"Dinas Kesehatan [Diskes] Riau mengaku baru 789 orang Tenaga Kesehatan saat ini yang mendapatkan vaksin Covid-19 dari Sinovac, namun beberapa lainnya di antaranya tak bisa atau mengalami penundaan divaksin"
aling tidak sektar 15 persen penerima vaksin tertunda atau ditolak vaksinasi pada saat skrining kesehatan. Sebanyak 4 persen di antaranya, karena komorbid dan 11 persen karena darah tinggi. “Jadi banyak yang nggak sehat, nakes saja diperkirakan 15 persen lah nggak bisa divaksin,” kata Mimi Yuliani Nazir, Kepala Dinas Kesehatan [Diskes] Riau pada media, Jumat (22/1/2021).
Mimi mengatakan, penyakit darah tinggi bisa karena tidak sehat, atau karena gugup sebelum divaksin, sehingga tekanan darahnya naik. Terhitung sejak diterimanya vaksin kedua pada Rabu (13/1/2021), hingga hari ini Jumat (22/1/2021) baru 789 nakes se-Riau yang disuntik. Lambatnya proses vaksinasi ini diakui karena kondisi para nakes. "Ada beberapa nakes yang batal disuntik karena tekanan darahnya tinggi, jadi vaksinasinya harus ditunda," katanya.
Provinsi Riau telah menerima vaksin Sinovac tahap kedua sebanyak 22.840 dosis, ditambah pengiriman tahap pertama 20.000 maka Riau sudah mengantongi 44.840 dosis vaksin. Seluruh vaksin itu diprioritaskan untuk 35.985 tenaga kesehatan (nakes) di Riau dan tokoh masyarakat. Untuk diketahui, vaksin tahap pertama sudah didistribusikan di Kota Pekanbaru sebanyak 11.040 dosis, Kabupaten Kampar 2.400 dosis, dan Kabupaten Pelalawan 1.800 dosis. "Sisanya nanti akan didistribusikan secara bertahap," ujar Mimi.
Untuk tahap pertama itu sebanyak 20.000 dosis vaksin Covid-19 dari Sinovac akan diberikan kepada tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, dan tenaga penunjang yang bekerja pada fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan. Diskes telah menyiapkan jumlah sasaran dan kebutuhan vaksin per kabupaten/kota yang datanya dimasukkan dalam sistem informasi yang akan menyiapkan data sasaran berdasarkan nama dan alamat.
Sistem data itu dibuat oleh Bio Farma, yang bisa membantu pemerintah agar masyarakat tak ada yang dapat vaksin ganda. Setelah tenaga kesehatan divaksin, tahapan selanjutnya vaksin akan diberikan kepada petugas pelayanan publik, baru kemudian kepada masyarakat.
Ada pejabat tolak di vaksin
Selain para nakes banyak gagal disuntik, sejumlah pejabat dan tokoh masyarakat di daerah juga masih tolak menolak untuk diajukan namanya menjadi penerima pertama vaksinasi Covid-19. "Saling tolak gimana, kalau itu saya gak tau, karena saya belum dapat datanya, belum sama sekali, makanya saya sambil ketawa aja," kata Juru Bicara (jubir) Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Provinsi Riau dr Indra Yovi menanggapi pertanyaan wartawan.
Dia merasa sempat kaget mendengar adanya pejabat daerah yang menolak di vaksin. Menurut Indra Yovi, seharusnya pejabat dan tokoh masyarakat di daerah memberikan keyakinan dan memotivasi masyarakat tentang pelaksanaan vaksinasi Covid-19. "Yah gak perlu takut, nanti sebelum divaksin dokter akan mengecek kondisi kesehatan. Kalau saya arahannya ya jangan takut lah harusnya, karena dipastikan kondisi kesehatan aman dulu, kan nanti sebelum disuntik kan dokter memeriksa," sebutnya.
Indra Yovi menuturkan, selanjutya apakah layak atau tidak. "Jangan sampai ke masyarakatnya jadi khawatir, kalau ada ocehan seperti itu." ujarnya.
"Kita harusnya memberitahu kepada masyarakat, menyakinkan masyarakat, dan memotivasi masyarakat, bukan sebaliknya seperti itu," sebut Yovi.
Yovi membenarkan sebagian tenaga kesehatan telah divaksinasi Covid-19. Jumlah tenaga medis yang telah divaksinasi tersebut tersebar di Kabupaten/Kota. Terhitung dari tanggal 14 Januari hingga 20 Januari, tenaga kesehatan menerima suntikan vaksin Covid-19, angka tersebut masih enam persen dari sasaran nakes yang harus divaksin.
"Kalau tak salah data dari Diskes Riau sudah sebanyak 933 tenaga medis sudah disuntik vaksin corona, tersebar di tiga kabupaten dan kota di Provinsi Riau, yakni Kota Pekanbaru, Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan. “Jumlah ini masih mencapai 6,1 persen dari sasaran nakes yang harus divaskinasi Covid-19 tahap pertama dengan jumlah 15.188 tenaga kesehatan di tiga kabupaten dan kota di Riau,” katanya.
Diakui tenaga medis yang sudah divaksin jumlahnya belum sesuai yang diharapkan, hal tersebut disebabkan karena adanya ditemukan kendala terkait nakes yang belum yakin untuk divaksin. “Jumlah nakes yang divaksin hingga saat ini belum sesuai harapan karena beberapa kendala yang ditemukan, seperti belum siapnya nakes untuk disuntik vaksin corona,” tuturnya.
Ditargetkan pelaksanaan imunisasi terhadap tenaga kesehatan di Provinsi Riau mencapai 37 ribu, akan selesai pada akhir bulan Maret 2021 mendatang. Selain nakes, ada penambahan pemberian vaksin Covid-19 kepada tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan masyarakat. "Sebelumnya sudah disebarkan undangan untuk mendapatkan vaksinasi bagi tenaga kesehatan," ucapnya.
Namun kata Yovi, jika ada tenaga kesehatan yang belum menerima vaksinasi, kemungkinan masuk dalam kelompok vaksinasi tahap 2. "Jika ada tenaga kesehatan yang belum terdaftar di tahap pertama maka kemungkinan mereka berada di kelompok kedua," tuturnya.
Yovi mengakui, ada bebeapa tenaga kesehatan yang tidak bisa diberikan vaksinasi. Hal tersebut karena adanya sejumlah alasan seperti penyintas Covid-19, memiliki penyakit bawaan darah tinggi dan dalam kondisi hamil. "Tenaga kesehatan yang tidak bisa diberikan vaksinasi atau pun kemudian ditunda karena sejumlah alasan. Di antaranya merupakan penyintas covid 19 atau memiliki komorbid atau penyakit bawaan dan sedang dalam keadaan hamil," katanya.
Ia memastikan proses vaksinasi akan terus berlangsung kepada tenaga kesehatan. "Proses vaksinasi kepada tenaga kesehatan masih akan terus berlangsung dan diharapkan hingga Februari kami dapat mencapai target untuk tenaga kesehatan divaksinasi," katanya.
Nakes terpapar covid-19
Sebelumnya data dari Diskes Riau menyebutkan ada 331 tenaga kesehatan (Nakes) di daerah yang terpapar Covid-19, dengan tingkat kesembuhan sudah mencapai 94,6 persen. "Yang sampai sekarang masih dirawat hanya 3,6 persen dari total jumlah pasien," kata Mimi Yuliani Nazir.
Sedangkan jumlah kasus kematian ada lima Nakes, atau 1,8 persen dari jumlah keseluruhan kasus. Ia merincikan, Nakes yang paling banyak terinfeksi Covid-19 berkelamin perempuan yakni mencapai 251 orang, sedangkan yang laki-laki 80 orang. Mimi mengatakan Nakes yang tertular Covid-19 beragam pekerjaannya, tidak hanya yang menangani pasien di fasilitas kesehatan. Namun, kasus yang paling adalah dari perawat, yakni mencapai 174 orang, sedangkan dokter ada 68 orang. Selain itu, ada juga supir Ambulans hingga pegawai manajemen di fasilitas layanan kesehatan.
Daerah yang paling banyak kasus Nakes terpapar Covid-19 adalah di Kota Pekanbaru, yakni mencapai 127 orang. Kemudian Kabupaten Kampar ada 52 orang, Dumai 42 orang, Inhu 21 orang, Siak 20 orang, Bengkalis dan Rokan Hilir masing-masing 19 orang, Indragiri Hilir 11 orang, Rokan Hulu 10 orang, Pelalawan delapan orang, serta Kuansing dan Meranti masing-masing satu orang.
Mimi mengatakan meski Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di. Riau sudah berakhir, pemerintah. menerapkan adaptasi kebiasaan baru menuju masyarakat yang produktif dan aman. Tujuannya untuk mempercepat penanganan Covid-19 dalam aspek kesehatan, sosial ekonomi, dan masyarakat dihimbau untuk tetap menerapkan protokol kesehatan. "Pakai masker bila keluar rumah dan di tempat kerja, selalu menjaga jarak, dan sering mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir," himbaunya. (*)
Tags : tenaga kesehatan Riau, nakes, suntik vaksin Covid-19, vaksinasi covid-19, tenaga medis,