LINGKUNGAN - Hasil studi jejak karbon yang dilakukan lembaga nirlaba yang berbasis di Swedia, Swedish Enviromental Research Institute (IVL) menlai, perhitungan jejak karbon untuk pulp dan kertas produksi PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) membuktikan terdapat serapan karbon yang lebih besar ketimbang emisi yang dihasilkan.
Direktur Sustainable Organization, Product and Processes IVL Elin Erikson mengungkapkan, RAPP mengemisi sebesar 850 kilogram (kg) setara karbon untuk setiap ton pulp yang dihasilkan, dan 1.070 kg setara karbon untuk setiap ton kertas. Sedangkan pada saat yang sama, penyerapan emisi untuk setiap ton pulp dan kertas jauh lebih tinggi mencapai 5.700 (kg) setara karbon. Emisi karbon yang dihasilkan bisa ditekan jika RAPP beralih menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, kata Elin di Jakarta didepan media belum lama ini.
Menurutnya, ini bisa dijadikan acuan bagi pemerintah untuk merealisasikan komitmen pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 26% pada 2020 terhadap produk pulp dan kertas RAPP, yang mulai dari proses pengelolaan hingga berbentuk produk jadi, sampai produk tersebut akhirnya rusak terurai.
Perhitungan jejak karbon untuk pulp dan kertas produksi PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) membuktikan terdapat serapan karbon yang lebih besar ketimbang emisi yang dihasilkan. Hal itu bisa dijadikan acuan bagi pemerintah untuk merealisasikan komitmen pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 26% pada 2020. Kajian IVL juga mengungkapkan, pengelolaan hutan yang dilakukan RAPP baik di lahan mineral maupun di lahan gambut bisa menekan emisi GRK hingga 45-55% dibandingkan jika lahan tersebut dibiarkan tanpa pengelolaan.
Kontribusi utama pencegahan emisi tersebut berasal dari pengelolaan tanaman pokok, kawasan lindung, dan tanaman unggulan di dalam areal konsesi RAPP. Dalam penelitiannya IVL menggunakan metodologi dan panduan yang diterbitkan oleh Konfederasi Industri Kertas Eropa (CEPI). Konfederasi tersebut beranggotakan 800 perusahaan pulp dan kertas dengan 1.200 pabrik dari 18 negara yang mewakili 27% dari total produk dunia.
Elin menyebut, langkah penghitungan jejak karbon secara sukarela oleh RAPP sebagai sesuatu yang positif. Menurut dia, informasi jejak karbon tersebut dibutuhkan konsumen untuk mengetahui seberapa besar karbon yang diemisi dari produk yang mereka konsumsi. Ke depan akan lebih banyak lagi konsumen yang menuntut informasi jejak karbon ini, termasuk konsumen pulp dan kertas, kata dia.
Mersepon perhitungan tersebut, Sustainability Head RAPP Dian Novarina berpendapat, pihaknya sesegera mungkin akan beralih menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dalam proses produksi. Pengukuran jejak karbon ini membantu kami untuk terus menerus melakukan perbaikan di semua lini guna menjawab tantang perubahan iklim dan mendukung komitmen pemerintah untuk mengurangi emisi GRK, ujar dia.
Sementara itu, Anggota tim MRV Semenanjung Kampar, Profesor Muhajir Utomo menyatakan, informasi yang disampaikan IVL penting dalam konteks pencapaian komitmen pengurangan emisi karbon Indonesia. Pengelolaan berbasis vegetatif terbukti mampu menyerap emisi. Jadi kalau ingin merealisasikan komitmen pengurangan emisi harus mengedepankan pengelolaan lahan berbasis vegetatif, kata Muhajir yang merupakan pakar sumberdaya lahan Universitas Lampung.
Anggota tim MRV lainnya, Basuki Sumawinata menyatakan, perhitungan jejak karbon tersebut membuktikan tudingan sejumlah LSM terhadap pengelolaan hutan di Indonesia salah besar. Dia menyerukan pemerintah agar lebih aktif mengkampanyekan capaian kelestarian lingkungan yang dilakukan masyarakat dan perusahaan Indonesia. Konsumen dunia harus tahu bahwa produk Indonesia diproduksi secara ramah lingkungan, ujar dia. (*)
Tags : -,