Anies Baswedan memiliki gaya kepemimpinan partisipatif. Ia selalu mendorong masyarakat untuk turut serta berpartisipasi dalam membangun Ibu Kota. Ia selalu dengan lapang menerima kritik dan saran.
osok Anies Baswedan adalah Sang Fenomenal. Banyak orang membicarakannya. Sejak awal kepemimpinannya menggantikan gubernur yang kontroversial Basuki Tjahaja Purnama, kondang disapa Ahok, pada 16 Oktober 2017, nama Anies semakin populer.
Pemilik nama lengkap Anies Rasyid Baswedan itu menjadi salah satu sosok pemimpin fenomenal yang terus dibincangkan masyarakat saban waktu. Dibicarakan dengan baik, tapi tidak sedikit yang mencerca. Apakah dia gusar, apalagi berang? Yang berharap demikian, pasti kecewa berat. Seperti biasa, Anies lebih memilih tidak menanggapinya.
Berdasarkan teori tipe gaya kepemimpinan yang dikemukakan Gary Yukl, Anies memiliki gaya kepemimpinan partisipatif. Ia selalu mendorong masyarakat untuk turut serta berpartisipasi dalam membangun Ibu Kota dan selalu dengan lapang menerima kritik dan saran.
Figur Kuat Pengganti Jokowi
Dengan posisi sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies mendapatkan ”panggung” untuk terus mendapatkan sorotan media massa. Segala aktivitas dan sepak terjangnya selalu menghiasai berbagai kanal pemberitaan.
Kiprahnya di dunia politik yang sangat dinamis membuat Anies menjadi salah satu tokoh sentral yang digadang-gadang sebagai figur kuat pengganti Presiden Joko Widodo pada 2024.
Di setiap lembaga survei, nama Anies selalu menempati tiga besar. Tidak jarang, ia malah menduduki urutan pertama tentang sosok yang berpeluang menjadi Presiden Ke-8 RI. Yang pasti, di setiap survei, nama Anies tidak pernah ketinggalan masuk big three (tiga besar).
Kiprah Anies selama menjadi orang nomor satu di Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI menarik minat Ady Amar untuk mengulasnya. Dia pun membuat catatan khusus laiknya mozaik yang mencoba melihat Anies dalam berbagai aspek.
Buku Tak Tumbang Dicerca, Tak Terbang Dipuja – Anies Baswedan dan Kerja-Kerja Terukurnya (Ikon Teralitera: 2021) mencoba melihat Anies dari sisi berbeda. Buku yang berisini opini pribadi penulis ini berusaha menyajikan kerja-kerja terukur yang dilakukan Anies.
Ady mencoba memaparkan berbagai capaian Anies sejak resmi dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 16 Oktober 2017. Bekerja dengan takaran yang pas sebagai upaya pemenuhan janji kampanye di Pilkada DKI 2017, saat bersama Sandiaga Salahuddin Uno, menjadi titik tekan buku ini.
Di sini, terlihat jika Anies merupakan tokoh yang berusaha menepati setiap janji yang diutarakan kepada warga Ibu Kota. Salah satu yang coba dipenuhinya adalah melepas kepemilikan saham Pemprov DKI di PT Delta Djakarta.
Sayangnya, niat mulia Anies yang harus mendapatkan izin dari DPRD DKI malah tertahan di legislatif, yang tidak setuju dengan kebijakannya. Penulis melihat ada pihak yang belum bisa menerima kekalahan calonnya di Pilgub DKI 2017, sehingga terus berusaha menjegal kebijakan Anies.
Ady juga menyoroti brutalitas buzzerp yang terus menyerang Anies secara membabi-buta dalam berbagai isu. Penulis menganggap, fitnah yang diproduksi para buzzerp kepada Anies tidak membuat polisi tergerak untuk mengusutnya.
Dicontohkan dalam kasus Anies yang dituding menerima suap berupa rumah mewah di Jakarta sebagai kompensasi pemberian izin pulau reklamasi. Berita hoaks yang terus disebar buzzerp itu malah tidak digubris Anies sama sekali. Jelas-jelas itu berita palsu. Berita bohong. Hoaks.
Anies beda dengan pejabat umumnya yang tipis telinganya. Anies tidak menyeret pelaku buzzerp ke polisi atau perkara hukum.
Penulis pun memuji sikap Anies tidak mempedulikan berbagai berita hoaks dan fitnah yang mengarah kepadanya. Anies terus bekerja dengan mengabaikan narasi-narasi buruk yang diolah buzzerp.
Di sisi lain, kinerja terukur Anies diganjar berbagai macam penghargaan oleh lembaga dan instansi tertentu. Ady malah menemukan fenomena, ketika Anies banjir penghargaan, banyak media mainstream tidak tergerak untuk memberitakannya.
Dia heran, mengapa torehan prestasi bejibun Anies malah tidak menarik minat media untuk mewartakannya. Penulis pun curiga, sebagian media sudah tidak pada fungsinya, bahkan cenderung ikut politik praktis.
Punya elektabilitas kuat
Anies Baswedan sejak memimpin Gubernur DKI memeiliki elektabilitas kuat. Bisa jadi, hal ini karena Anies menjadi salah satu figur kuat di Pilpres 2024 mendatang. Selain elektabilitasnya paling moncer, ia juga mendapatkan dukungan secara terbuka dari rakyat sipil.
Lawan politik Anies Baswedan tak henti-hentinya melepaskan serangan. Bisa jadi, hal ini karena Anies menjadi salah satu figur kuat di Pilpres 2024 mendatang. Selain elektabilitasnya paling moncer, ia juga mendapatkan dukungan secara terbuka dari rakyat sipil.
Terbaru, serangan itu datang dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Plt Ketua Umum PSI Giring Ganesha menuding Anies menggunakan APBD DKI untuk kepentingan elektabilitas di Pilpres 2024. Salah satu anggaran yang disorotinya yakni gelaran Formula E.
“Uang muka dan jaminan bank bagi penyelenggaraan balap mobil Formula E dibayar Anies pada saat pemerintah secara resmi mengumumkan negara dalam keadaan darurat karena pandemi Covid-19,” tuduh Giring dikutip dari akun Twitter PSI, @psi_id, Selasa (21/9/2021).
“Uang rakyat sebanyak itu dihabiskan oleh Gubernur Anies Baswedan di tengah penderitaan rakyat yang sakit, meninggal, dan hidupnya susah karena pandemi. Uang Rp 1 triliun dia (Anies Baswedan) keluarkan padahal rakyat terlantar tidak masuk ke rumah sakit yang penuh. Rakyat kesulitan makan karena kehilangan pekerjaan,” katanya lagi.
Tak hanya itu saja, eks vokalis band Nidji itu menyebut Anies sebenarnya pura-pura peduli kepada warga di Jakarta terdampak Covid-19. Anies kata Giring, adalah figur pembohong belaka. Ia pun berharap besar, mantan Mendikbud RI itu tidak menjadi Presiden Indonesia.
“Pura-pura peduli adalah kebohongan Anies Baswedan di tengah pandemi dan penderitaan orang banyak. Rekam jejak pembohong ini harus kita ingat sebagai bahan pertimbangan saat pemilihan nanti di 2024. Jangan sampai Indonesia jatuh ke tangan pembohong. Jangan sampai Indonesia jatuh ke tangan Anies Baswedan,” jelasnya.
Pura-pura perduli? Sungguh tudingan sepihak dan tidak berdasar. Adalah fakta program vaksinasi di DKI sudah masuki tahap kekebalan komunal. Selain itu, pandemik Covid 19 sudah melandai dan hijau saat ini. Ini terjadi berkat kerja keras Pemprov DKI yang dipimpin Anies.
Jadi, kalau Anies dituding cueq, jadinya aneh. Wong sukses kok malah dicibir dan dicemburuin.
Sebelumnya, akhir Februari 2021, Fraksi PSI DPRD DKI pernah melontarkan wacana pengajuan hak interpelasi terkait kinerja Anies dalam menangani banjir yang terjadi di Jakarta. PSI menuding Anies menghambat kerja dinas-dinas Pemprov DKI untuk atasi banjir.
Jelas, tuduhan tak mendasar itu pun disayangkan oleh banyak pihak. Salah satunya dari partai NasDem.
“Itu saya kaget juga ya, kok kemudian di tengah situasi begini, kita membangun narasi yang bermusuhan ya, kemudian tentunya ini cara tidak baik untuk situasi hari ini, saling menuding dan memojokkan,” kata Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali Selasa 21 September 2021 lalu.
Ia mengaku tidak paham terkait perspektif yang tengah dibangun oleh PSI terhadap Anies Baswedan. Dia menyebut seharusnya PSI menyampaikan keluhan tersebut lewat mekanisme yang ada.
Pembelaan itu juga datang dari PKS. Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menyampaikan, bahwa tuduhan itu sangat tidak mendasar. Meskipun ia enggan berspekulasi perihal maksud dan tujuan Giring melontarkan kritik keras untuk Anies. Anggota DPR RI itu menyerahkan penilaian atas kritik Giring ke masyarakat.
Apa tanggapan Gubernur Anies Baswedan soal tuduhan-tuduhan tersebut? Lagi-lagi Gubernur Anies demikianlah mantan rektor Paramadina itu. Ia selalu santai dan tenang dalam menghadapi kritik bahwa cacian kepadanya sekalipun. Ia selalu menyampaikan, bahwa apapun kritik dan cacian yang dilancarkan kepadanya, harus dibalas dengan kerja dan prestasinya dalam kinerjanya. What a leader!!! (*)
Tags : Anies, Anies Baswedan, Elektabilitas Anies, Gubernur DKI Jakarta, Lawan Politik, Kepemimpinan Partisipatif, Tak Tumbang Dicerca Tak Terbang Dipuja,