalau jembatan roboh pas mereka lewat," ujar Dila khawatir.
Selama ini, tambah dia, kerusakan kecil pada jembatan diperbaiki secara swadaya oleh warga dan dengan biaya seadanya.
Kepala Desa Pulau Kecil Muhammad Pawit mengaku, setiap tahun isu ini menjadi prioritas utama di tengah musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang).
Bahkan sejak ia mulai menjabat.
"Cuma masalahnya dana desa kami tidak cukup untuk membangunnya, karena jembatan tersebut tidak bisa pakai cerucuk karena dekat dengan sungai," kata Pawit.
Pawit bilang, pembangunan jembatan secara permanen harus memakai tiang pancang, sehingga sangat besar anggarannya.
Namun demikian, pihak desa tahun ini akan melakukan semenisasi pada jalan alternatif, dengan menggunakan dana desa.
"Jadi, bukan kami pihak desa tidak peduli dengan jembatan itu. Kalau kita paksakan pengerjaannya pakai cerucuk, khawatirnya baru satu tahun tiangnya sudah mereng atau bergeser."
"Karena di sini arus sungainya deras dan jembatan ini panjangnya sekitar 70 meter," kata Pawit.
Akibat kebutuhan anggaran pembangunan jembatan yang sangat besar, Pawit berharap Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir dapat membantu.
"Kami pihak desa sangat berharap kepada Pemerintah Kabupaten untuk mengabulkan permintaan prioritas kami yang setiap tahun kami usulkan," tutup Pawit.
Sebelumnya, Pemerintah daerah [Pemda] Inhil sejak awal sudah merencanakan pembangunan infrastruktur jembatan di desa itu sejak tahun 2022.
Jembatan Parit16 Desa Pulau Kecil yang sempat ambruk tahun 2021.
Ketua DPRD Inhil Dr Ferryandi sempat menyatakan jembatan akan dibangun tahun 2022 dengan anggaran sebesar Rp15 miliyar.
"Sudah dianggarakan dan diketok palu tahun ini [2022] sebanyak Rp15 miliar, tinggal kita tunggu pelaksanaannya, kata Ferryandi.
Jembata dibangun menggunakan rangka baja karena bentang jembatan yang cukup panjang lebih dari 10 meter. Tapi jembatan sudah dibangun, infirmasinya masih terbengkalai satu tahun terakhir ini. (*)
Tags : jembatan desa pulau kecil, Inhil, jembatan dibangun rangka baja, jembatan terbengkalai, warga desa pulau kecil belum terbebas infrastruktur, jembatan lapok diganti rangka baja,