INTERNASIONAL - Brasil menghapus data Covid-19 dari laman pemerintah yang mencatat kasus-kasus positif virus corona selama berbulan-bulan lalu di tengah kemunculan berbagai kritik mengenai cara penanganan Presiden Jair Bolsonaro terhadap pandemi.
Kementerian Kesehatan mengatakan hanya bakal melaporkan kasus-kasus dan kematian selama 24 jam, tanpa menyampaikan jumlah total sebagaimana yang dilakukan banyak pemerintah lain.
Bolsonaro sebelumnya menegaskan bahwa data kumulatif tidak mencerminkan kondisi sesungguhnya.
Brasil kini merupakan negara dengan kasus positif virus corona terbanyak kedua di dunia, setelah Amerika Serikat, menurut data yang dihimpun Universitas Johns Hopkins.
Negara tersebut disebut memiliki 672.846 kasus positif per Minggu (07/06) pagi WIB, namun jumlah sesungguhnya diyakini lebih tinggi karena tingkat pengujian rendah.
Adapun jumlah kematian di Brasil akibat Covid-19 mencapai 35.930 orang, tertinggi ketiga di dunia setelah AS dan Inggris.
Kondisi ini memunculkan arus kritik terhadap Presiden Bolsonaro. Pemimpin berhaluan kanan-jauh itu menolak langkah-langkah yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan pada Jumat (05/06), mengancam mundur dari lembaga itu yang dituduhnya sebagai organisasi politik partisan.
Bolsonaro juga berulang kali bergabung dengan para penyokongnya dalam berbagai aksi demonstrasi beberapa bulan terakhir, mengabaikan anjuran menjaga jarak aman.
Apa yang dikatakan pemerintah Brasil?
Pada Sabtu (06/06) waktu setempat, Kementerian Kesehatan Brasil menghapus data Covid-19 dari laman resminya. Data itu terdiri dari kumpulan dokumentasi mengenai virus corona yang dihimpun negara bagian dan kotamadya secara berkala.
Alih-alih data kumulatif, Kementerian Kesehatan menyatakan ada 27.075 kasus baru dan 904 kematian selama 24 jam terakhir. Disebutkan pula, sebanyak 10.209 pasien telah sembuh.
Di Twitter, Presiden Bolsonaro menyatakan data kumulatiftidak mencerminkan kondisi yang dialami negara saat ini. Namun, dia tidak menjelaskan mengapa informasi di laman Kementerian Kesehatan dicabut atau tidak bisa dilihat publik.
Menurutnya, langkah-langkah tambahan sedang ditempuh untuk memperbaiki pelaporan kasus-kasus.
Keputusan itu dikritik sejumlah wartawan dan anggota Kongres. Penghapusan data terjadi ketika Brasil melaporkan lebih dari 1.000 kematian selama empat hari berturut-turut.
Bagaimana cara Bolsonaro menangani Covid-19?
Penanganan Bolsonaro terhadap wabah di negaranya menimbulkan berbagai kritik hingga pengunduran diri Menteri Kesehatan Nelson Teich, Mei lalu.
Nelson Teich mengkritik dekrit yang dikeluarkan Presiden Jair Bolsonaro, yang membolehkan pusat kebugaran dan salon kecantikan dibuka kembali.
Namun ia tidak memberikan alasan pengunduran dirinya dalam jumpa pers.
Pejabat sebelum Teich, Luiz Mandetta, dipecat Presiden Bolsonaro setelah keduanya berseteru soal kebijakan menjaga jarak.
Bagaimanapun, fokus Bolsonaro terhadap meminimalisir gangguan ekonomi disambut banyak orang. Para pendukungnya menggelar pawai anti-lockdown dan dihadiri sendiri oleh sang presiden.
Menteri Kesehatan Brasil mengundurkan diri setelah kurang dari sebulan, menyusul ketidaksepakatan atas cara pemerintah menangani eskalasi krisis virus corona di negara itu.
Presiden berhaluan ekstrem kanan itu terus menentang langkah-langkah pembatasan.
Ia meremehkan virus corona, menyebutnya hanya flu ringan dan mengatakan bahwa penyebaran Covid-19 tidak terhindarkan. Sikapnya itu telah menuai kritik dari komunitas internasional.
Mengapa sang menteri kesehatan mengundurkan diri?
Dalam jumpa pers, Teich tidak mengungkapkan alasannya mengundurkan diri. Ia hanya mengucapkan terima kasih kepada Presiden Bolsonaro karena memberinya kesempatan untuk melayani sebagai menteri dan memuji petugas layanan kesehatan.
Namun ia telah berselisih dengan presiden mengenai beberapa aspek tentang langkah pemerintah dalam menghadapi epidemi yang semakin meningkat.
Ia tidak setuju dengan keinginan presiden menggunakan klorokuin sebagai obat untuk pasien Covid-19. Obat ini telah mendapatkan perhatian luas meskipun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan tidak ada bukti yang memastikan keampuhannya.
Teich juga berselisih dengan sang presiden mengenai rencana untuk membuka ekonomi, mengatakan pada pekan lalu bahwa ia tidak diajak berkonsultasi sebelum presiden mengeluarkan perintah yang memungkinkan pusat kebugaran, salon kecantikan, dan penata rambut untuk buka kembali.
Namun perbedaan pendapat tentang penggunaan klorokuin adalah batasnya, lansir surat kabar Globo.
Ia adalah menteri kesehatan kedua yang mundur dalam waktu kurang dari sebulan. Luiz Henrique Mandetta dipecat pada bulan April setelah Presiden Bolsonaro mengkritiknya secara terbuka karena meminta khalayak untuk menjaga jarak sosial dan tidak keluar rumah.
Analisis oleh Katy Watson, Koresponden Amerika Selatan
Kehilangan satu menteri kesehatan itu canggung, tetapi kehilangan dua dalam waktu kurang dari sebulan tidak hanya memalukan bagi Jair Bolsonaro tetapi sangat mengkhawatirkan bagi Brasil.
Negara ini telah menjadi titik panas terbaru untuk virus corona dan alih-alih para politisi berusaha menanganinya bersama, pandemi ini telah menjadi isu politik dan pemimpin negara gagal memberikan arahan bagi rakyat yang benar-benar membutuhkannya.
Nelson Teich tidak memberikan alasan untuk kepergiannya, hanya mengatakan hidup ini penuh dengan keputusan dan saya memutuskan untuk pergi - tetapi dia tidak sepakat dengan bosnya tentang penggunaan klorokuin dan pelayanan kesehatannya; dan, kementerian kesehatan yang dipimpinnya tidak dilibatkan ketika pekan ini Jair Bolsonaro memutuskan untuk mengategorikan salon kecantikan, penata rambut, dan pusat kebugaran sebagai layanan esensial.
Tampaknya pekerjaan menteri kesehatan untuk Jair Bolsonaro adalah tugas tanpa pamrih saat ini tetapi itu adalah lowongan pekerjaan yang sulit pada waktu terburuk di Brasil. (*)
Tags : -,