Sejarah   2020/07/04 16:25 WIB

75 Tahun yang Lalu Diatas Langit Kota Balikpapan

75 Tahun yang Lalu Diatas Langit Kota Balikpapan

SEJARAH - 1 Juli 1945, 300 pesawat tempur dan 25 pembom dari RAAF Australia menggempur kedudukan pasukan Jepang di Balikpapan. Pertahanan Jepang mulai Handil, Teritip, Manggar, Sepinggan, Klandasan, Pandan Sari, Kampung Baru, Sumber dan Gunung Samarinda luluh lantak. Komandan RAAF Vice Marshall W. Bostock memastikan 1450 ton bom menghujani kota Balikpapan, di titik-titik pertahanan Jepang.

Besoknya, Marsekal Michida Kamada beserta AL Jepang di Teluk Balikpapan mesti menahan serangan kapal induk SS Cleveland, 100 kapal fleet. Kamada hanya mampu bertahan dua hari dari gempuran tersebut.

Jenderal McArtur, Admiral Morshead, Jenderal Willford dan Sir Louis Monbatten, penguasa perang Inggris di Asia Pasifik, berada di kapal induk SS Cleveland. Mereka menyaksikan 10.500 tentara divisi ke-7 Australia didaratkan di pantai Klandasan (Lokasi sekarang depan Kodam VITanjung Pura, Balikpapan)

Selanjutnya, diturunkan lagi 700 kendaraan tempur dan 91 ampibi modifikasi tank leopard di Manggar. Sedangkan di Teluk Balikpapan dan perairan Manggar masih menunggu 20.000 pasukan Australia 2.000 Belanda dan 2.000 AS.

4 Juli 1945, Jepang beserta 4.000 pasukan takluk di Balikpapan. Penguasa perang di Balikpapan diberikan kepada Australia bukan Belanda (NICA).

Arti Balikpapan bagi Jepang, seperti arti Ploesti, Rumania bagi Jerman. Sebuah kantong suplai BBM.

Peristiwa Balikpapan ini menjadi referensi pendaratan tersukses bagi pasukan Australia sampai sekarang. Divisi 7 Australia sebelum diturunkan ke Balikpapan, mereka berpengalaman di Afrika Utara dan Papua Nugini.

Saat Balikpapan dipegang Divisi 7 Australia, hingga proklamasi Indonesia dan perang kemerdekaan 1945-1949. Balikpapan aman. Lantaran itu, Hatta meminta Australia menjadi pembela Indonesia di konferensi meja bundar (KMB) 1949.

Sejarah Kota Balikpapan

Balikpapan adalah sebuah kota di Kalimantan Timur, Indonesia. Kota ini memiliki perekonomian terbesar di seantero Kalimantan, dengan total PDRB mencapai Rp79,65 triliun pada tahun 2016.[7] Dari sisi kependudukan, Balikpapan adalah kota terbesar kedua di Kalimantan Timur (setelah Samarinda) dengan total penduduk sebanyak 778.908 jiwa[8], yang merupakan 21.6 % dari keseluruhan penduduk Kaltim.

Balikpapan merupakan kota dengan biaya hidup termahal se-Indonesia.[9][10] Logo dari kota yang sering disebut Kota Minyak (Banua Patra) dan Bumi Manuntung ini adalah beruang madu, maskot Balikpapan yang mulai di ambang kepunahan. Nama asli Balikpapan adalah Billipapan[11][12] atau Balikkappan[13] (logat Banjar) Geografi Kota Balikpapan memiliki wilayah 85% berbukit-bukit serta 12% berupa daerah datar yang sempit terutama berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan sungai kecil serta pesisir pantai. Dengan kondisi tanah yang bersifat asam (gambut) serta dominan tanah merah yang kurang subur. Sebagaimana layaknya wilayah lain di Indonesia, kota ini juga beriklim tropis.

Kota ini berada di pesisir timur Kalimantan yang langsung berbatasan dengan Selat Makassar, memiliki teluk yang dapat dimanfaatkan sebagai pelabuhan laut komersial dan pelabuhan minyak. Batas wilayah Letak astronomis Balikpapan berada di antara 1,0 LS 1,5 LS dan 116,5 BT 117,5 BT dengan luas sekitar 503,3 km�� dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Utara ; Kabupaten Kutai Kartanegara Selatan ; Selat Makassar Barat ; Kabupaten Penajam Paser Utara Timur ; Selat Makassar Sejarah Asal usul nama Balikpapan Ada beberapa hikayat populer yang menceritakan asal usul kota yang berada di pesisir timur Kalimantan ini, yaitu:[14][15] Adanya 10 keping papan yang kembali ke Jenebora dari 1.000 keping yang diminta oleh Sultan Kutai sebagai sumbangan bahan bangunan untuk pembangunan Istana Baru Kutai Lama. Kesepuluh papan yang balik tersebut disebut oleh orang Kutai Balikpapan Tu.

Sehingga wilayah sepanjang Teluk Balikpapan, tepatnya di Jenebora disebut Balikpapan.[16] Suku Pasir Balik (suku asli Balikpapan) adalah keturunan kakek dan nenek bernama Kayun Kuleng dan Papan Ayun. Sehingga daerah sepanjang Teluk Balikpapan oleh keturunannya disebut Kuleng-Papan atau artinya Balikpapan (dalam bahasa Paser, Kuleng artinya Balik). Dalam legenda lain juga disebutkan asal usul Balikpapan, yaitu dari seorang putri yang dilepas oleh ayahnya seorang raja yang tidak ingin putrinya tersebut jatuh ke tangan musuh. Sang putri yang masih balita diikat di atas beberapa keping papan dalam keadaan terbaring. Karena terbawa arus dan diterpa gelombang, papan tersebut terbalik. Ketika papan tersebut terdampar di tepi pantai ditemukan oleh seorang nelayan dan begitu dibalik ternyata terdapat seorang putri yang masih dalam keadaan terikat. Konon putri tersebut bernama Putri Petung yang berasal dari Kerajaan Pasir. Sehingga daerah tempat ditemukannya dinamakan Balikpapan.

Kesultanan Kerajaan Kutai Tentara Sekutu mendarat di Balikpapan, 1 Juli 1945. Daerah Balikpapan dan Balikpapan Seberang (Penajam) merupakan bagian dari wilayah negara dependen Kesultanan Kutai.[18][19][20] Tahun 1942 Penajam termasuk dalam wilayah Balikpapan.[21] Sejak sekitar tahun 1636, Kalimantan pada umumnya termasuk negara bagian Kutai, negara bagian Paser dan negara bagian Berau diklaim sebagai wilayah mandala negara Kesultanan Banjarmasin.[22] Pada 13 Agustus 1787, Sunan Nata Alam telah menyerahkan kedaulatannya atas sebagian besar Kalimantan kepada perusahaan VOC, yang kemudian diperbarui lagi pada tanggal 4 Mei 1826 pada masa Sultan Adam. Setelah itu Kalimantan pada umumnya menjadi wilayah negara Hindia Belanda.

Tahun 1844, bekas negara bagian Kutai secara resmi mendapat pengakuan sebagai negara dependensi di dalam negara Hindia Belanda.[23] Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indi�� tahun 1849, Kutai termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling berdasarkan B��sluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8[24] Tahun 1855, Kutai merupakan sebagian dari de zuid- en oosterafdeeling van Borneo yang beribukota di Banjarmasin.[25]

Masa Hindia Belanda Dengan ditemukannya sumber-sumber minyak di daerah Balikpapan dan daerah sekitarnya (Samboja, Sanga-Sanga dan Muara Badak), pemerintah Hindia Belanda akhirnya membeli wilayah ini dari Sultan Kutai Kertanegara serta dibangun untuk mendukung usaha-usaha pertambangan khususnya perminyakan dengan mendirikan kilang minyak, kantor operasi serta perumahan pegawai (sisa-sisa usaha pembangunan Hindia Belanda dapat dilihat dari permukiman para staf Pertamina). Aktivitas perminyakan ini juga membantu perpindahan penduduk terutama para pekerja dari Jawa, serta dari berbagai daerah. Saat itu perusahaan minyak yang dikenal adalah BPM, Shell dan KPM. Wilayah Balikpapan pada tahun 1930 itu meliputi Balikpapan Seberang (Penajam).[26] Masa Pendudukan Jepang Pada masa Perang Dunia II, Jepang mengincar wilayah ini sebagai batu loncatan mengadakan serangan ke Jawa.

Pada tanggal 23 Januari 1942, armada Jepang di bawah pimpinan Shizuo Sakaguchi merebut Balikpapan dari tangan pasukan Sekutu dan Hindia Belanda.[27][28] Wilayah Balikpapan saat itu meliputi Balikpapan Seberang (Penajam).[29] Nilai strategis kota Balikpapan juga diperhitungkan tentara sekutu, pada tahun 1945 tentara sekutu di bawah komando Australia merebut kota ini dari tangan Jepang pada pertempuran 26 Juni-15 Juli 1945 dalam usaha merebut kembali wilayah yang jatuh ke tangan Jepang.[30][31][32][33] Masa Republik Indonesia Berita tentang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia agak terlambat sampai di kota ini, sekitar tahun 1945-1946 melalui pekerja BPM yang datang dari Jawa dalam rangka rehabilitasi kilang minyak yang hancur akibat perang yang dilanjutkan dengan pernyataan rakyat di Lapangan FONI. Namun karena Belanda berniat menguasai kembali kota ini maka terjadi peperangan yang berlanjut sampai pada pertempuran Sangatta. Pada masa pengakuan kedaulatan tahun 1949, wilayah ini diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat yang berlanjut kepada Republik Indonesia. (dari berbagai sumber)

Penulis: Usama Khan

Tags : -,