LINGKUNGAN - Dari rumah kaca di Connecticut sampai sekolah berkelanjutan di sebuah hutan di Bali, bagaimana arsitektur canggih juga merujuk pada tradisi lama.
Arsitektur mutakhir dan berkelanjutan di seluruh dunia merupakan subyek buku baru Green Architecture karya Philip Jodidio.
Mungkin eksperimental, tetapi banyak bangunan hijau dewasa ini meniru tradisi kuno seperti memanfaatkan panas dengan mengarahkan bangunan-bangunan tersebut ke arah matahari, atau dengan mengumpulkan massa termal melalui penggunaan batu tebal atau lumpur.
Buku ini juga merayakan cara-cara teknologi dalam mengontrol pemanasan global yang disebabkan oleh konstruksi, yang merupakan penyumbang dengan proporsi yang tinggi dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca.
Berikut ini adalah beberapa proyek pilihan, dari yang monumental hingga yang sederhana:
Panyaden School, Thailand
Terutama dipengaruhi oleh alam, biro arsitektur Belanda, 24 Architecture menciptakan tata letak yang terinspirasi tanaman staghorn fern (paku tanduk rusa) tropis untuk sekolah dasar di Chiang Mai.
Bangunannya menyebarkan nilai-nilai ekologis melalui bentuk organiknya yang luar biasa, penggunaan material lokal dan rendah jejak karbon.
Atap Gaudíesque (Antoni Gaudi, arsitek Spanyol) yang menggantung rendah, bergelombang - disokong tiang-tiang bambu yang tumbuh sangat cepat dan berkelanjutan - tampaknya melayang di atas lantai, yang terbuat dari tanah kasar.
Ospedale dell'Angelo, Italy
680 tempat tidur Ospedale dell'Angelo di Venice-Mestre, sebuah proyek selama 40 tahun yang dituntaskan arsitek Italia, Emilio Ambasz, disebut sebagai 'rumah sakit umum hijau pertama di dunia'.
Berlawanan dengan cara pandang arsitektur kelembagaan, aula masuk setinggi 30 meter dan panjang 200 meter yang menggabungkannya dengan taman musim dingin berukuran raksasa, merupakan panorama bagi setengah dari seluruh kamar pasien serta ruang tunggu di setiap lantai.
Di luar jendela dari sisa kamar pasien terdapat wadah-wadah berisi tanaman. Dan ruang-ruang operasi, laboratorium, fasilitas layanan dan ruang parkir semua memiliki atap tanaman hijau.
Sony City, Japan
Chen House memungkinkan udara dingin dan cahaya alami di dalam ruangan.
Sony City di Osaki, Tokyo, merupakan bangunan departemen penelitian dan pengembangan Sony, dan dirancang oleh arsitek Nikken Sekkei.
Menurut sang arsitek, gedung ini mengandung sebuah perangkat pendingin besar yang berfungsi sebagai 'hutan alami'.
Panel-panel surya menyorot dari fasad selatan yang menghasilkan panas ganda sebagai perangkat yang menaungi Sony City dari sinar matahari menyengat.
Bangunan ini dilapisi Bioskin, suatu lapisan luar tabung keramik yang mendinginkan eksterior ketika air hujan yang dikumpulkan dari atap dimasukkan ke dalam tabung.
Saat menguap, air mendinginkan tabung dan udara.
Glass/Wood House, United States
Kengo Kuma, seorang arsitek Jepang yang dikenal secara simpatik menghubungkan bangunan-bangunan dengan alam, dipercaya merenovasi rumah kaca yang dirancang John Black Lee pada 1956.
Glass Wood House terletak di New Canaan, Connecticut, dan Kuma mengubah simetri kotak modernis itu dengan menambahkan bangunan tambahan berbentuk L yang masuk sampai ke hutan tanpa memaksakan lanskap.
"Kami menciptakan perubahan besar dengan membuang simetri rumah dan menutupi bagian luarnya dengan kisi-kisi kayu," ujarnya, seraya menambahkan bahwa rumah yang direnovasi ini sekarang memiliki transparansi 'ringan' yang menggantikan tembus pandang yang terbatas.
Japanese pavilion, Italy
Dalam Venice Architecture Biennale 2008, arsitek Junya Ishigami merancang paviliun Jepang yang terdiri dari rumah-rumah kaca kecil di sekitar bangunan di taman Giardini della Biennale.
Ishigami merujuk Crystal Palace karya Joseph Paxton di Great Exhibition di London pada 1851.
Meja dan bangku yang digunakan untuk umum tersebar di seluruh taman dalam suasana ruang indoor dan outdoor yang kabur.
Kualitas rumah-rumah kaca yang halus dipertegas lukisan-lukisan halus yang tergantung di dinding putih.
Green School, Indonesia
Struktur yang menarik dan tampak kuno di tengah hutan di Badung, Bali, mengungkapkan kehadiran sekolah eksperimental, yang mendidik murid-muridnya tentang hal-hal yang berkelanjutan.
Sisi terbuka bangunan ini menghubungkannya dengan alam terbuka dan rencana interior terbuka yang mendorong ventilasi alami.
Sisi terbuka Green School di Bali Indonesia memungkinkan ventilasi.
Proyek ini disusun oleh perusahaan desain dan konstruksi PT Bamboo Pure, yang menggunakan bambu, dan Meranggi Foundation, yang mendirikan perkebunan bambu di Indonesia, menyalurkan tanaman-tanaman bambu ke petani setempat secara gratis.
Bagian lain dari sekolah dibangun menggunakan karet daur ulang dan kaca depan mobil, sementara lahannya dimanfaatkan untuk kebun organik dan pagar yang terbuat dari pepohonan.
Chen House, Taiwan
Di tempat pertemuan para petani dengan dek kayu yang luas, dalam dan luar ruang saling terhubung.
Dirancang arsitek Finlandia, Marco Casagrande, bangunan di Pegunungan Datun, Taipei ini memiliki bagian depan rata, yang memungkinkan angin sejuk masuk pada bulan-bulan yang hangat.
Fasad berpori membawa cahaya matahari masuk ke interior, sementara perapian sederhana membuatnya tetap hangat.
Bangunan didirikan menjulang ke atas untuk melindunginya dari banjir yang datang sesekali.
"Rumah ini tidak kuat atau berat - rumah ini ringkih dan fleksibel," kata Casagrande. "Tidak menutup lingkungan tetapi memberi petani tempat berlindung yang diperlukan."
Ecoboulevard of Vallecas, Spain
Proyek monumental paviliun perkotaan di Madrid seluas 22.500 meter persegi ini diimpikan oleh para arsitek Spanyol, Ecosistema Urbano, yang menyebutnya sebagai 'pohon udara'.
Dirancang untuk berdiri di tengah jalan yang sibuk, dikelilingi oleh pepohonan dan dipenuhi dengan tanaman bertingkat, tempat ini menyediakan oasis kesejukan selama bulan-bulan musim panas yang kering di kota ini.
Tanaman bertingkat ini menurunkan suhu di dalamnya dan uap air yang dihasilkan oleh panel surya membuat ruangan ini lebih dingin 8 sampai 10 derajat, ketimbang jalan di luar.
Bangunan ramah lingkungan di sebuah hutan
U6 Penthouse, Germany
Diciptakan arsitek Jerman, Heberle Mayer, ini adalah tambahan yang unik dan murah untuk bangunan yang terdapat di Berlin karena memanfaatkan uang atap yang sebelumnya tidak digunakan. Tambahan struktur ini dibuat menggunakan rumah kaca yang diproduksi oleh perusahaan Prancis, Filclair.
Peraturan pembangunan di sana melarang seluruh atap ditutupi sehingga diciptakanlah teras luar ruangan yang digunakan di musim panas, di mana dapur dapat dipindahkan.
Di musim dingin, struktur yang transparan dipanaskan oleh sinar matahari meskipun lapisan dalam gorden terbuat dari kain yang memantulkan panas dan pintu geser besar mencegah interior terlalu panas.
Tags : bangunan kuno, bangunan ramah lingkungan, bangunan di hutan, bangunan yang mengarah ke matahari,