Internasional   2021/02/20 17:14 WIB

Aljazair Berusaha Keluar dari Jajahan Prancis 

Aljazair Berusaha Keluar dari Jajahan Prancis 

INTERNASIONAL - Warga Aljazair tentu tidak ingin anak dan cucu mereka melupakan pengorbanan yang dilakukan kakek nenek mereka demi kemerdekaan dari penjajahan Prancis. Karena itu, setiap tahun pada tanggal 18 Februari, tepat pada hari ini waktu setempat, mereka merayakan Hari Martir Nasional. 

Hari itu diperingati diuntuk mengenang perjuangan yang berlangsung lebih dari satu seperempat abad dan tidak berakhir sampai Aljazair menyandang gelar "negara sejuta martir". Tradisi ini dimulai pada 1989, dengan tujuan mengenang pengorbanan yang dilakukan para syuhada demi pembebasan Aljazair, dan sejarah perjuangan panjang mereka yang berlangsung lebih dari 130 tahun.

Perayaan pertama liburan ini atas prakarsa Koordinasi Anak-anak Martir Aljazair, dan dirayakan dengan menggelar demonstrasi. Di dalamnya juga terselenggara pameran foto, pembagian hadiah di berbagai kompetisi, pemutaran film tentang revolusi bersenjata, dan penghormatan keluarga beberapa martir. Di Aljazair dulu pernah terjadi insiden yang dikenal dengan sebutan "Fan Affair" (persoalan kipas). Prancis saat itu berdalih dasar keputusannya menduduki Aljazair adalah insiden Fan Affair. Pada 1827, Hussein Dey adalah penguasa Aljazair (Gubernur Ottoman di Aljazair).

Aljazair berada dalam kondisi susah karena baru saja melewati pertempuran Navarine, antara armada Ottoman, Aljazair, dan Mesir, dan di sisi lain armada Inggris, Prancis, dan Rusia. Pertempuran itu mengakibatkan runtuhnya Armada Aljazair. Ketika itu, Perairan teritorial Aljazair menjadi terbuka untuk pasukan Prancis. Pada tahun yang sama, Konsul Prancis Pierre Duval mengunjungi Istana Dai dan membahas beberapa masalah, termasuk utang Prancis kepada Aljazair. Prancis berhutang budi kepada Aljazair dengan bantuan yang diberikannya selama pengepungan yang diberlakukan di Prancis dalam Revolusi Prancis.

Dalam penyerangan yang dilancarkan Prancis ke Italia pada 1796, Jenderal Prancis Napoleon membawa 40 ribu prajurit. Mereka kurang persenjataan dan kelaparan karena kekurangan bahan makanan. Lalu Napoleon membeli gandum dalam jumlah besar kepada dua pedagang Aljazair. Janjinya akan dilunasi dengan cara dicicil. Pada 1820-an, saat Napoleon tidak lagi berkuasa, pemerintah Prancis masih belum melunasi hutang kepada dua pedagang itu. Prancis juga protes mengapa tagihannya malah jadi besar. Pada akhirnya, Prancis menolak melunasinya.

Sampailah perkara tersebut ditangani penguasa Aljazair Hussein Dey. Dia bertanya kepada konsul Prancis, kapan negaranya melunasi hutangnya. Lalu konsul itu menanggapi dengan tidak jelas, sehingga Dai Hussein memukul wajahnya dengan kipas di tangannya. Prancis menganggap insiden itu sebagai penghinaan besar dan memutuskan untuk menanggapinya dengan menyatakan perang terhadap Aljazair.

Namun, nyatanya Prancis berpikir untuk menduduki Aljazair jauh sebelum insiden tersebut. Alasan yang paling menonjol adalah lokasi Aljazair di Mediterania, yang membuat Prancis mendapat keuntungan dari barang-barang negara, dan pemulihan prestise Prancis sebagai kekuatan kolonial. Pada 1830, Prancis telah memperketat cengkeramannya di negara itu dan tentunya menghadapi serangkaian perjuangan Aljazair yang tidak berakhir sampai akhir pendudukan setelah lebih dari 130 tahun. (*)

Tags : Aljazair, sejarah aljazair, aljazair dijajah prancis, penjajahan aljazair, prancis, napoleon,