PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Jukir liar [jukir] di Pekanbaru kerap dikeluhkan oleh warga dan pengusaha.
"Berbekal peluit, jukir itu tiba-tiba muncul menarik uang parkir."
Dinas perhubungan (Dishub) pun harus kucing-kucingan memburu jukir nakal tersebut.
Juru parkir (jukir) liar di Kota bersejarah itu tersebar di sejumlah titik. Mereka berada di minimarket, pertokoan, pasar, restoran, kedai kopi, hingga kawasan yang banyak terdapat pedagang kaki lima (PKL).
’’Saya hanya parkir sebentar ada keperluan dengan kedai kopi itu sudah dikutip biaya,’’ keluh Susilo, salah seorang pengendara yang dimintai uang parkir di kedai kopi Aceh dibilangan Jalan Paus, Pekanbaru.
Jukir itu mengenakan rompi dari Dishub. Hanya berbekal peluit. Saat parkir, keberadaannya tak terlihat.
Namun, apabila pengendara hendak keluar dari titik parkir, peluitnya dibunyikan sembari meminta uang parkir tanpa menunjukkan karcis retribusi.
Susilo punya pengalaman tak enak dengan jukir liar ini.
Beberapa waktu lalu, selepas membayar parkir, dia meminta karcis parkir. Bukannya lembaran kertas karcis yang didapatkan, justru omelan yang dia peroleh. ’
"Yang seperti ini perlu pengawasan dari dishub,’’ ucapnya.
Di kawasan Jalan Arifin Achmad hingga Jalan Paus dan Belimbing, jukir liar kerap ditemui.
Mereka nyanggong di depan tempat usaha. Setiap pengendara yang habis parkir ditarik uang parkir.
Padahal, ada sebagian tempat usaha di tembok toko modern jelas tertulis parkir gratis.
Kepala Tata Usaha UPT Parkir Dishub Pekanbaru, Radinal dikonfirmasi lewat ponselnya selalu tak menggubris soal adanya jukir nakal.
Sebagai contoh di kedai kopi Aceh Jalan Paus itu terbukti dari laporan warga masih menjadi 'bulan-bulanan' petugas jukir.
UPT Parkir Dishub Pekanbaru juga tak pernah kelihatan menerjunkan tim pengawasan jukir.
"Tim tak pernah turun ke wilayah untuk memelototi jukir, sementara praktik kutipan liar terus terjadi 24 jam."
Adanya jukir liar dipastikan beberapa tempat usaha berpengaruh jadi sepi pembeli.
Pendapatan dari sektor parkir pun jadi melorot tajam, karena orang-orang yang datang ke tempat usaha tak mau bayar tanpa ada karcis.
Karena minimnya setoran parkir itu disebabkan jukir nakal.
"Jukir nakal menambah seret pemasukan. Jukir itu dikelola dishub. Memakai rompi saat bertugas. Mereka mengutip uang parkir, namun warga tidak diberi karcis parkir," kata salah satu staf karyawan kedai kopi Aceh itu kesal.
"Apabila tidak diberi karcis parkir, uang hasil kutipannya diduga masuk ke kantong pribadi jukir."
Sekali lagi Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Pekanbaru, Yuliarso kembali mengimbau agar warga berani meminta karcis parkir.
Jika jukir tak mau memberi, warga diminta melapor. ’’Sertakan foto jukir dan lokasi. Kami akan tindak,’’ paparnya.
Ketua Komisi II DPRD Pekanbaru, Dapot Sinaga menyatakan, jukir liar tersebar di sejumlah titik. Mulai taman-taman kota hingga sentra wisata kuliner.
’’Warga yang parkir sebagian besar tidak diberi karcis parkir,’’ terangnya.
Dia meminta dishub membenahi sistem parkir. Misalnya, parkir tepi jalan umum (TJU) dikonsep nontunai.
Warga yang hendak membayar retribusi tinggal scan barcode.
Penindakan jukir nakal juga wajib dilakukan, misalnya melalui pihak kepolisian bisa menangkap jukir nakal.
Menurut Dapot Sinaga, sanksi tegas harus diberlakukan kepada jukir yang melanggar aturan.
’’Situasi sudah serba sulit seperti ini, jangan lagi menyusahkan warga baik saat parkir yang terus dirugikan,’’ tegasnya. (*)
Tags : dishub pekanbaru, juru parkir liar, uang parkir, berbekal peluit, jukir liar minta uang parkir, jukir liarbuat usaha hancur, News Kota,