PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Di Provinsi Riau angka penurunan Stunting meleset perlu melakukan kolaborasi.
"Target pemerintah untuk penurunan stunting hingga tahun 2024 sebesar 14 persen."
"Tidak ada kolaborasi antara pemerintah kabupaten/kota dan provinsi,hingga penurunan stunting belum optimal. Harusnya kan terkait stunting ini nggak bisa jalan sendiri-sendiri. Harus ada kolaborasi," kata Anggota DPRD Riau Ade Hartati menilai, Jumat (24/11).
Data terakhir menyebut angka stunting Sejak Januari lalu Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa target penurunan angka gagal tumbuh pada anak atau stunting sebesar 14 persen harus dapat dicapai pada tahun 2024.
Tetapi di Provinsi Riau sendiri data terakhir menyebut angka stunting mengalami penurunan dari 22,3 persen pada tahun 2021 menjadi 17 persen di tahun 2022.
Ade Hartati menilai pencapaian tersebut belum maksimal. Ade yang menaruh fokus pada isu kesehatan, perempuan dan pendidikan itu menyebut kenyataan di lapangan masih banyak kekurangan.
Menurut Ade, belum optimalnya percepatan penurunan angka stunting di Riau adalah karena pemerintah daerah seolah jalan masing-masing tanpa adanya kolaborasi.
Selain itu, lanjut Ade, dihapusnya kegiatan pelatihan kader posyandu untuk mengedukasi orang tua dan masyarakat tentang stunting juga menjadi masalah.
"Contoh, programnya penurunan angka stunting tapi kegiatannya pelatihan kader posyandu dihapus. Gimana itu ceritanya? Programnya ada kegiatannya nggak ada," ujarnya.
Menurut Ade, persoalan stunting tidak bisa diselesaikan hanya dengan memberi makanan tambahan. Masyarakat harus menyadari betul resiko yang akan dialami anak ketika kebutuhan gizinya tidak terpenuhi dengan baik.
"Memang dengan memberikan makanan tambahan tanpa memberi pemahaman kepada masyarakat dan lingkungan soal apa itu stunting dan bahayanya, 'kan nggak bisa juga. Inilah kita ini, bingung saya," pungkasnya. (*)
Tags : stunting, angka penurunan stunting meleset, riau, perlu kolaborasi untuk penurunan stunting,