Internasional   2023/03/12 20:52 WIB

AS Klaim Virus Covid-19 Kemungkinan Besar dari Laboratorium Bocor Milik China

AS Klaim Virus Covid-19 Kemungkinan Besar dari Laboratorium Bocor Milik China
fInstitut Virologi Wuhan menjadi pusat kekhawatiran sejak diduga bahwa virus Covid-19 pertama kali muncul dari kebocoran laboratorium yang dianggap aman.

INTERNASIONAL - Laporan terbaru dari AS yang mengeklaim bahwa virus Covid-19 kemungkinan besar berasal dari sebuah laboratorium milik pemerintah China telah memicu pertanyaan-pertanyaan baru.

Terutama terkait asal-usul pandemi yang pertama menyebar ke seluruh dunia tiga tahun yang lalu.

Dr Robert Redfield, yang bertugas sebagai direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS dari 2018 hingga 2021, mengatakan kepada kongres AS pada Rabu bahwa dia yakin Covid-19 kemungkinan besar disebabkan oleh kebocoran laboratorium yang tidak disengaja di China.

Dugaan yang dilontarkan Redfield senada dengan ungkapan Ketua FBI, Christopher Ray, yang mengatakan kepada stasiun televisi AS Fox News bahwa “FBI selama beberapa waktu menyimpulkan bahwa pandemi kemungkinan besar berasal dari insiden laboratorium."

Banyak ilmuwan yang mengatakan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan virus itu muncul dari kebocoran laboratorium serta beberapa lembaga pemerintah AS lainnya memiliki kesimpulan berbeda.

Oleh karena itu, belum ada kesepakatan tentang asal usul wabah Covid-19 di pemerintah AS maupun dunia.

Namun, seberapa mudahnya virus dapat bocor dari laboratorium? Apakah itu pernah terjadi sebelumnya?
Wabah yang membunuh

Sebetulnya, wabah virus mematikan pernah secara tak sengaja keluar dari lab di pusat kota besar. Salah satu wabah paling mematikan adalah penyakit cacar.

Sebelum penyakit cacar musnah pada 1977, virus itu dipercaya telah membunuh lebih dari 300 juta orang dalam abad ke-20 saja.

Hal ini menjelaskan mengapa diagnosis penyakit cacar pada Janet Parker, seorang fotografer medis dari Universitas Birmingham, pada Agustus 1978, mengejutkan bagi banyak orang.

“Wabah itu ditakuti; tidak hanya memicu kepanikan di Birmingham, tapi ada pula kepanikan di tingkat pemerintah dan WHO karena penyakit itu muncul kembali,” kata Profesor Alasdair Geddes, yang merupakan konsultan penyakit menular di Rumah Sakit Birmingham Timur pada saat wabah merebak.

Penyakit cacar, yang bersifat menular dan membunuh sekitar sepertiga dari orang-orang yang mengidapnya, saat itu sedang diteliti di laboratorium universitas.

Bagaimana awalnya Parker, sang fotografer, bisa terkena cacar sampai sekarang belum terjawab.

Sebuah laporan pemerintah menyebut penularan virus itu bisa saja terjadi lewat tiga jalur – dari aliran udara, kontak personal, atau akibat kontak dengan peralatan yang terkontaminasi.

Berkat isolasi dan tindakan karantina, satu-satunya orang yang terkena penyakit menular itu selain Parker adalah ibunya.

Parker meninggal, sementara ibunya sembuh dari infeksi ringan, tetapi wabah itu - secara tidak langsung - merenggut dua nyawa lagi.

Ayah Parker, Frederick, yang berusia 77 tahun, meninggal karena serangan jantung saat dalam karantina. Serangan jantung itu diduga terjadi akibat stres yang muncul setelah putrinya terkena penyakit.

Selain Frederick, Profesor Henry Bedson – kepala laboratorium cacar Birmingham – bunuh diri.

Pengamanan ketat

Setelah insiden wabah cacar, pihak otoriter mengkaji-ulang bahayanya risiko terjadi kebocoran laboratorium lagi dan sejumlah tindakan diterapkan untuk mengurangi jumlah lokasi yang menyimpan virus.

Berdasarkan sebuah kesepakatan WHO pada 1979, terdapat dua laboratorium resmi yang menyimpan persediaan virus cacar hidup. Mereka adalah Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) di Atlanta, AS, dan laboratorium Vector di wilayah Novosibirsk Siberia, Rusia.

Kedua laboratorium tersebut terpilih karena mereka dinilai sebagai laboratorium terbaik dan paling aman di dunia, meski ada pula insiden-insiden mengerikan yang pernah terjadi.

Pada 2014, para petugas CDC gagal untuk menonaktifkan dengan benar sebuah sampel anthrax yang sedang diteliti. Hal ini berpotensi membahayakan puluhan orang (walau tak ada yang akhirnya tertular penyakit itu).

Pada 2019, sebuah ledakan gas di Vector memecahkan jendela-jendela dalam satu gedung dan menyebabkan salah satu pekerja masuk perawatan intensif karena luka bakar.

Meski begitu, pihak keamanan menyatakan tidak ada kontaminasi biologis yang terjadi akibat kecelakaan itu.

Kesalahan mematikan

Insiden-insiden lain yang terjadi di lab dengan keamanan tinggi telah membuat para petugas dan warga yang tinggal di sekitarnya terjangkit penyakit menular.

Pusat penelitian di Prancis mengetatkan keamanan setelah seorang ilmuwan meninggal 10 tahun setelah kulitnya teriris salah satu peralatan.

Emilie Jaumain meninggal pada 2019 pada usia 33 tahun setelah terpapar dengan zat protein (yang disebut prion) yang menimbulkan penyakit yang disebut BSE pada hewan ternak dan CJD pada manusia.

Meskipun mereka sadar bahwa Jaumain telah tertular, tidak ada vaksin atau pengobatan yang dapat digunakan dokter untuk menyembuhkan penyakit itu.

Kesalahan kerja di di pabrik biofarmasi di Lanzhou di Cina barat laut menyebabkan lebih dari 10.000 orang terinfeksi patogen berbahaya.

Disinfektan yang sudah kadaluwarsa digunakan untuk mengolah gas limbah di lokasi yang membuat vaksin hewan untuk melindungi dari bakteri Brucella.

Akibat insiden tersebut, bakteri itu menyebar hingga ke para pekerja di institut penelitian tetangga dan kemudian ke ribuan orang yang tinggal di kota.

Meski jarang tergolong fatal, penyakit itu memiliki gejala seperti flu yang dapat menimbulkan masalah jangka panjang. Bahkan, bakteri itu sempat menjadi senjata biologis oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet ketika Perang Dingin.

Alhasil, ribuan orang membutuhkan perawatan medis dan dibayar uang kompensasi.

Kasus-kasus ini jauh tidak unik dan berbagai kesalahan lainnya juga menyebabkan pekerja dan warga sekitar tertular dari laboratorium.

Kebocoran misterius

Ada pula kasus-kasus di mana penyakit itu tersebar dari laboratorium tetapi penyebabnya tidak pernah ditemukan.

Pada 2021, seorang pekerja di tempat penelitian di Taipei, Taiwan, tertular Covid-19 saat sedang menangani virus itu.

Sebuah investigasi menemukan bahwa pengawasan di lab itu ‘tidak cukup ketat’ tetapi tidak pernah disebutkan apa kesalahannya.

Ada spekulasi bahwa penularan itu terjadi akibat menghirup virus di lab, atau karena melepas alat pelindung dengan urutan yang salah.

Kebocoran misterius dari laboratorium tentu bisa terjadi, tetapi apakah hal tersebut merupakan sumber awal dari wabah virus Covid-19 di China yang menyebabkan pandemi mendunia masih belum dapat ditentukan secara pasti.

Tags : Virus Covid-19, laboratorium bocor milik china, penelitian medis,