BELASAN tahun kerja sama antara pesantren Darunnajah di Jakarta dan sekolah Katholik Holy Family di Keighley, West Yorkshire, Inggris, sudah terwujud pertukaran puluhan guru dan pelajar, langkah yang disebut pemimpin pesantren mengangkat toleransi di Indonesia.
Pertukaran pelajar dan guru terakhir dilakukan pertengahan November lalu dengan 13 santri dari Darunnajah dan lima guru berkunjung ke Keighley.
Sofwan Manaf, pemimpin pesantren Darunnajah mengatakan dalam pertukaran ini tidak hanya pemahaman soal Islam yang mereka angkat namun juga berbagai tradisi dan budaya, selain untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar.
Asisten kepala sekolah Holy Family, Eileen Llewellyn, mengatakan, "Kerja sama sekolah yang terletak di kota kecil Keighley, yang terletak di daerah miskin di Inggris, dengan pesantren di kota besar Jakarta, Indonesia, menurut kami berhasil mengembangkan kesadaran global yang lebih besar terhadap para pelajar."
"Dengan kerja sama ini, pelajar kami mengenal dan menghargai kebudayaan lain dengan perbedaan besar dan juga banyak kesamaannya," kata Eileen, Jumat (09/12/2023).
"Pelajar kami terkadang kurang berminat (untuk mengenal budaya lain), sehingga meningkatkan kesadaran adanya peluang di luar memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperluas pengetahuan mereka," tambahnya.
Untuk memahami perbedaan
Kerjasama kemitraan antar sekolah ini berawal pada tahun 2005, menyusul kunjungan perdana menteri Inggris saat itu Tony Blair.
"Kami mengangkat pemahaman tentang Islam, Islam yang toleran, serta mengajar bahasa dan budaya Indonesia yang begitu banyak... Jadi tak hanya Islam (yang kami angkat) namun juga kehidupan pada umumnya," kata Sofwan
Dalam memasuki tahun ke-11 kerjasama ini, Sofwan menilai kedua belah pihak 'sudah saling memahami perbedaan' dan akan ditingkatkan lagi dengan menambah jumlah program pertukaran pelajar.
holy family catholic school, darunnajah
"Dengan memahami perbedaan ini, kita bisa bicara bagaimana meningkatkan kualitas (belajar mengajar) dan mereka terkesan dengan hal-hal yang positif," kata Sofwan.
"Pada awalnya mereka agak ketakutan (tentang Indonesia) setelah mendengar informasi yang ada. Namun setelah mereka datang, mereka respect (menghargai) tentang kehidupan Islam, dan kehidupan pendidikan di Darunnajah, khususnya," sambungnya.
Choirunisa, salah seorang pelajar yang ikut dalam pertukaran di Keighley, bercerita salah satu pertanyaan yang dia terima termasuk kehidupan di pesantren.
"Mereka tanya, bagaimana kehidupan di pesantren... kalian belajar tentang agama lain tidak," kata Choirinisa.
Keaktifan siswa
Namun satu hal yang dipetiknya dari pertukaran ini adalah para siswa yang aktif bertanya dan berpartisipasi dalam diskusi sekolah.
"Mereka lebih aktif bertanya ke gurunya, beri opini walaupun salah. Menjadi pelajaran buat kami bahwa siswa Indonesia tak seharusnya pasif terus tapi harus aktif."
Radia Melksa, santri lain yang ikut ke Keighley, melihat 'suasana santai' dalam mengajar yang justru menurutnya dapat mendorong belajar.
"Suasana belajar lebih santai dan hubungan guru dan murid juga santai, tapi tetap punya integritas... Jadi lebih mudah menangkap pelajaran dengan lebih enak, ditambah fasilitas yang lengkap juga," kata Radia. (*)
Tags : kerjasama pesantren di inggris, pesantren jakarta, sekolah katolik inggris, mengangkat indonesia toleran,