Kolom Opini   2020/09/27 9:30 WIB
Kolom Opini

Membangun Meranti Strategis Hasil Riset Sektor Basis Prioritas

KABUPATEN Kepulauan  Meranti terletak berdekatan dengan pengembangan Batam sebagai Kawasan  Perdagangan  Bebas  dan  Pelabuhan Bebas (KPBPB) yang  diatur  melalui Peraturan Pemerintah  Nomor  46  tahun  2007  dan  bagian  yang tidak terpisahkan dari Free Trade  Zone Batam, Bintan dan Karimun (FTZ-BBK) yang merupakan usaha untuk mempercepat pengembangan  ekonomi di  wilayah tertentu  yang  bersifat strategis  bagi  pengembangan  ekonomi nasional.

Untuk melihat pengaruh Batam sebagai pusat pertumbuhan  terhadap Kepulauan Meranti, interaksi antara dua wilayah Batam dan Kepulauan Meranti dibandingkan interaksi wilayah antara Kabupaten Kepulauan Meranti dengan ibukota provinsinya, yaitu Pekanbaru sehingga  dapat dilihat  interaksi mana yang  lebih kuat, apakah dengan Batam  atau dengan  ibukota  provinsinya.

Adapun indikator yang dijadikan variabel dari tingkat pembangunan yang digunakan tidak hanya dalam bidang ekonomi tetapi juga dalam bidang sosial. Oleh karena itu, untuk melihat tingkat pembangunan di Kabupaten Kepulauan Meranti, akan digunakan dua indikator yaitu Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kemudian, kedua indikator Meranti tersebut dibandingkan dengan induknya, Provinsi Riau. Data PDRB dan IPM  didapatkan  dari  BPS  Kabupaten Kepulauan Meranti dan  BPS  Provinsi Riau.  Data tersebut kemudian dianalisis dengan analisis kuantitatif deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian untuk menjelaskan kekuatan interaksi hubungan wilayah Batam dan Kabupaten Kepulauan Meranti diperoleh hasil sebesar 9.6 sedangkan interaksi wilayah antara Pekanbaru dan Kabupaten Kepulauan Meranti adalah 8,78. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa interaksi wilayah antara Kepulauan Meranti dengan Batam lebih kuat dibandingkan interaksi wilayah Kepulauan Meranti dengan ibukota provinsinya yaitu Kota Pekanbaru. (Majalah Geografi Indonesia, 2018)

Kekuatan interaksi tersebut menunjukkan bahwa aliran manusia akan lebih banyak terjadi antar Kota Batam dengan Kabupaten Kepulauan Meranti dibandingkan antara Kabupaten Kepulauan Meranti dengan ibukota provinsinya yaitu Kota Pekanbaru. Pengaruh interaksi wilayah tersebut dengan ditetapkannya Batam sebagai pusat pertumbuhan apakah memberi dampak sebar yang mempengaruhi tingkat pembangunan yang dilakukan di wilayah sekitarnya, khususnya di Kabupaten Kepulauan Meranti.

Untuk melihat pengaruh terhadap tingkat pembangunan di wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti, kembali kepada indikator Pendapatan Daerah Regional  Bruto (PDRB) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang kemudian dibandingkan dengan PDRB dan IPM rata-rata Provinsi Riau.

PDRB di Kabupaten Kepulauan Meranti mengalami peningkatan yaitu dari 8  trilyun rupiah pada tahun 2010 menjadi 16 trilyun rupiah pada tahun 2016. Berdasarkan hasil perhitungan PDRB tahun 2018 rilis data BPS 2019, angka PDRB atas dasar harga berlaku mencapai 18,186 triliun rupiah dengan konstribusi dari kategori (Pertanian, Kehutanan dan Perikanan) sebagai penyumbang terbesar dengan peranan sebesar 35,12%. Seluruh lapangan usaha pada tahun 2018 mengalami pertumbuhan yang menunjukan adanya pembangunan di kabupaten tersebut.

Walaupun PDRB merupakan indikator yang sangat penting, namun pertumbuhan PDRB merupakan angka agregat yang tidak dapat menggambarkan keseluruhan proses pembangunan masyarakat yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu perlu melihat indikator lain untuk mendapatkan gambaran bagaimana pembangunan masyarakat yang dilakukan di Kabupaten  Kepulauan Meranti.

Adapun indikator yang akan dilihat adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Kepulauan Meranti. IPM di Kabupaten Kepulauan Meranti menunjukkan adanya peningkatan pembangunan manusia yaitu dari 60,38 pada tahun 2011 menjadi 63,25 pada tahun 2015 dan berada pada kategori sedang (BPS Kabupaten Kepulauan Meranti, 2016). Berdasarkan data terkini Badan Pusat Statistik dirilis halaman resmi Berita Resmi Statistik, Indek Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Riau tahun 2018 mencapai 72,44. IPM terendah di Riau berada di Kabupaten Kepulauan Meranti sebesar 65,23 dan yang tertinggi berada pada kota Pekanbaru sebesar 80,66 sedangkan Kabupaten dengan kemajuan pembangunan manusia paling cepat, yaitu Kabupaten Rokan Hilir (1,31%), sementara itu Kabupaten Kampar (0,43%) tercatat dengan pertumbuhan paling lambat di Riau selama tahun 2017-2018.

IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan pembangunan dalam jangka panjang. Untuk melihat kemajuan pembangunan manusia, terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu kecepatan dan status pencapaian.

Berdasarkan pembahasan pada substansi sebelumnya telah diketahui bahwa kedudukan strategis Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai hinterland Batam belum mampu memberikan dampak signifikan bagi perekonomian. Penentuan Batam sebagai pusat pertumbuhan yang disebut sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) belum mampu memberikan dampak sebar (spread efect) yang signifikan bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Kepulauan Meranti. Oleh karena itu perlu ditentukan sektor basis  (leading sector) yang diprioritaskan untuk dikembangkan di Kabupaten Kepulauan  Meranti.

Selain mencari sektor basis yang diharapkan menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi di masa datang, pemerintah juga memperhatikan serapan tenaga  kerja. Demikian pula pertimbangan Pemkab Kepulauan Meranti dalam menyusun prioritas pembangunannya. Berdasarkan RPJMD Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2016-2021, sektor unggulan kabupatennya adalah sebagai berikut: 1) Industri pengolahan, 2). Konstruksi, 3). Transportasi dan pergudangan, 4) Jasa pendidikan, 5) Pertanian, 6) Perdagangan dan pariwisata, (BPS Kabupaten Kepulauan Meranti, 2016).

Sementara, sektor Perusahaan industri, pertambangan dan energi menurut  sumber data Dinas perdagangan, perindustrian, Koperasi dan UKM Kepulauan Meranti Pada tahun 2018 Kepulauan Meranti memiliki 1.473 perusahaan dengan daya serap tenaga kerja sejumlah 7.237 pekerja. Meningkat dari tahun 2017 dengan jumlah penyerapan tenaga kerja sebanyak 7.119 dari 1.689 perusahaan yang terdata, (BPS Kabupaten Kepulauan Meranti dalam Angka, 2019)

Menurut penelitian Prioritas pembangunan di Kabupaten Kepulauan Meranti (Fakultas Geografi UGM dan Ikatan Geograf Indonesia, 2018) bertujuan untuk menentukan sektor basis apa yang sebaiknya diprioritaskan untuk dikembangkan dan dimana sebaiknya sektor tersebut dikembangkan di Meranti. Hasil penelitian menjelaskan Sektor basis adalah sektor transportasi dan pergudangan; sektor pertanian, kehutanan dan perikanan; dan sektor industri pengolahan. Pemilihan sektor-sektor tersebut didorong oleh sifat sektor-sektor tersebut yang padat tenaga kerja dan berpotensi besar menyerap  tenaga kerja.

Sektor transportasi dan pergudangan dapat dikembangkan di daerah Lukit, Tanjung Padang dan Tanjung Sari. Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dapat dikembangkan di Tanjung Samak, Kecamatan Rangsang (kelapa, karet, sagu); Teluk Belitung, Kecamatan Merbau (sagu, karet dan perikanan); Tanjung Sari dan Pulau Topang, Kecamatan Tebing Tinggi Timur (sagu, karet dan perikanan); Perangas dan Desa Lemang, Kecamatan Rangsang Barat (sagu dan karet); Tanjung Padang, Kecamatan Merbau (sagu); Kuala Merbau, Kecamatan Merbau (sagu dan karet).

Alai, Kecamatan Tebing Tinggi Barat (sagu dan karet); Bandul (sagu dan karet); Meranti Bunting, Kecamatan Merbau (sagu, karet, kelapa dan perikanan); Lukit, Kecamatan Merbau bagian selatan (sagu); Teluk Ketapang, Kecamatan Merbau (sagu dan karet); Tanjung Peranap, Kecamatan Tebing Tinggi Barat (sagu, karet); Segomeng, Kecamatan Rangsang Barat (sagu dan karet); Sidomulyo dan Anak Penyagun (karet dan kelapa). Sedangkan sektor industri pengolahan dapat dikembangkan di Selatpanjang, Kecamatan Merbau (industri pengolahan sagu) Tanjung Samak, Kecamatan Rangsang (industri hasil perkebunan kelapa); Tanjung Sari, Kecamatan Tebing Tinggi Timur (industri pengolahan sagu).

Hasil Jurnal penelitian diatas mayoritas geografis Kabupaten Kepulauan Meranti yang terdiri dari 9 Kecamatan tersebar wilayah potensial Sagu, kelapa dan karet. Luas pengembangan perkebunan tahun 2018 dengan hasil produksi unggulan adalah hasil perkebunan sagu sebanyak 239.086 ton dengan luas perkebunan 39.644 ha, sedangkan produksi perkebunan kelapa 28.781 ton dengan luas 31.914 ha dan disusul perkebunan karet produksi 11.943 ton dengan luas pekebunan 20.701 ha.

Sektor basis prioritas pembangunan Kabupaten Kepulauan Meranti strategis yang memberikan kontribusi terbesar mengusung slogan Meranti Sentral Sagu Dunia pada hari jadi Kabupaten Kepulauan Meranti ke 11 Tahun merupakan sektor basis unggulan untuk dikembangkan baik secara pengolahan yang memiliki nilai ekonomis bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, penyerapan tenaga kerja secara pengelolaan, memeratakan distribusi pendapatan masyarakat dan memberikan kontribusi pendapatan anggaran daerah dengan regulasi Pajak Komoditi sagu yang harus diperjelas dan dipertegas untuk kabupaten Kepulauan Meranti kedepannya.

Sumber:
. Sinkap.info
. Kabupaten Kepulauan Meranti dalam Angka, 2019
. Majalah Geografi Indonesia, 2018
. Fakultas Geografi UGM
. Ikatan Geograf Indonesia

Tags : Kabupaten Kepulauan Meranti, Membangun Meranti, Strategis Riset Sektor Basis Prioritas,