PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Laboratorium yang memadai menjadi modal penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan kejuruan.
"Laboratorium membuat proses belajar lebih efektif dan menyenangkan sehingga kompetensi siswa bisa lebih maksimal."
"Laboratorium untuk Sekolah Menengah Kejuruan [SMK] penting. Keberadaannya sangat dirasakan manfaatnya olah para siswa dan guru. Siswa menjadi lebih kreatif bahkan berhasil menorehkan prestasi," kata Wawan Sudarwanto, dari Lembaga Penelitian Pengembangan Pendidikan [LP3] Anak Negeri tadi Sabtu (30/12).
Ia pun melihat selama ini laboratorium yang jelas dibutuhkan sekolah sangat kurang untuk ditingkat SMK.
"Pada hal adanya laboratorium, para siswa menjadi lebih terpacu untuk berkreasi. Selain itu, kegiatan pembelajaran juga lebih menyenangkan," sebutnya.
"Pastinya, tidak ada laboratorium [disekolah kejuruan] belajarnya pun seperti ngawang atau ngambang, karena memang tidak ada alatnya. Setiap ada materi, siswa tidak bisa langsung praktik. Jadi, antusias siswa dalam belajar suram,” kata dia.
Setidaknya bisa dilihat dari konten-konten media sosial yang memiliki laboratorium milik sekolah, terpola, dan enak dilihat.
“Tetapi sebaliknya, di Riau terlihat ada juga SMK itu acak-acakan.'
"Jika sekolah [SMK] memiliki laboratorium, siswa bisa lebih produktif menghasilkan karya, seperti ilustrasi, sketsa, flyer, banner sosial media, buku, motion graphic, mural, desain mug, dan poster. Sementara poster-poster karya siswa yang sesuai dengan kejuruannya [industri] misalnya, bisa dipajang di setiap ruangan kelas," ungkapnya.
Jadi tak hanya guru yang merasakan perubahan, para siswa juga mengaku senang dengan laboratorium yang mereka miliki apakah sudah sesuai dengan standar industri, "belajarnya tentu lebih enak, lebih menyenangkan,” kata Wawan yang tak menjelaskan berapa SMK di Riau yang tak miliki laboratorium ini.
Menurutnya, para siswa SMK sebelum terjun ke dunia kerja ataupun magang setidaknya bisa menguasai peralatan dasar, "itu sudah harus dapat di sekolah."
"Jadi tidak teori melulu, nanti menjadi sekolah kejuruan sastra. Pandai menulis tapi gak bisa mempraktekan karena kekurangan alat praktek. Kan jadi tidak linier dengan maksud dan tujuan sekolah," sebutnya.
Dr Kamsul, MPd, Kepala Dinas Pendidikan [Disdik] Riau belum bisa menjawab soal ini.
Tetapi masih banyaknya keluhan warga tentang SMK tak punya laboratorium bahkan sulitnya anak-anak masuk ke sekolah di kejuruan menjadi perhatian serius dr. Hj Arnita Sari, Anggota DPRD Provinsi Riau.
Berdasarkan data yang diperolehnya, jumlah SMA Negeri 18 dan SMK Negeri hanya 7 di Kota Pekanbaru ini.
"Jumlah ini sangat kurang dan tidak mencukupi dengan jumlah penduduk Kota Pekanbaru dan luasnya wilayah," sebut Arnita Sari dikonfirmasi lewat ponselnya, Sabtu.
Arnita Sari meminta Pemerintah Provinsi Riau dalam hal ini Disdik memenuhi kebutuhan sekolah ini dan penambahan ruang kelas baru khususnya untuk SMA Negeri dan SMK Negeri.
Legislator PKS ini juga berharap Gubri, untuk mendengarkan aspirasi masyarakat dan segera membangun SMA/SMK Negeri beserta mebuler [laboratorium] baru pada tahun ini. Selain bisa terjadi pemerataan jumlah sekolah beserta sebagai penunjang karir siswa di kejuruan.
“Jumlah penduduk semakin banyak, sementara jumlah sekolah maupun peraltan kurang. Seharusnya di setiap kecamatan di Kota Pekanbaru memiliki bangunan SMA/SMK Negeri yang memadai, untuk menampung siswa-siswi sesuai dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah,” ujarnya.
Jadi menurutnya, pemerintah harus menyiapkan sarana infrastruktur, dan fasilitas pendidikan itu sesuai dengan amanat undang-undang. (*)
Tags : sekolah menengah kejuruan, smk, riau, smk tak punya laboratorium, kualitas pendidikan kejuruan terganggu ,