LINGKUNGAN - Coba bayangkan hutan lebat dengan banyak pohon, sebagian di antaranya berusia ratusan tahun. Salah satu pohon tua yang memang sudah mati, akhirnya roboh karena diterpa angin.
Dari sinilah pertanyaan itu muncul. Apakah pohon ambruk ini akan mengeluarkan bunyi bila tak ada seorang pun yang berada di seputar untuk mendengar? Pertanyaan sederhana ini membingungkan para pemikir selama berabad-abad. Namun sebelum menjelajahi labirin ini, pakar psikoakustik di Insitute for Sound and Vibration Research, lembaga peneliti suara di Universitas Southampton, Inggris seperti dirilis BBC, mengatakan ada satu hal yang fundamental yang perlu dikelaskan.
Menurut Profesor Stefan Bleek suara hanya eksis di kepala kita. Pakar lain yang angkat bicara terkait pembahasan ini adalah dua ahli filsafat, Dr Eleanor Knox dan Dr Bryan Roberts yang berbicara soal apakah ada dunia lain di luar nalar manusia. Pertanyaan soal apakah pohon jatuh berbunyi juga dikaitkan dengan mekanisme kuantum fisika.
Implikasi itu berujung pada sejumlah pertanyaan, termasuk apakah pohon akan jatuh bilapun tak ada manusia yang mengamati? Apakah realitas di lapangan berubah bila ada manusia yang mengamati?
Tak ada bunyi
Profesor Stefan Bleek mengatakan bila ada pohon di hutan jatuh, yang terjadi adalah pohon itu mengeluarkan gelombang partikel yang bergetar di udara. "Bila tak ada orang yang mendengarnya, maka tak ada bunyi. Tapi itu bukan berarti tak ada suara atau gelombang akustik yang memiliki efek pada lingkungan."
Hal yang menarik bagi Bleek adalah pertanyaan tentang apakah pohon yang jatuh berbunyi adalah kaitan antara fisika dan dunia luar serta apa yang terjadi pada pikiran manusia. "Apa yang terjadi di dalam kepala kita adalah subjektif," katanya.
Bleek memiliki cara unik untuk menunjukkan bagaimana kaitan antara dunia luar dan apa yang terjadi di pikiran manusia. Coba dengarkan dua contoh suara di bawah ini dan coba cari momen saat not musik terdengar mencapai nada tertinggi. Ini disebut ilusi audio Shepard-Risset Glissando yang menunjukkan not musik ini seolah terus meningkat padahal sebenarnya tak ada perubahan dalam tangga nada itu. "Contoh ini menunjukkan bahwa apa yang Anda dengar sebenarnya bukan fakta yang sesungguhnya," kata Bleek.
Ilusi ini juga bisa digambarkan dengan apa yang terjadi pada fenomena Penrose Staircase, objek ilusi yang mustahil terbentuk di dunia nyata. Dalam contoh di bawah ini, orang merasa seolah tangga secara konstan naik atau turun, tergantung arah, padahal sebenarnya kita hanya melingkar di tangga. "Otak menciptakan ilusi persepsi yang tak terkait langsung dengan stimuli secara fisik. Dan sangat sulit untuk mengetahu apa yang sebenarnya terjadi."
Tampaknya otak manusia seolah menciptakan cerita dari stimuli yang rumit dan dalam sejumlah kasus, seperti contoh di atas, tidak menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi. Ini terjadi karena suara ditimbulkan dari sel kecil di telinga dalam yang bergerak dalam struktur cairan berbentuk viral yang disebut koklea (saluran tulang yang melingkar dan berbentuk kerucut, yang membentuk sebagian telinga bagian dalam dan di dalamnya terdapat sel indra pendengar).
Saat getaran memicu cairan koklea, saraf kecil terangsang sehingga memicu aliran listrik ke otak. "Bisa kita katakan ini bahasa dalam otak, seperti halnya listrik dalam komputer - apa yang ditangkap, tergantung pada interpretasi. Inilah momen saat suara menjadi sesuatu yang bisa dinterpretasikan sendiri."
Menurut Bleek, suara adalah sesuatu yang diciptakan oleh naiknya aliran listrik di otak manusia, dan tanpa aliran listrik, suara tak lebih dari sekedar partikel yang bergetar. Jadi, apakah kita sudah mendapatkan jawaban, apakah "bila pohon jatuh di hutan dan tak ada orang yang mendengarnya, apakah tetap berbunyi?"
Menurut sejumlah ilmuwan, ada hal-hal yang memang hanya muncul di pikiran manusia. Apa yang kita dengar adalah sesuatu yang subjektif dan merupakan produk dari stimulus eksternal dan dicampur dengan interpretasi dan ekspektasi. Misalnya, manusia tak bisa selalu bergantung pada indra untuk mendapatkan gambaran akurat terkait dunia luar.
Melalui sains, para ilmuwan dapat membuktikan atau bahkan mengantisipasi sesuatu walaupun belum pernah ada yang melihat atau mendengar. Contohnya planet Neptunus yang secara teori ditemukan oleh tiga astronom dengan menggunakan ilmu fisika dan matematika sebelum eksitensinya dipastikan dengan bantuan teleskop di tempat yang memang sudah diprediksi.
Jadi mengapa kita menerima bahwa planet itu ada?
"Itu pertanyaan penting dan salah satu dari penjelasan utama para filsuf dan para ilmuwan adalah terkait keberhasilan sains dalam memprediksi, menerangkan dan menangkal berbagai mitos," kata Bryan Roberts, pakar filsafat.
"Melalui sains selama berabad-abad dapat dilakukan tes dan kita bisa percaya," tambahnya.
Namun ada satu lagi ilmu yang perlu dijajaki untuk membahas soal pohon jatuh bersuara atau tidak, fisika kuantum atau studi mengenai perilaku materi dan energi pada tingkat molekuler, atom, nuklir atau pada tingkat yang lebih kecil lagi. Melalui pendekatan kuantum, setiap kali sesuatu terjadi, pohon jatuh atau anjing menggonggong misalnya, satu dunia lain akan terbentuk. Jadi apakah kita berada di jutaan dunia? "Ya betul, bila setiap kejadian itu tergantung pada kejadian kuantum. Tidak semua, tapi banyak kejadian. Jadi jawabannya ya. Setiap satu kejadian terjadi di dunia terpisah dan berakhir di bagian lain," kata Roberts.
"Memang, dan saya rasa pakar yang mempertahankan interpretasi seperti ini menyadarinya... Inilah interpretasi yang paling tepat terkait dengan mekanika kuantum," tambahnya.
"Jadi, bila ada yang merasa ini tidak masuk akal, maka perlu mencari cara lain terkait teori ini," katanya lagi.
Mekanika kuantum sering digambarkan para ilmuwan sebagai terori yang paling berhasil dan telah melalui berbagai eksperimen selama puluhan tahun. Bagi penggemar film Avengers, dasar ilmiahnya adalah mekanika kuantum dengan tokoh yang bergerak dari satu dunia ke dunia lain, Pakar filosofi dari King's College London, Eleanor Knox menyimpulkan, "Bila ada dunia di luar nalar kita yang bisa digambarkan melalui sains secara akurat, kita bisa menerima bahwa ada banyak alam semesta yang eksis secara paralel". (*)
Tags : Pohon Jatuh, Apakah Pohon Jatuh Mengeluarkan Bunyi, Pohon Jatuh Dilingkungan Tak Ada Orang Disekitarnya,