Headline Sorotan   2020/07/14 13:23 WIB

Virus Corona Menyebar Lewat Udara, Ruangan Tertutup Kian Berisiko

Virus Corona Menyebar Lewat Udara, Ruangan Tertutup Kian Berisiko

Sampai baru-baru ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganggap kontak dengan permukaan yang terinfeksi virus sebagai satu-satunya cara penularan yang didukung oleh bukti ilmiah.

class=wp-image-26000

ni terjadi ketika Covid-19 ditularkan melalui cipratan atau droplet dari batuk atau bersin. Itulah alasan mengapa pejabat WHO menganggap cuci tangan adalah langkah pencegahan penting melawan Covid-19. Namun kini mereka mengakui kemungkinan 'airborne transmission' atau penularan lewat udara.

Ini artinya virus corona bisa menyebar melalui partikel kecil yang diproduksi ketika berbicara atau bernapas. Jika bukti permulaan ini terkonfirmasi, kemungkinan akan berdampak pada panduan protokol kesehatan di dalam ruangan.

Apa itu penularan lewat udara?

Penularan lewat udara terjadi ketika kita menghirup virus atau bakteri yang dibawa oleh partikel yang melayang di udara selama berjam-jam. Droplet yang jauh lebih kecil ini bisa menyebar di area yang lebih luas. TBC, flu, dan pneumonia adalah contoh penyakit yang ditularkan melalui udara. WHO mengakui ada bukti yang menunjukkan bahwa ini virus corona bisa menular di ruang tertutup dan ramai.

Berapa lama partikel itu bertahan di udara?

Penelitian menunjukkan virus corona yang disemprot secara artifisial dapat tetap hidup di udara setidaknya selama tiga jam. Tetapi para ilmuwan menekankan bahwa percobaan itu dilakukan di laboratorium, yang berbeda dengan kondisi kehidupan nyata di mana hasilnya dapat bervariasi.

Kasus-kasus virus corona, yang disebut 'superspreading', telah memperkuat kecurigaan bahwa kontaminasi melalui udara adalah suatu kemungkinan. Di kota Mount Vernon di Washington, AS, satu orang dicurigai telah menginfeksi setidaknya 45 orang lainnya, yang telah bernyanyi bersamanya dalam paduan suara yang sama. Beberapa dari mereka yang terinfeksi mengakui mereka tak melanggar panduan jaga jarak sosial.

Insiden serupa dilaporkan terjadi di Guangju, China, pada Januari silam, ketika seseorang yang terinfeksi virus itu diyakini menularkannya kepada sembilan orang lain ketika makan di restoran yang sama. Para ilmuwan mengatakan salah satu orang yang terinfeksi duduk sekitar enam meter dari orang yang membawa virus itu.

Apa yang harus kita lakukan sekarang?

Cara bagaimana suatu penyakit menular menentukan langkah-langkah yang diambil untuk menghentikan penyebarannya. Pedoman WHO saat ini untuk Covid-19 merekomendasikan untuk mencuci tangan dengan air hangat dan sabun selama 20 detik, serta mengikuti aturan jarak sosial.

Namun, sejumlah ilmuwan kini mengatakan, meski langkah-langkah ini penting, namun itu tak akan cukup mencegah penyebaran melalui udara. Sejauh ini, WHO belum mengubah apa pun di panduannya, namun mereka kini sedang mengevaluasi bukti baru yang mengindikasikan virus menyebar lewat udara.

Jika terkonfirmasi, panduan resmi dapat diperluas guna mencakup penggunaan masker yang lebih luas, dan jaga jarak yang lebih ketat, terutama di bar, restoran, dan transportasi umum. Regulasi yang lebih ketat terkait ruangan ber-AC juga mungkin akan berubah.

Apa saja langkah-langkah pencegahan yang disarankan pakar Indonesia?

Dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada hari Jumat (10/07), para pakar kesehatan Indonesia menyarankan untuk menjaga adanya ventilasi alami yang cukup dalam suatu ruangan demi menekan penularan.

I Gusti Ngurah Kade Mahardika, Guru Besar Fakultas Kesehatan Hewan di Universitas Udayana dan anggota Tim Pakar Media Gugus Tugas Percepatan Penangan Covid-19, mengatakan untuk menghindari bergantung pada penggunaan AC. Semakin kita berkeringat di suatu ruangan atau di suatu pusat perbelanjaan, kita semakin aman. Begitu kita merasa nyaman, bahkan harus pakai jaket, maka virus juga senang, dan resiko kita semakin tinggi, kata Mahardika dalam diskusi yang disiarkan secara langsung di internet dirilis BBC News, Jumat (10/07).

Pakai kendaraan umum, atau nanti taksi, pakai masker, kemudian buka saja jendela, menggunakan ventilasi alami. Jauh lebih aman, enak dan jauh lebih segar, tambahnya.

Budiman Bela, staf pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia dan anggota gugus tugas, yang hadir dalam acara diskusi itu, menjelaskan bahwa pergantian udara itu dapat membantu mengurangi dosis virus di dalam suatu ruangan, sehingga mengurangi resiko terpapar.

Ia menambahkan pentingnya menggunakan masker setiap saat untuk dapat mencegah penyebaran virus di tempat-tempat yang tidak memungkinkan adanya sirkulasi udara, seperti misalnya dalam lift. Jadi setiap orang harus tahu, bahwa dia berpotensi mengeluarkan virus dan mencelakakan orang lain. Jadi sayangilah orang lain dengan menggunakan masker. Jangan hanya karena merasa menggunakan masker itu karena hanya takut tertular dan merasa kebal, kata Budiman.

Apa yang membuat WHO mengevaluasi panduannya?

Baru-baru ini, 239 ilmuwan dari 32 negara mempublikasikan sebuah surat terbuka kepada WHO. Mereka mendesak badan kesehatan dunia itu untuk memperbarui panduan virus corona terkait penyebaran lewat udara. Kami ingin mereka mengakui bukti-bukti, kata Jose Jimenez, seorang pakar kimia di University of Colorado, salah satu ilmuwan yang menandatangani surat terbuka itu.

Ini tentunya bukan serangan untuk WHO. Ini adalah perdebatan sains, namun kami merasa kami harus mempublikasikannya karena mereka menolak mendengar bukti-bukti setelah banyak perbincangan dengan mereka.

Menanggapi surat itu, Benedetta Allegranzi, pemimpin teknis WHO untuk pencegahan dan pengendalian infeksi, mengatakan bahwa bukti yang muncul dari penularan melalui udara dari virus corona di ruang padat, tertutup, dan berventilasi buruk yang telah dijelaskan, tidak dapat dikesampingkan.

Namun, WHO juga menyatakan bahwa mereka masih ingin melihat bukti lebih lanjut tentang bentuk penularan ini sebelum membuat keputusan baru. Penasihat WHO lainnya, Dr. David Heymann, mengatakan badan tersebut mengharapkan hasil nyata dari penelitian yang lebih luas sebelum membangun strategi baru untuk mengatasi virus.

WHO akui 'Covid-19 airborne'

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk pertama kalinya mengakui bahwa virus corona mungkin menyebar melalui partikel-partikel kecil di udara. Lantas apa perbedaan penyebaran virus corona melalui droplet dan udara? Pejabat WHO memperingatkan bahwa bukti tersebut adalah bukti awal dan memerlukan penilaian lebih lanjut.

Badan tersebut sebelumnya menyalahkan penyebaran penyakit pada cipratan kecil atau droplet, yang dikeluarkan dari hidung atau mulut pasien yang terinfeksi. Jika penularan melalui udara terkonfirmasi, saran tentang bagaimana mencegah penyebaran virus mungkin harus berubah, termasuk penggunaan masker yang lebih luas, dan jaga jarak yang lebih ketat.

Pimpinan teknis WHO untuk pencegahan dan pengendalian infeksi, Benedetta Allegranzi, mengatakan bahwa bukti yang muncul dari penularan virus corona melalui udara di lingkungan padat, tertutup, berventilasi buruk yang telah dijelaskan, tidak dapat dikesampingkan.

Sebelumnya, ratusan ilmuwan mengatakan ada bukti yang mengindikasikan bahwa partikel-partikel yang lebih kecil, yang bisa bergerak lebih jauh, juga dapat menginfeksi manusia. Dalam surat terbuka kepada WHO, 239 ilmuwan di 32 negara menguraikan bukti yang menunjukkan partikel yang lebih kecil dapat menginfeksi manusia lewat udara. Mereka mendesak WHO untuk memperbarui informasi tentang virus corona.

Jose Jimenez, seorang pakar Kimia dari University of Colorado yang menandatangani surat terbuka itu menegaskan para ilmuwan menginginkan WHO untuk mengakui bukti itu. Ini jelas bukan serangan terhadap WHO. Ini debat ilmiah, tetapi kami merasa kami harus mengumumkannya kepada publik karena mereka menolak untuk mendengar bukti setelah banyak percakapan dengan mereka, katanya kepada kantor berita Reuters.

Para ilmuwan mengatakan baik dipaparkan melalui droplet dari hidung dan mulut atau partikel yang lebih kecil, virus corona menular melalui udara dan dapat menginfeksi orang ketika dihirup. Berikut penjelasan mengenai perbedaan penyebaran virus corona melalui droplet dan udara menurut WHO.

Saran dari WHO Pakai Masker

Sebelumnya, WHO mengubah sarannya terkait masker, mengatakan masker harus dipakai di tempat umum untuk membantu menghentikan penyebaran virus corona. WHO mengatakan informasi terbaru menunjukkan bahwa masker bisa menjadi penghalang bagi droplet yang mungkin menularkan penyakit.

Beberapa negara di seluruh dunia telah merekomendasikan atau mewajibkan pemakaian penutup wajah di tempat umum. WHO sebelumnya berpendapat tidak ada cukup bukti ilmiah untuk mengatakan bahwa orang sehat harus menggunakan masker. Dr. Maria Van Kerkhove, pemimpin tim pakar WHO untuk Covid-19, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa mereka merekomendasikan khalayak agar menggunakan masker kain - yaitu, masker non-medis.

WHO selalu menyarankan agar masker medis dipakai oleh orang yang sakit dan orang yang mengurus mereka. WHO mengatakan mengatakan pedoman baru ini didorong oleh studi selama beberapa pekan terakhir. Kami menyarankan pemerintah untuk mendorong agar masyarakat umum memakai masker, kata Dr. Van Kerkhove.

Pada saat yang sama, WHO menekankan bahwa masker wajah hanyalah satu dari serangkaian alat yang dapat digunakan untuk mengurangi risiko penularan dan bahwa masker jangan sampai memberi khalayak perasaan aman yang palsu. Masker saja tidak akan melindungi Anda dari Covid-19, kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Posisi yang bergeser?

Selama berbulan-bulan, WHO bersikeras bahwa Covid-19 ditularkan melalui droplet yang dikeluarkan ketika orang batuk atau bersin. Tetesan yang tidak melekat di udara, tetapi jatuh ke permukaan - itu sebabnya mencuci tangan telah diidentifikasi sebagai langkah pencegahan utama.

Tetapi 239 ilmuwan dari 32 negara tidak setuju: mereka mengatakan ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa virus ini juga dapat menyebar di udara: melalui partikel yang jauh lebih kecil yang mengapung berjam-jam setelah orang berbicara, atau bernapas.

Hari ini WHO mengakui ada bukti yang menunjukkan bahwa ini mungkin dilakukan di pengaturan tertentu, seperti ruang tertutup dan ramai. Bukti itu harus dievaluasi secara menyeluruh, tetapi jika dikonfirmasi, saran tentang bagaimana mencegah penyebaran virus mungkin harus berubah, dan dapat menyebabkan penggunaan masker yang lebih luas, dan jarak yang lebih ketat, terutama di bar, restoran, dan pada transportasi umum.

Virus Corona: Banyak Negara 'Menempuh Arah yang Salah'

Pandemi virus korona akan menjadi semakin buruk jika pemerintah-pemerintah gagal bertindak lebih tegas, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Direktur Jenderal WHO, dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, memperingatkan terlalu banyak negara [yang] menempuh arah yang salah.

Jumlah kasus meningkat di tempat yang tidak mengikuti langkah-langkah yang sudah terbukti ampuh, imbuhnya. Benua Amerika saat ini menjadi pusat pandemi. AS mencatat peningkatan jumlah kasus di tengah ketegangan antara para pakar kesehatan dan Presiden Donald Trump. Sebagai negara yang terkena dampak terburuk, AS memiliki lebih dari 3,3 juta kasus Covid-19 yang dikonfirmasi dan lebih dari 135.000 kematian, menurut catatan Universitas Johns Hopkins.

Apa kata WHO?

Dalam rapat pengarahan di Jenewa pada Senin (13/07), dr. Tedros mengatakan pesan campur aduk dari para pemimpin merongrong kepercayaan publik dalam upaya mengendalikan pandemi. Virus masih menjadi musuh masyarakat nomor satu, namun tindakan banyak pemerintah dan orang tidak mencerminkan hal ini, katanya.

Dr Tedros mengatakan langkah-langkah seperti menjaga jarak, mencuci tangan, dan mengenakan masker dalam situasi yang tepat perlu ditanggapi dengan serius. Ia memperingatkan bahwa tidak akan ada lagi kembali ke normal lama di masa mendatang.

Jika dasar-dasarnya tidak diikuti, hanya ada satu jalan bagi pandemi ini, kata dr. Tedros, Ia akan menjadi lebih buruk dan lebih buruk dan lebih buruk.

Dr. Mike Ryan, direktur kedaruratan WHO, mengatakan pelonggaran beberapa langkah pembatasan di Amerika dan pembukaan sejumlah daerah telah menyebabkan penularan yang intens. Amerika Latin sudah mengkonfirmasi lebih dari 145.000 kematian terkait virus corona, meskipun jumlah sebenarnya diyakini lebih tinggi karena jumlah pengujian tidak memadai.

Setengah dari kematian itu terjadi di Brasil, yang presidennya, Jair Bolsonaro, menentang langkah-langkah tegas untuk menekan penyebaran virus. Dr. Ryan mengatakan penutupan wilayah secara luas akan mengakibatkan konsekuensi ekonomi yang besar, tapi karantina lokal di tempat-tempat tertentu mungkin diperlukan untuk memitigasi penyebaran virus.

Dia mendesak pemerintah untuk menerapkan strategi yang jelas dan kuat, seraya menambahkan: Warga harus memahaminya, dan harus mudah bagi mereka untuk mematuhinya.

Bagaimana dengan vaksin, atau kekebalan?

Kita perlu belajar untuk hidup dengan virus ini, kata dr. Ryan, memperingatkan bahwa harapan virus dapat diberantas, atau bahwa vaksin yang efektif bisa siap, dalam beberapa bulan ke depan ialah tidak realistis.

Dia mengatakan belum diketahui apakah pemulihan dari virus corona akan menyebabkan kekebalan, atau, jika memang demikian, berapa lama kekebalan itu akan bertahan. Sebuah studi terpisah yang dirilis pada hari Senin oleh para ilmuwan di King's College London menunjukkan bahwa kekebalan terhadap virus corona mungkin berumur pendek.

Para ilmuwan di kampus mempelajari 96 orang untuk memahami cara tubuh melawan virus corona secara alami dengan membuat antibodi, dan berapa lama ia bertahan selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan setelah pemulihan. Namun, meskipun hampir semua dari pasien yang berpartisipasi memiliki antibodi yang mampu menetralkan dan menghentikan coronavirus, kadarnya mulai berkurang selama tiga bulan penelitian.

Pada rapat pengarahan WHO, para ahli kesehatan juga mengatakan ada bukti yang menunjukkan bahwa anak-anak di bawah usia 10 tahun hanya dipengaruhi secara sangat ringan oleh Covid-19, sementara mereka yang berusia di atas 10 tahun tampaknya menderita gejala ringan yang serupa dengan orang dewasa muda. Sejauh mana anak-anak dapat menularkan virus, meskipun tampaknya rendah, masih belum diketahui. (*)

Tags : -,