Internasional   2023/03/23 17:7 WIB

Bagaimana Rasanya Berpuasa Selama 22 Jam Sehari, 'Seperti Ramadhan di London, Yerusalem, Sarajevo, serta di Belahan Dunia Lainnya'

Bagaimana Rasanya Berpuasa Selama 22 Jam Sehari, 'Seperti Ramadhan di London, Yerusalem, Sarajevo, serta di Belahan Dunia Lainnya'

INTERNASIONAL - Umat Islam Indonesia dan beberapa negara di belahan dunia memulai hari pertama Ramadan pada Kamis (23/03).

Di Indonesia, masyarakat menyambut bulan suci ini dengan melakukan salat tarawih berjemaah hingga melakukan beragam tradisi, seperti pawai obor.

Sementara itu, untuk pertama kalinya di London, Inggris, lampu-lampu lampion menghiasi jalan tanda dimulainya bulan suci umat Muslim.

Di Yerusalem, pasukan keamanan Israel berpatroli saat warga Muslim Palestina berkumpul di luar gerbang Damaskus menjelang puasa. 

Berikut foto-foto dari belahan dunia bagaimana umat Muslim menyambut Ramadan.

Ribuan umat Islam sedang melaksanakan salat berjemaah menandai dimulainya bulan suci Ramadan di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Rabu (22/03).

Selain melakukan salat, ratusan umat Islam di Indonesia juga melakukan beberapa tradisi menyambut bulan suci Ramadan, seperti yang dilakukan warga Jakarta mengikuti tradisi pawai obor, Minggu (19/03). 

Banyak umat Islam di Indonesia, menyambut Ramadan, dengan berziarah ke makam keluarga, seperti ibu ini yang membaca Al-Qur'an di pemakaman korban Covid-19 di Medan, Minggu (19/03). 

Sementara itu, di Tangerang, Banten, banyak warga mengikuti tradisi "keramas" dengan mandi bersama di Sungai Cisadane, Selasa (21/03) . Tradisi ini diyakini oleh masyarakat setempat sebagai cara bersuci untuk menyambut bulan suci Ramadan. 

Selain di Indonesia, kemeriahan menyambut Ramadan juga terlihat di Kota London, Inggris.

Untuk pertama kalinya, Jalan Coventry yang terkenal di London dihias dengan ornamen Ramadan, menandai dimulainya bulan suci umat Islam di Inggris, Rabu (22/03).

Sementara itu, umat Islam di Amerika Serikat melakukan salat tarawih pertama pada awal bulan suci Ramadan di Diyanet Center of America (DCA) di Maryland, Rabu (22/03).

Di Turki, umat Islam melakukan sholat tarawih pertama pada awal bulan suci Ramadan di Masjid Agung Hagia Sophia di Istanbul, Rabu (22/03).

Bangunan berusia 1.500 tahun ini awalnya dibangun sebagai katedral dan diubah menjadi masjid ketika Kekhalifahan Utsmaniyah (Kekaisaran Ottoman) merebut kota Istanbul pada 1453, lalu diubah menjadi museum pada 1934.

Tahun 2020, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menandatangani dekrit yang menjadi dasar hukum perubahan status Hagia Sophia di Istanbul dari museum menjadi masjid.

Di wilayah Eropa tenggara, meriam Ramadan pertama ditembakkan sebagai pertanda masuknya bulan suci Islam di Sarajevo, Bosnia dan Herzegovina, Rabu (22/03).

Kedatangan bulan suci bagi umat Islam diumumkan ke seluruh kota juga dengan melepaskan balon yang telah menjadi tradisi sejak Kekaisaran Ottoman yang berlanjut di Sarajevo dan kota-kota lain di Bosnia dan Herzegovina.

"Musaharatis" di Palestina berjalan melewati grafiti mural sambil menabuh genderang saat mereka berkeliling di Rafah di Jalur Gaza selatan pada malam pertama Ramadan, Kamis (23/03).

Musaharatis adalah "penabuh Ramadan" tradisional yang berperan untuk membangunkan umat Muslim untuk makan sahur sebelum dimulainya puasa hari berikutnya selama bulan suci Ramadan.

Di bagian lain Palestina, beberapa warga menyambut bulan suci Ramadan dengan bermain kembang api, seperti yang dilakukan dua orang ini di kota Khan Yunis di Jalur Gaza selatan, Selasa (21/03).

Sementara di Kota Tua Yerusalem, pasukan keamanan Israel berpatroli saat warga Palestina berkumpul di luar gerbang Damaskus menjelang bulan puasa Ramadhan, Rabu (22/03).

Di wilayah yang dihantam gempa Februari lalu, umat Muslim berkumpul di Masjid al-Kabir untuk melakukan solat tarawih pertama di bulan suci Ramadan di distrik Ma'arrat Misrin, Idlib, Suriah, Rabu (22/03).

Wilayah Idlib adalah salah satu daerah yang paling parah terkena dampak gempa bumi di Suriah pada Februari lalu.

Masih di kota Idlib, Suriah, seorang ibu terlihat sedang makan di depan tenda pengungsian menjelang bulan suci Ramadan, Selasa (21/03).

Warga sipil yang tinggal di Idlib akan menjalani puasa tahun ini di tenda pengungsian akibat gempa bumi yang merusak rumah mereka Februari lalu. 

Di Asia selatan, umat Muslim berbelanja makanan hingga pakaian di sekitar area Masjid Jama untuk persiapan bulan suci Ramadan di New Delhi, India, Rabu (22/03). 

Orang-orang Pakistan membeli kebutuhan mereka menjelang bulan suci Ramadan di pusat-pusat perbelanjaan yang ramai di Karachi, Pakistan, Senin (20/03).

Kurma menjadi buah terlaris yang dibeli umat Muslim sebagai pelengkap berbuka puasa.

Di Sudan, Afrika, terdapat minuman wajib saat berbuka puasa, yaitu Helo Murr. Minuman ini dibuat dari jagung kering dan rempah-rempah yang kemudian dicelupkan ke dalam air minum.

Seorang perempuan di sebuah desa di selatan Khartoum, Sudan, tengah menyiapkan Helo Murr menjelang bulan suci Ramadan. 

Di Mesir, orang-orang berbelanja lentera Ramadan di distrik Sayyida Zeinab, pusat ibu kota Mesir Kairo, di tengah persiapan menjelang bulan suci Ramadan.

"Lentera Ramadan" adalah salah satu simbol terpenting Ramadan di dunia Islam, yang mungkin pertama kali diproduksi di Mesir. 

Ramadan di Islandia

Muslim di Islandia harus menjalani puasa Ramadan selama 22 jam sehari dan hanya punya waktu sekitar dua jam untuk berbuka, salat Tarawih dan makan sahur.

Ibadah puasa dijalankan mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. Di Indonesia, puasa dijalankan selama kurang lebih 13 jam. Namun di wilayah lingkaran Arktik atau Kutub Utara, waktu puasa bisa jauh lebih panjang, terutama bila berlangsung di musim panas. 

Salah satu negara yang memiliki rentang waktu puasa terpanjang adalah Islandia -di mana umat Muslim harus berpantang dari lapar, haus dan segala hal yang bisa membatalkan puasa- hingga 22 jam.

Di Islandia, fajar mulai pukul 04.00 dan matahari terbenam sekitar pukul 23.00. Hal itu berarti umat Muslim hanya punya waktu dua jam untuk berbuka, menjalankan salat Tarawih dan Sahur.

Sulaman, pria asal Pakistan yang pindah ke Islandia lima tahun lalu, adalah salah seorang yang menjalani puasa selama 22 jam itu.

"Dalam Islam, Anda berpuasa sejak terbit fajar hingga terbenam matahari, jadi saya berpuasa selama hampir 22 jam," katanya.

Dia menyebut berpuasa nyaris seharian bukanlah hal yang berat untuk dijalani.

"Iman yang membuat saya bisa menjalani ini. Jika Anda yakin, semua akan mudah dan lama-kelamaan tubuh Anda akan terbiasa karena itu sudah menjadi rutinitas," lanjutnya.

Di sisi lain, istri Sulaman, Zara, tidak berpuasa di Ramadan tahun ini. Zara tengah mengandung. 

Kendati demikian, Zara akan tetap bangun saat fajar untuk membantu suaminya menyiapkan sahur. Sulaman makan sahur pada pukul 02.00. Umumnya dia menyantap yoghurt dan buah sebagai menu sahur sehari-hari. Setelah menjalankan salat Subuh, Sulaman tidur selama lima jam sebelum bangun dan bersiap berangkat kerja.

Dia mengatakan tetap bekerja seperti biasa dan tidak meminta keringanan karena berpuasa.

Yaman, pemilik restoran kebab di Reykjavik, menyatakan hal serupa. Iman dan ketakwaan membuatnya mampu menjalani puasa panjang tanpa mengeluh.

"Memang tidak mudah, tapi jika Anda sudah meyakini sesuatu, Anda akan tetap menjalaninya," ujar dia.

Adapun, saat waktu berbuka puasa tiba, Yaman dan sekelompok umat Muslim lainnya lebih memilih melakukan buka puasa bersama di masjid sekaligus menjalankan salat Tarawih. Usai salat, mereka kembali sahur bersama sebelum kembali ke rumah masing-masing.

Di Islandia, terdapat sekitar 1.000 orang yang memeluk agama Islam. Namun tidak semua orang menjalani jam puasa yang panjang seperti Sulaman dan Yaman.

Hal itu dibenarkan Mansoor, imam sebuah komunitas Muslim di Reykjavik, ibu kota Islandia. Di komunitas Mansoor, umat Muslim berpuasa selama 18 jam.

"Terdapat surat dalam Alquran tentang puasa Ramadan yang mengatakan Allah memudahkan umat-Nya berpuasa," papar Mansoor, yang menyebut hal itu dilakukan karena terdapat beberapa kasus di mana umat Muslim pingsan, saat menjalani waktu puasa yang sangat panjang.

Terdapat beberapa anjuran tentang lamanya puasa Ramadan bagi umat Muslim yang berada di negara dengan waktu siang yang lebih panjang dari malam. 

Mereka dapat berbuka puasa menggunakan waktu matahari terbenam di negara terdekat yang tidak memiliki siang hari terus menerus, negara mayoritas Muslim terdekat, atau mengunakan rentang waktu puasa Arab Saudi. Pilihan lainnya, mengikuti waktu matahari terbenam setempat.

Karim Askari, Direktur Eksekutif Yayasan Islam Islandia mengatakan umat Muslim di Islandia bisa mengikuti anjuran manapun sesuai dengan keyakinan mereka.

"Ada yang berpuasa selama 22 jam, ada juga yang mengikuti waktu berpuasa di negara Eropa, seperti Prancis," paparnya.

Di sisi lain, Askari mengatakan kendati berpuasa lebih lama, Ramadan di Islandia justru lebih mudah dijalani.

"Berpuasa di iklim yang panas jauh lebih sulit. Orang cenderung lebih mudah emosi karena lapar dan haus saat cuaca panas, namun di iklim yang dingin, puasa akan lebih mudah."

Selain Islandia, waktu puasa yang cukup panjang juga dijalani umat Muslim di Swedia, Norwegia, dan Finlandia yang berpuasa selama 20 jam.

Adapun umat Muslim di Inggris berpuasa selama 18 jam, sementara di Jerman, puasa berlangsung selama 17 jam. (*)

Tags : ramadan, berpuasa selama 22 jam sehari, ramadhan di london, yerusalem, sarajevo, ramadhan di belahan dunia, islam, muslim,