Internasional   2020/05/13 17:26 WIB

Inggris Keluar dari Lockdown Secara Bertahap

Inggris Keluar dari Lockdown Secara Bertahap

INTERNASIONAL - Langkah Inggris keluar dari lockdown virus corona secara bertahap: Boleh keluar menikmati taman-taman, pakai masker tapi tidak 'pergi berlibur'

Setelah hampir tujuh minggu karantina wilayah atau lockdown, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan fase berikutnya yang akan dilakukan pemerintah terkait penanganan pandemi virus corona.

Dalam debat di parlemen, hari Senin (11/05), Johnson mengatakan rencana untuk melonggarkan lockdown ini akan memungkinkan pemerintah mengontrol Covid-19 bila masyarakat mengikuti peraturan.

Sejumlah rencana yang dikatakannya kembali dalam debat di parlemen adalah bahwa warga boleh keluar dan menikmati taman-taman, namun bukan untuk berlibur.

Johnson mengatakan orang dapat mengendarai mobil sejauh yang mereka suka menuju ke tempat-tempat terbuka.

Namun ia memperingatkan siapa pun yang melarang akan dikenai denda yang meningkat dari ��60 menjadi ��100. Denda ini akan diperberat bagi yang mengulangi dengan jumlah tertinggi mencapai ��3.200.

Kita tak mau melihat orang pergi ke rumah kedua mereka untuk liburan peraturan baru itu bukan menyangkut itu, tapi untuk mengizinkan orang bersenang-senang, menikmati taman dan tempat [terbuka] lain guna menikmati keindahan alam, kata Johnson dirilis BBCIndonesia.

Perlu pakai masker

Anjuran yang dikeluarkan dalam dokumen pemerintah terkait lockdown adalah agar orang memakai masker saat naik transportasi umum dan juga saat berbelanja ke sejumlah toko.

Dokumen itu menyebut anjuran penggunaan masker di tempat tertutup di mana jaga jarak tidak memungkinan untuk dilakukan.

Karena makin banyak orang yang kembali bekerja, akan makin banyak pula pergerakan orang di luar rumah. Kondisi ini mendorong pemerintah untuk mengeluarkan anjuran agar warga mengenakan penutup wajah di tempat-tempat tertutup, di mana jaga jarak sulit diterapkan.

Tempat-tempat yang sulit menerapkan penjarakan sosial di antaranya adalah toko dan transportasi umum, demkian isi dokumen tersebut.

Warga juga diizinkan untuk bertemu satu orang lain di luar rumah, sambil tetap menjaga jarak.

Dokumen ini keluar setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan Minggu (10/05) tahapan rencana bersyarat untuk melonggarkan pembatasan yang diterapkan sejak akhir Maret untuk menekan wabah virus corona.

Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Minggu (10/05) malam atau Senin dini hari WIB, PM Johnson, menyampaikan perubahan pembatasan, antara lain dengan meminta mereka yang tidak bisa bekerja di rumah untuk kembali ke tempat kerja, terhitung mulai Senin (11/05) pagi.

Namun perjalanan ke tempat kerja ini, sebisa mungkin menghindari transportasi publik dan berjalan atau bersepeda bila memungkinkan.

Pemerintah juga membolehkan kegiatan olahraga di luar rumah tanpa ada pembatasan mulai hari Rabu (13/05), tetap dengan mengikuti aturan penjarakan sosial atau social distancing.

Jika tingkat infeksi terus menurun, PM Johson mengatakan pemerintah berharap bisa membuka kembali toko dan sekolah pada awal Juni.

Ia juga mengisyarakatkan bahwa sektor-sektor yang mencakup perhotelan, restoran, dan perjalanan mungkin akan dibuka lagi pada bulan Juli.

Perubahan pembatasan ini pada praktiknya membuat Inggris masih menerapkan lockdown atau karantina wilayah.

Pekan ini belum saatnya untuk mengakhiri lockdown, tegas PM Johnson.
Kematian yang tertinggi di Eropa

Pada Minggu, 269 orang meninggal dunia setelah positif terkena virus corona, menjadikan jumlah total kematian di Inggris menjadi 31,855, yang tertinggi di Eropa, melebihi angka kematian di Italia.

Menteri Luar Negeri Dominic Raab menyebutnya sebagai tragedi besar.

Kepala statistik BBC, Robert Cuffe, mengatakan Inggris mencapai angka kematian sebanyak itu lebih cepat ketimbang Italia.

Namun dia mengatakan ada yang perlu diperhatikan dalam membuat perbandingan seperti itu, termasuk populasi Inggris sekitar 10% lebih besar dari Italia.

Setiap negara juga memiliki tata cara pengujian yang berbeda. Italia melakukan tes lebih banyak dari Inggris sampai saat ini.

Dalam konferensi pers harian, Raab mengatakan puluhan ribu nyawa yang melayang adalah sebuah tragedi besar yang belum pernah dilihat negara ini dalam skala ini, dengan cara ini.

Soal perbandingan internasional, dia mengatakan, Saya tidak berpikir kita akan mendapatkan vonis nyata tentang seberapa baik negara-negara telah melakukan sampai pandemi selesai, dan terutama sampai kita mendapatkan data internasional yang komprehensif tentang semua penyebab kematian.

Profesor Sir David Spiegelhalter dari Universitas Cambridge mengatakan kita bisa yakin bahwa semua angka yang dilaporkan adalah perkiraan terendah dari angka kematian sebenarnya yang diakibatkan virus tersebut.

Dia mengatakan, Kita dapat dengan aman mengatakan bahwa tidak ada negara-negara ini yang melakukan dengan baik, tetapi ini bukan Eurovision dan tidak ada gunanya untuk mencoba dan memberi peringkat mereka.

Dia menambahkan satu-satunya perbandingan yang paling masuk akal adalah dengan melihat semua penyebab kematian, disesuaikan dengan distribusi usia negara [tetapi] bahkan kemudian akan sangat sulit untuk menjelaskan alasan perbedaan.

Ini adalah momen yang serius. Italia adalah negara pertama dari Eropa yang menyaksikan kasus-kasus meningkat dengan cepat, dan pemandangan rumah sakit yang kewalahan mendapat kejutan dan ketidakpercayaan.

Tetapi kita harus berhati-hati dalam menafsirkan angka-angka itu.

Italia dan Inggris sekarang menghitung kematian dengan cara yang sama, termasuk di rumah sakit dan masyarakat.

Tetapi ada faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan.

Pertama, Inggris memiliki populasi yang sedikit lebih besar. Jika Anda menghitung kasus per populasi, Italia terbilang lebih buruk.

Kasus dikonfirmasi oleh tes - dan jumlah pengujian yang dilakukan bervariasi.

Penyebaran geografis juga terlihat sangat berbeda - setengah dari kematian di Italia terjadi di Lombardy.

Di Inggris, sebagai perbandingan, mereka jauh lebih tersebar. Kurang dari seperlima terjadi di London, yang memiliki populasi serupa dengan Lombardy.

Lalu, bagaimana Anda memperhitungkan dampak tidak langsung dari hal-hal seperti orang yang tidak mendapatkan perawatan untuk kondisi lain?

Cara paling adil untuk menilai dampak dalam hal kematian adalah dengan melihat kelebihan mortalitas - angka yang mati di atas apa yang biasanya terjadi.

Anda perlu melakukan ini dari waktu ke waktu. Akan butuh berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun, sebelum kita dapat benar-benar mengatakan siapa yang memiliki angka kematian tertinggi.

Sementara itu, kisah-kisah personal mereka yang telah meninggal masih muncul.

Di antaranya tiga anggota keluarga yang sama yang meninggal setelah tertular virus corona.

Keith Dunnington, seorang perawat berusia 54 tahun yang bekerja selama lebih dari 30 tahun, meninggal di rumah orangtuanya di South Shields, Inggris, pada 19 April.

Tak lama kemudian, ibunya, Lillian, yang berusia 81 tahun, meninggal pada 1 Mei dan suaminya Maurice, 85 tahun, meninggal beberapa hari kemudian.

Sementara, Momodou Dibba, seorang penjaga di rumah sakit Watford, meninggal karena virus corona pada usia 29 April.

Dalam sebuah pernyataan, West Hertfordshire NHS Trust mengatakan, Dibba, yang dikenal sebagai Mo, baik, peduli, dan perhatian.

Sementara itu, 14 orang dari rumah perawatan yang sama di Irlandia Utara telah meninggal karena gejala terkait Covid-19.

Saat ini, sudah ada 1.383.842 orang yang dites untuk virus corona di Inggris, termasuk 84.806 tes yang dilakukan kemarin,

Selama tiga hari berturut-turut, pemerintah gagal mencapai target tes harian 100.000.

Menteri Kesehatan Matt Hancock menetapkan target tersebut pada awal April dan pemerintah mengumumkan pada hari Jumat dan Sabtu bahwa mereka telah mencapai angka 100.000 lebih.
Angka kematian

Secara terpisah, Badan Statistik Nasional Inggris (ONS) menerbitkan data pada hari Selasa (05/05) yang menunjukkan bahwa pada tanggal 24 April ada 27.300 kematian yang disebabkan oleh virus corona.

Termasuk kematian yang dilaporkan ke ONS sejak 24 April, jumlah totalnya menjadi lebih dari 32.000.

Angka-angka ini juga mencakup kasus-kasus di mana dokter mencurigai individu tersebut terinfeksi, tetapi tes tidak dilakukan - sedangkan angka harian pemerintah bergantung pada kasus yang dikonfirmasi.

Dalam perkembangan lain:

. Profesor Neil Ferguson, yang merekomendasikan karantina wilayah di Inggris kepada Perdana Menteri Boris Johnson, telah berhenti sebagai penasihat pemerintah tentang virus corona setelah mengakui kesalahan penilaian dan meremehkan jaga jarak sosial. . Lebih sedikit dari 300 orang yang tiba di Inggris dari luar negeri dikarantina, ketika virus itu menyebar ke seluruh dunia pada awal tahun, demikian data dari Kementerian Dalam Negeri.

. Badan keamanan siber di Inggris dan Amerika Serikat telah mengeluarkan peringatan bersama kepada staf layanan kesehatan dan penelitian medis, mendesak mereka untuk meningkatkan keamanan kata sandi mereka, setelah peretas dunia maya menargetkan badan layanan kesehatan, khususnya mereka yang terlibat dalam penanganan virus corona.

. Tambahan 366 orang yang dinyatakan positif Covid-19 meninggal di rumah sakit Inggris, 44 pasien meninggal di Skotlandia dan 26 orang lainnya meninggal di Wales Maskapai Virgin Atlantic akan memberhentikan sepertiga dari stafnya di Inggris dan menutup operasional di Gatwick karena pandemi Anggota parlemen mendengar bahwa bukti ilmiah tentang kegunaan masker terhadap pencegahan virus coronatidak langsung, tetapi penggunaannya dapat membantu mencegah penyebaran.

(*)

Tags : -,