PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Yayasan Sahabat Alam Rimba (SALAMBA) berencana akan tanam ribuan pohon di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau.
"Abrasi mengancam keberadaan pulau-pulau di pesisir Provinsi Riau. Abrasi parah, terjadi di Pulau Rupat, Bengkalis. Selain hantaman gelombang laut dan pertahanan hutan mangrove minim, laju abrasi juga didorong alih fungsi lahan."
"Nantinya kita ajak bersama masyarakat desa dan para pelajar, menanam pohon di lahan-lahan kritis. Bisa sebanyak 1.500-2000 bibit pohon ditanam untuk menyelamatkan lahan kritis, serta mencegah longsor dan banjir di wilayah tersebut," kata Ir Ganda Mora M.Si, Pendiri Yayasan Salamba mengemukakan rencananya itu, seperti Senin (17/7).
Ganda menjelaskan rencana untuk melakukan gerakan menanam bibit pohon itu sebagai wujud bagaimana menyelamatkan lahan kritis, mencegah abrasi DAS, sedimentasi sungai, hingga mencegah longsor dan banjir.
"Ini sudah menjadi tugas bagi semua elemen masyarakat, untuk bersama menjaga lingkungan," sebutnya.
“Jadi kalau seluruh kita peduli, maka lingkungan terjaga. Kita sudah ada program, maka kita tinggal usulkan dan sekaligus ingin mencari tahu dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan [DLHK] Riau dimana saja lahan kritis di Pulau Rupat itu," imbuhnya.
"Bisa juga kita tanam pohon MPTS (Multipurpose Tree Species) atau berangkali kita ingin tanyakan pada DLHK jenis bibit pohon apa saja yang cocok untuk ditanam nantinya di pulau Rupat,” jelasnya.
Pantauannya di lokasi, ada beberapa area di pulau itu terlihat gundul, jadi membuat sejumlah desa sempat terendam banjir. Salah satu penyebab banjir itu adalah adanya luapan dari sungai yang melintas di sana.
“Jadi ada lahan-lahan yang kritis yang kita mesti dorong sekaligus kita edukasi. Belum lama ini kami ketemu (warga). Kalau dibeberapa lokasi desa gundul, ini pasti dihajar hujan lebat, sedimentasinya akan ke sana," ungkapnya.
Bagaimana menyelesaikan lahan kritis itu?
"Ada kadesnya, kita dorong untuk berkoordinasi. Nanti kalau kita tidak bisa menyelesaikan cepat, bagaimana agar kita bisa kerja gotong royong. Kita kerahkan bareng-bareng tapi mesti dijaga, tanaman yang akan ditanam mesti juga dirawat,” katanya.
Ganda mericikan mengenai persentase tanaman yang ada di hutan, dataran tinggi, dan daerah aliran sungai. Sesuai peraturan, persentase itu telah ditetapkan yakni 50 persen harus ditanami tanaman keras, 20 persen MPTS, dan 30 persen yang ditanami untuk perhutanan sosial.
“Maka 30 persen itu tempatnya di mana, bagaimana cara menanamnya, kita yang mendampingi, sehingga hutannya terlindungi, terjaga, terawat, dan bisa dikonservasi terus. Kemudian lahan-lahan ini bisa dimanfaatkan untuk rakyat, sehingga masyarakat mendapatkan manfaat dari perhutanan sosial,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, Hasil overlay garis pantai menunjukkan, sebagian besar abrasi terjadi di pantai utara Pulau Bengkalis. Paling parah di bagian barat diikuti bagian selatan. Laju abrasi dari 1988-2004, pada level 30-40 hektar rata-rata per tahun.
Sejak 2004 ke atas, laju abrasi naik lebih dua kali lipat rata-rata per tahun. Hasil tracking Dr. Sigit dan tim, menemukan fenomena alih fungsi lahan untuk perkebunan sawit oleh PT Meskom pada ujung Pulau Bengkalis, adalah penyebab utama laju abrasi. Kondisi Pulau Bengkalis, semula ditutupi mangrove, hutan rawa gambut dan tanaman laut, berubah jadi lahan sawit sekitar 11.000 hektar.
Pulau Rangsang juga akresi atau sedimentasi di bagian barat pulau. Meski tak selaju abrasi, akresi di Pulau Rangsang selama 24 tahun merujuk hasil overlay Sigit, hanya 243,53 hektar atau rata-rata 10,29 hektar per tahun. Artinya, pengurangan daratan Pulau Rangsang sejak 1990-2014 seluas 854 hektar atau 36,08 hektar rata-rata per tahun.
Bila melihat laju abrasi antara kedua pulau itu [Rangsang dan Rupat] tampak lebih kritis. Dengan luas pulau 909,8 kilometer persegi, rata-rata laju abrasi per tahun Pulau Rangsang hampir setara abrasi Bengkalis yang luasnya 11.481,77 kilometer persegi. Kondisi tanah dan letak pulau pun sama. Umumnya tanah rawa gambut dan langsung berhadapan dengan laut terbuka.
Inti dari semakin parahnya abrasi tersebut adalah perencanaan diterapkan pemerintah di pulau-pulau itu tidak adaptif. Contoh, pemberian izin-izin perkebunan dan konsesi hutan tanaman industri (HTI) di pulau berkontur gambut, seperti Pulau Rangsang, Rupat dan Bengkalis merupakan sumber utama masalah ancaman.
Jadi kata Ganda Mora lagi, Ia minta kerjasama dan kepedulian dari pihak korporate untuk bersama-sama menyelamatkan pulau yang terus terancam abrasi itu. (*)
Tags : abrasi, selamatkanpesisirriau, pulihkangambut, selamatkanriau, yayasan sahabat alam rimba, pulihkan pulau terpencil,