Lingkungan   2020/04/09 00:20 WIB

Virus corona: Orangutan, Gorila dan Simpanse Terancam

Virus corona: Orangutan, Gorila dan Simpanse Terancam


LINGKUNGAN - Sejumlah kera besar, seperti gorila, orangutan, dan simpanse dikarantina agar terhindar dari ancaman wabah virus corona.

Wisata gorila di Afrika telah ditangguhkan, sementara Pusat Rehabilitasi Orangutan Sepilok di Sabah, Malaysia, telah menutup aksesnya untuk umum.

Tidak diketahui apakah kera besar dapat tertular virus corona, namun muncul kekhawatiran bahwa mereka berisiko tertular.

Pekan ini seekor harimau di Kebun Binatang Bronx, AS, dinyatakan positif terpapar virus corona. Hal ini mendorong berbagai pihak menempuh sejumlah langkah untuk melindungi harimau dan kucing besar lainnya dan para pengasuhnya.

Dr Kirsten Gilardi adalah kepala dokter hewan pada organisasi nirlaba Gorilla Doctors, yang peduli dan terlibat dalam merawat gorila-gorila di hutan Rwanda, Uganda, serta Republik Demokratik Kongo (DRC).

Kami tidak tahu apakah gorila gunung akan terinfeksi; kami belum melihat bukti tentang itu, katanya. Tapi karena gorila gunung rentan terhadap penyakit pada manusia, kita tahu bahwa mereka dapat mengembangkan penyakit pernapasan.

Gorila gunung (Gorilla beringei beringei) adalah spesies kera besar yang terancam punah dan hanya ditemukan di hutan Rwanda, Uganda, dan DRC.

Di ketiga negara itu telah muncul sejumlah kasus manusia terpapar virus corona, sehingga wisata gorila di wilayah tersebut saat ini ditangguhkan. Pekerjaan dokter hewan dan penjaga hutan yang merawat gorila liar terus berlanjut, tetapi dengan tindakan pencegahan tambahan.

Banyak dari apa yang kami praktikkan saat ini, seperti menjaga jarak sosial, dan karantina diri sendiri, adalah rekomendasi terpenting untuk melindungi kera besar juga, kata Dr Gilardi, yang juga seorang profesor dokter hewan di Universitas California dirilis BBCIndoensia.

Jaga jarak sosial

Bahkan sebelum wabah virus corona menjalar, warga diminta agar setidaknya berjarak tujuh meter dari gorila setiap saat.

Panduan baru dari International Union for the Conservation of Nature (IUCN) menyerukan untuk menjaga jarak minimal 10 meter dari kawanan kera besar. Kunjungan manusia pun dikurangi seminimal mungkin untuk memastikan keselamatan dan kesehatan mereka.

Orang sakit, atau orang yang berhubungan dengan orang sakit selama 14 hari ke belakang, harus mendapat izin untuk mendekati gorila.

Kehilangan habitat dan perburuan liar merupakan ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup kera besar, tetapi virus juga menjadi perhatian utama.
Penyakit menular kini masuk tiga teratas dalam daftar ancaman terhadap beberapa kelompok kera besar.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa simpanse dapat tertular virus flu biasa, sementara virus Ebola diperkirakan telah membunuh ribuan simpanse dan gorila di Afrika.

Serge Wich, profesor biologi primata di Liverpool John Moores University, Inggris, mengatakan banyak negara telah menutup lokasi wisata kera besar, sementara para peneliti dan pengelola cagar alam mengambil tindakan ekstra.

Kita tidak tahu apa efek virus ini terhadap mereka dan ini berarti kita harus mengambil langkah waspada untuk mengurangi risiko kera-kera besar terpapar virus corona, katanya.

Susan Sheward, pendiri dan ketua Orangutan Appeal UK, mengatakan: Penyakit ini bisa berakibat fatal bagi orangutan yang sudah terancam punah, ini adalah risiko yang tidak mampu kami atasi. OAUK akan melakukan apa saja untuk memastikan bahwa orangutan di Sepilok tetap sehat dan aman.

Ada empat jenis kera besar yang hidup hari ini: gorila (Afrika), bonobo (Afrika), orangutan (Asia Tenggara), dan simpanse (Afrika).

Manusia terkait erat dengan kera besar, karena berbagi nenek moyang yang sama beberapa juta tahun silam. (*)

Tags : -,