Sosial   2025/12/10 10:19 WIB

Waspada Tanda-tanda Bahaya Istidraj

Waspada Tanda-tanda Bahaya Istidraj
Harta (Ilustrasi)

Inilah di antara tanda-tanda istidraj.

SOSIAL -- Jika ada di antara kita saat ini bergelimang harta dan kemewahan atau menduduki jabatan bergengsi, jangan buru-buru mengucapkan alhamdulillah. Akan lebih baik bila terlebih dahulu mengintropeksi diri.

Sebab, apabila semua itu didapat melalui jalan yang buruk--semisal korupsi, suap, atau cara-cara haram lainnya--semua jabatan yang nyaman itu bukanlah nikmat yang patut disyukuri, melainkan merupakan malapetaka (niqmah) yang mesti diwaspadai.

Dalam perspektif Islam, hal ini disebut sebagai istidraj.

Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Apabila engkau melihat Allah memberi seorang hamba kelimpahan dunia atas maksiat-maksiatnya, apa yang ia suka, maka ingatlah, sesungguhnya hal itu adalah istidraj.”

Kemudian, Rasulullah SAW membacakan ayat ke-44 dari surah al-An'aam.

فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهٖ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ اَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍۗ حَتّٰٓى اِذَا فَرِحُوْا بِمَآ اُوْتُوْٓا اَخَذْنٰهُمْ بَغْتَةً فَاِذَا هُمْ مُّبْلِسُوْنَ

"Maka, ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan pintu-pintu segala sesuatu (kesenangan) untuk mereka, sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa."

Secara kebahasaan, istidraj berarti 'mengulur-ulur'.

Jadi, ketika ada orang yang tidak shalat, tidak puasa Ramadhan, gemar bermaksiat, tetapi hidupnya makmur, sejahtera, dan bergelimang kemewahan, ini adalah tanda-tanda istidraj.

Ketika ada kelompok atau organisasi hidup dari uang haram, mungkin tampak bahwa usahanya kian maju, jumlah pengikutnya semakin bertambah, atau pengaruhnya kian meluas. Namun, semua itu justru melupakannya dari Allah. Maka, hati-hatilah! Yang seperti itu ialah tanda istidraj.

Ketika seseorang meraih pangkat dan jabatan atau kemenangan dengan cara-cara yang zalim dan menghalalkan segala cara, sesungguhnya hal ini juga istidraj.

Demikian pula, kalau ada negara yang kufur kepada Allah, menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah, melegalkan beragam bentuk maksiat, memerangi orang-orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, membatasi atau melarang berbagai aktivitas dakwah. Negara itu bisa saja secara zahir tampak maju di berbagai aspek kehidupan. Namun, kemajuan itu tak lain istidraj.

Begitu bahayanya istidraj, sampai-sampai Umar bin Khattab pernah berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu menjadi mustadraj (orang yang ditarik dengan berangsur-angsur ke arah kebinasaan).” (Al Umm, Imam Sayfi'i, IV/157).

Maka, waspadalah terhadap istidraj karena ia adalah “kenikmatan” yang membinasakan.Selain itu, hati-hati pula dengan imlaa' alias penangguhan dari Allah bagi mereka yang lalai mengingat-Nya. Ingat firman Allah dalam surah al-Qalam ayat 44-45. Artinya, “Maka serahkanlah (Ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Alquran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat tangguh.”  

Tags : istidraj, bahaya istidraj, waspada istidraj, dosa maksiat,