Artikel   2024/11/21 9:15 WIB

Bolehkah Golput di Pilkada Serentak 2024 dalam Islam? Ini Kata SM Muhammad Abdul Malik

Bolehkah Golput di Pilkada Serentak 2024 dalam Islam? Ini Kata SM Muhammad Abdul Malik
SM Muhammad Abdul Malik, Pengurus Dewan Mursyidin Tarekat Nasabandiyah Al Kholidiyah Jalaliyah (TNAJ) .

APAKAH boleh memilih golput (golongan putih) alias tidak memilih saat Pilkada Serentak 2024?

Dalam perspektif Islam Pengurus Dewan Mursyidin Tarekat Nasabandiyah Al Kholidiyah Jalaliyah (TNAJ) SM Muhammad Abdul Malik memberi pandangan dan menjelaskan.

Masyarakat Riau di seluruh pelosok Tanah Air secara serentak akan memilih calon pemimpin untuk lima tahun ke depan di Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada 27 November 2024. 

Ada kertas suara yang akan dicoblos pada Pilkada 2024, yakni surat suara Gubernur dan Bupati/Walikota.

Mungkin di antara pemilih masih bingung sampai sekarang dan punya rencana golput (golongan putih) alias tidak memilih satu pun dalam kertas suara.

Pertanyaannya, apakah boleh golput pada Pilkada 2024? 

SM Muhammad Abdul Malik mengatakan, selama memiliki hak suara maka harus dimanfaatkan dengan memilihnya.

Kebolehan golput apabila sudah mentok dan telah melewati proses ijtihad.

“Ijtihad itu bertanya kepada gurunya atau informasi positif dari media-media yang baik. Bisa di diskusi dengan orang-orang baik, bukan teman yang suka mencaci mengolok dan menghinakan dalam komunikasinya.

Kalau sudah sampai ada yang menonjol ya tinggal pilih itu,” kata SM Muhammad Abdul Malik dikontak pnselnya, Kamis (21/11).

“Kalau misal mentok atau bingung sampai menjelang pilkada, berarti belum boleh memilih oleh Allah (golput boleh),” imbuhnya.

Dalam kesempatan ceramahnya SM Muhammad Abdul Malik mengatakan, jika memilih lebih banyak maslahatnya maka gunakanlah hak suara ketika Pilkada atau pemilihan lainya.

"Jadikan hal tersebut wasilah untuk membangun nilai keislaman yang lebih luas."

“Seseorang boleh tidak sepakat kemudian tidak memilih, itu hak seseorang. Tetapi persoalannya ketika seseorang tidak memilih maka orang liberal ikut memilih, orang sekuler ikut memilih. Ketika mereka memilih dan suaranya lebih banyak, mereka yang memegang kekuasaan,” kata SM Muhammad Abdul Malik pula.

Ia melanjutkan, ketika orang tidak baik terpilih menjadi pemimpin karena orang-orang baiknya memilih golput, maka mau tidak mau sebagai muslim mengikuti kebijakan yang telah dibuatnya.

Itulah mudharat jika golput.

“Maka dari itu, kewajiban kita saat ini menghadirkan suara-suara kebaikan. Pilih pilihan yang mendekatkan pada Islam, yang dekat dengan maslahat keumatan. Begitu dia dipilih, dibuat kebijakannya dekat dengan umat. Setelah itu sistem berjalan menyesuaikan dengan maslahat kehidupan kita,” tuturnya.

Jadi SM Muhammad Abdul Malik menyarankan, ikuti dan pilih orang terbaik di situ supaya nanti memberikan maslahat kepada umat. "Kan aneh, jika seseorang tidak memilih tapi wajib taat ke yang dipilih,” pesan SM Muhammad Abdul Malik. (*)

Tags : Tarekat Nasabandiyah Al Kholidiyah Jalaliyah, SM Muhammad Abdul Malik Pengurus Dewan Mursyidin TNAJ, Golput, Pilkada Serentak 2024, Islam,