SENI BUDAYA - Saat salah satu acara musik terbesar di Timur Tengah berlangsung di Arab Saudi dalam beberapa hari terakhir, penyelenggara festival tersebut berjanji akan mengambil tindakan ekstra untuk mencegah pelecehan seksual dan lainnya di lokasi acara di Riyadh.
Acara hiburan massal tak lagi menjadi hal baru di Kerajaan Saudi yang terkenal dengan aturannya yang ketat, namun muncul laporan dari beberapa perempuan lokal dan asing bahwa mereka telah menjadi korban pelecehan - beberapa di antaranya terdokumentasikan dalam video.
Pemandangan ini masih terasa sureal - penonton ajojing dengan musik yang memekakkan telinga, padahal baru beberapa tahun lalu acara musik di depan umum adalah hal yang kontroversial di Saudi.
Laki-laki dan perempuan juga berbaur dengan cara yang dulunya tak terpikirkan. Musisi terkenal dari seluruh dunia harus menimbang catatan hak asasi manusia kerajaan itu sebelum memutuskan untuk tampil. Para aktivis mengatakan bahwa jika musisi-musisi itu tampil, berarti mereka membantu menutupi citra pemerintah yang represif.
Namun para musisi bukan satu-satunya kalangan yang berpikir dua kali sebelum berangkat ke acara musik di Saudi. Baru-baru ini muncul laporan pelecehan seksual yang berulang terhadap perempuan di serangkaian acara hiburan besar yang sekarang menjadi bagian kehidupan sehari-hari di Riyadh dan di tempat-tempat lain.
Dalam beberapa tahun terakhir, telah beredar sejumlah video yang menunjukkan sekelompok pria meraba-raba dan melecehkan perempuan.
MDLBeast meluncurkan kampanye yang disebut Respect and Reset untuk meningkatkan perlindungan bagi perempuan di acara-acaranya. Mereka berjanji tidak akan ada toleransi sama sekali bagi pelecehan. Beberapa penonton yang hadir selama seminggu terakhir telah memuji upaya mereka.
Sejak 2018, pihak berwenang Saudi juga telah mengkriminalisasi pelecehan, dengan denda besar dan hukuman penjara hingga lima tahun.
Tetapi beberapa perempuan Saudi mengatakan bahwa mereka tidak yakin semua upaya itu cukup. Tak satu pun dari para perempuan itu yang merasa nyaman memberikan identitas mereka.
Mereka mengaku bahwa mereka sendiri pernah mengalami pelecehan di tempat hiburan massal atau mengenal perempuan lain yang mengalaminya.
Seorang perempuan mengatakan bahwa komentar pada video pelecehan yang diunggah online kerap menyalahkan perempuan - dan bahwa korban perempuan kemungkinan besar akan dihukum oleh hukum Saudi sebagai pelakunya.
Perempuan lain mengatakan pihak berwenang tampaknya hanya bereaksi serius ketika ada orang asing yang terlibat. Ia menambahkan bahwa tidak banyak perhatian diberikan ketika seorang perempuan Saudi menjadi korban, tetapi ada protes besar-besaran dan hukuman keras ketika korbannya adalah turis perempuan.
Perempuan ketiga mengatakan bahwa perempuan lokal tidak mendapatkan perlindungan yang nyata - bahwa ada perasaan bahwa mereka terlibat, bahkan entah bagaimana bersalah, hanya dengan menghadiri acara. Jika perempuan muda melaporkan suatu insiden, katanya, mereka bisa mendapat kecaman dari dalam keluarga dan komunitas mereka sendiri.
Ia mengklaim bahwa peringatan dari aparat keamanan baru-baru ini yang melarang perekaman video dengan ponsel di tempat hiburan dimaksudkan untuk mencegah insiden pelecehan didokumentasikan.
'Perubahan dangkal'
Orang-orang dekat penguasa de facto Arab Saudi, Putra Mahkota Muhammad bin Salman, dan lingkaran dalamnya mengatakan bahwa insiden-insiden seperti ini adalah ekses yang tak bisa dihindari di sebuah negara yang sedang dalam transisi besar dari interpretasi Islam yang sangat konservatif ke masyarakat yang lebih permisif - misalnya dengan penghapusan polisi moral yang dulu sering berpatroli di jalan-jalan.
Laju perubahan bisa dipastikan akan semakin cepat demi mencapai tujuan yang ditetapkan dalam proyek Visi 2030 sang pangeran - rencana yang sangat ambisius untuk mengubah Arab Saudi dengan mengalihkan ekonomi dari ketergantungan pada minyak, sambil membentuk kembali masyarakatnya agar sesuai dengan harapan kaum muda.
Pendukung sang pangeran mengatakan proses ini masih pada tahap awal - dan meminta kesabaran sampai perubahan-perubahan itu menjadi hal normal.
Namun para perempuan Saudi seperti dirilis BBC mempertanyakan seberapa inklusif rencana ini dalam kenyataannya. Mereka menegaskan bahwa harapan dan kekhawatiran perempuan masih ditangani secara dangkal.
Mereka mengatakan isu pelecehan ini adalah salah satu contohnya - menghalangi banyak perempuan Saudi dari berpartisipasi dalam berbagai acara yang seolah-olah bertujuan untuk membuka Arab Saudi tidak hanya ke dunia baru wisatawan dan influencer, tetapi juga kepada warganya sendiri.
Tags : Kekerasan seksual, Arab Saudi, Musik, Perempuan, Seni budaya,