"Perusahaan minyak dan gas bertekad menunaikan amanah masyarakat dalam pengelolaanya di Bumi Lancang Kuning dengan profesional dan usaha terbaik yang bisa dilakukan (best efforts)"
emerlap kobaran api obor kilang Minyak Minas, Kabupaten Siak, Provinsi Riau berganti menerangi malam kala mentari telah kembali ke peraduan. Api kemerahan yang menari melawan terpaan angin itu seolah menjadi pertanda akan semangat pemerintah yang tak pernah padam meski dalam bayang-bayang pandemi.
Perusahaan migas di Siak ini terus mengejar target produksi. Satu juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang menjadi impian yang harus dikejar. Sebuah rencana besar untuk mengembalikan kejayaan industri Migas Bumi Pertiwi yang telah lama terpendam.
Semangat kebangkitan industri Migas Indonesia saat ini tengah bergeliat. Bumi Lancang Kuning, Riau, juga akan kembali memainkan peranan penting selama proses kebangkitan tersebut.
Dari Minas, sebuah kecamatan di "Negeri Kesultanan" Kabupaten Siak, banyak hal yang dapat dipetik.
Salah satunya, bahwa bangsa ini memiliki segudang pengalaman dalam mengelola sumber daya alam. Pengalaman yang begitu panjang, bahkan saat Indonesia masih 'Hindia Belanda'.
Lapangan minyak tertua di Bumi Melayu, Minas, pernah menyandang sebagai tambang minyak raksasa di Asia Tenggara.
Bagian dari Blok Rokan itu pertama kali ditemukan oleh geolog asal Amerika Walter Nygren pada 1939 lalu. Lapangan itu menghasilkan produk minyak terbaik yang pernah ada.
Seharusnya tidak ada lagi halangan kala 76 tahun sudah Indonesia merdeka. Merdeka untuk menentukan nasibnya sendiri, termasuk dari sektor Migas yang lama agak terabaikan.
Minas adalah salah satu bagian dari Wilayah Kerja (WK) Blok Rokan dengan potensi cadangan minyak yang diperkirakan mencapai 2 miliar barel. Angka yang menjanjikan untuk mendukung rencana pemerintah memenuhi kebutuhan energi nasional.
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Pertamina Hulu Rokan akan efektif mulai memegang kendali di blok tersebut kurang dari sebulan dari sekarang, 9 Agustus mendatang.
Proses transisi alih kelola dari Chevron Pacific Indonesia (CPI) telah usai. Kesuksesan alih kelola WK Rokan menjadi salah satu faktor penting yang menentukan capaian target lifting yang terus digaungkan pemerintah.
Seperti Blok Rokan,misalnya, yang terbentang hingga 6.300 kilometer persegi kini tercatat menyumbang 24 persen produksi minyak mentah nasional.
PT pertamina Hulu Rokan (PHR) yang mengelolanya sejak per 9 Agustus 2021 yang lalu merencanakan akan memaksimalkan dengan eksplorasi dan eksploitasi di samping sumur minyak yang masih berproduksi.
Blok Rokan sendiri berada di Provinsi Riau dan memiliki lima lapangan besar yakni Duri, Minas, Bangko, Balam South, dan Petapahan. Rata-rata produksinya 165.000 barel minyak per hari.
Gubernur Riau, Syamsuar, sumringah bukan main dengan rencana tersebut. Ia bahagia sekaligus bangga ketika Riau akan kembali berperan penting dalam pembangunan bangsa.
Pemprov Riau berharap Blok Rokan akan memberikan kontribusi lebih besar bagi daerah dan pemenuhan energi nasional.
Sebagai kepala daerah yang lahir dan besar di Bumi Lancang Kuning, Syamsuar pun tak lupa mengingatkan akan hak bagi masyarakat setempat. Ia berharap partisipasi (Participating Interest/ PI) 10 persen Blok Rokan kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam terealisasi segera setelah proses transisi.
Saat ini, dua BUMD Riau yakni PT Riau Petroleum (RP) dan PT Bumi Siak Pusako (BSP) disiapkan untuk melanjutkan tongkat estafet pengelolaah bersama Migas di Bumi Melayu.
"Kami berharap setelah proses transisi selesai dan Blok Rokan dikelola Pertamina, hak pemerintah daerah untuk mengelola PI sebesar 10 persen juga bisa berjalan. Kami sudah menyiapkan BUMD untuk berpartisipasi dalam pengelolaan PI ini," kata Syamsuar.
Tidak kalah penting adalah status dari eks pekerja CPI beserta subkontraktornya. Hak-hak dari pekerja harus menjadi perhatian Pertamina.
Riau, kata Syamsuar, sejatinya memang bumi yang dikaruniai dengan kekayaan sumber daya alam. Selain Migas, Provinsi yang berada di tengah Pulau Andalas tersebut juga ditumbuhi pohon minyak (kelapa sawit).
Hamparan sawit seluas 3,4 juta hektare menjadikan Riau sebagai provinsi dengan perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Perkebunan tanaman palma itu juga menjadi penyelamat ekonomi kala pandemi masih enggan untuk pergi.
"Kita sebagai masyarakat melayu tentu bangga karena Riau akan kembali memainkan peranan penting untuk ekonomi bangsa, sebagai tulang punggung kebangkitan industri Migas Indonesia," ujarnya.
Penasihat Ahli Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Satya Widya Yudha menyatakan telah menyiapkan sejumlah strategi penting untuk memaksimalkan ladang minyak Blok Rokan.
Di antaranya adalah optimalisasi lapangan, optimalisasi metode waterflood, steamflood serta chemical EOR.
"Memperhatikan potensi yang ada, maka WK Rokan akan tetap menjadi tulang punggung produksi migas nasional dalam kurun waktu yang lama, melalui lapangan existing, optimalisasi lapangan, optimalisasi metode waterflood, steamflood, serta chemical EOR. Jadi wilayah kerja ini juga akan menjadi andalan untuk mendukung target produksi 1 juta barel di tahun 2030," katanya.
Ia mengakui bahwa langkah untuk mendongkrak lifting minyak nasional dari Blok Rokan merupakan langkah menantang, mengingat badai pandemi Covid-19 masih terus membayangi.
Namun kesulitan tersebut akan menjadi lebih ringan kala aturan yang diambil dapat mentransformasi sektor hulu serta mendatangkan investasi hingga USD250 miliar.
Dalam aturan baru disebutkan jika wilayah kerja eksisting dapat langsung melakukan eksplorasi maupun eksploitasi migas nonkonvensional tanpa kontrak baru.
Pemerintah juga akan melaksanakan studi migas nonkonvensional di seluruh wilayah kerja aktif untuk menentukan potensi, lalu melakukan pengeboran produksi.
Sumber minyak nonkonvensional terdiri atas heavy oil atau oil sands dan oil shale, serta sumber gas nonkonvensional yakni tight gas, shale gas, coal bed methane, dan gas hydrate.
Potensi migas nonkonvensional jauh lebih banyak dan beragam ketimbang konvensional. Namun, perkembangan teknologi dan biaya produksi menjadi tantangan untuk mendapatkan migas nonkonvensional yang berkualitas tinggi.
Tantangan teknologi dan biaya produksi dipengaruhi karakter migas nonkonvensional yang memiliki permeabilitas rendah dan viskositas yang tinggi.
Merujuk data Kementerian ESDM, potensi migas nonkonvensional di Indonesia bersumber dari coal bed methane atau gas yang tersimpan di dalam batubara sebesar 453,30 triliun kaki kubik gas (TCF).
Selain itu, terdapat juga potensi shale gas sebanyak 574 TCF. Shale gas merupakan gas yang terperangkap di batu serpih sebagai gas bebas yang mengisi pori-pori atau rekahan atau gas yang tersimpan di fragmen organik.
Sepanjang kuartal I 2021, realisasi lifting minyak bumi tercatat 676.200 barel per hari atau hanya 96 persen dari target APBN 2021 sebesar 705.000 BOPD.
Sementara itu, realisasi lifting gas bumi tercatat 5,53 miliar standar kaki kubik per hari atau 98,2 persen dari target APBN 5,63 BSCFD.
Agresif pecahkan rekor
SKK Migas bersama kontraktor kontrak kerja sama dengan didukung kementerian dan lembaga lainnya mulai tahun ini akan tancap gas mewujudkan produksi satu juta barel minyak per hari pada 2030 melalui pengeboran yang agresif.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan apabila target 2030 tercapai, maka sektor hulu migas akan mencatat rekor produksi migas terbesar sepanjang sejarah Indonesia.
Menurut dia, pencapaian produksi satu juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030 itu setara 3,2 juta barel setara minyak per hari (BOEPD).
Puncak produksi sebelumnya terjadi pada 1998 sebesar 2,9 juta BOEPD. Dwi mengatakan pencapaian produksi pada 2030 itu juga akan menjadi tahapan penting untuk memenuhi kebutuhan migas sesuai rencana umum energi nasional (RUEN) pada 2050.
Dalam RUEN, pada 2050 kebutuhan minyak diproyeksikan meningkat menjadi 3,97 juta BOPD dan gas 26 BSCFD.
Deputi Perencanaan SKK Migas Jaffee Suardin menyampaikan, pengeboran menjadi kunci penambahan produksi dan cadangan migas di Indonesia. Ke depan, jumlah sumur yang dibor akan terus ditingkatkan 20-30 persen per tahun.
"Harapannya, pada 2025 sampai 2030 jumlah sumur yang dibor sekitar 1.000-1.100 sumur per tahun," katanya.
Ia optimistis karena potensi peningkatan produksi masih banyak. Dari 128 cekungan, baru 20 cekungan diproduksi dan 68 cekungan belum dieksplorasi.
Para investor juga siap meningkatkan investasi di Indonesia jika mendapatkan insentif dan stimulus yang tepat.
Jaffee mengatakan realisasi pengeboran sumur pengembangan pada 2020 sebanyak 268 sumur. Pada 2021, SKK Migas mendorong pengeboran meningkat menjadi 616 sumur pengembangan.
"Untuk kegiatan workover ditargetkan sebanyak 615 sumur dan well service juga meningkat menjadi 26.431 sumur," kata Jaffee.
Lifting minyak pada 2021 ditargetkan 705.000 BOPD dan gas 5,6 BSCFD. Untuk mencapai itu, Indonesia membutuhkan investasi 250 miliar dolar AS (Rp3.528 triliun) atau 25 miliar dolar (Rp352 triliun) per tahun.
"Investasi ini mutlak dibutuhkan hulu migas untuk melakukan kegiatan eksplorasi, pengembangan, maupun produksi. Oleh karena itu, pada saat yang sama kami juga membutuhkan kepastian berusaha bagi investor," katanya.
Dwi juga mengatakan SKK Migas telah menyiapkan empat strategi untuk mengejar target produksi tersebut. Yakni, mempertahankan produksi-produksi yang sudah ada; percepatan sumber daya menjadi produksi; penerapan enhanced oil recovery (EOR); dan kegiatan eksplorasi yang masif.
"Keempat strategi tersebut saling terkait, sehingga semuanya harus memenuhi target yang ditetapkan," katanya.
Sementara itu, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan pemerintah telah membuat beberapa kebijakan antara lain penurunan harga gas untuk mendorong tumbuhnya industri, pelonggaran perpajakan dan fleksibilitas sistem fiskal untuk meningkatkan daya tarik investasi migas, serta meningkatkan keekonomian pengembangan lapangan.
Kementerian ESDM juga telah mengurangi ketidakpastian investasi dengan penyederhanaan perizinan, penyediaan dan keterbukaan data, dan integrasi hulu-hilir serta stimulus fiskal.
"Pemerintah tidak lagi mengedepankan besarnya bagi hasil untuk negara, tetapi lebih mendorong proyek migas dapat berjalan melalui pemberian insentif beberapa plan of development (POD) yang dinilai tidak ekonomis oleh kontraktor," ujar Arifin.
Provinsi Riau kaya dengan sumber daya alam berupa minyak mentah. Beberapa blok minyak yang terdapat di kawasan tersebut menjadi andalan produksi nasional, seperti Blok Siak, Blok Rokan, Blok Mountain Front Kuantan, Blok Selat Panjang, Blok Coastal Plains Pekanbaru (CPP) dan Blok Selat Malaka.
Salah satu Blok Coastal Plain Pekanbaru di area Danau Zamrud, Siak, Riau, yang dikelola Badan Operasi Bersama (BOB), perusahaan konsorsium PT Bumi Siak Pusako (BSP) dan Pertamina Hulu energi.
Wilayah kerja BOB terasa cukup menyenangkan karena suguhan hamparan tanaman kelapa sawit di sepanjang jalan dari Pekanbaru, Ibukota Provinsi Riau, menuju Kabupaten Siak.
Perjalanan dari Pekanbaru menuju Desa Dayun menghabiskan waktu kurang lebih dua jam.
Wilayah kantor BOB BSP Pertamina Hulu cukup luas dengan standar keamanan yang tinggi.
Kawasan Zamrud memiliki beberapa sumur. Jumlah sumur aktif berproduksi mencapai 176 sumur, sumur Enhanced Oil Recovery (EOR) dan Non EOR sebanyak 67 sumur, dan sumur tidak aktif tercatat 56 sumur. Total sumur di area konservasi tersebut sebanyak 299 sumur dari 698 sumur di tiga wilayah kerja BOB.
Dari data BOB BSP, sumur-sumur di Area Zamrud memproduksi minyak 6.000 barel per hari dari produksi kotor 170 ribu barel per hari dengan kadar air 96%. Produksi air dalam sumur itu mencapai 164 ribu barel air setiap hari.
Menurut Tim Manager Zamrud dan West Area BOB BSP-Pertamina Hulu, Wiratmo Yuwono, manajemen sedang mengincar sumur minyak di Danau Zamrud tak jauh dari lokasi penambangan yang telah ada.
"Hasil kajian sistemik, di danau itu ada sumber daya minyak mencapai 50 juta barel. Jika ini berhasil kami eksplorasi, bisa menambah jumlah produksi minyak yang saat ini sebanyak 15.500 barel per hari," terangnya.
Namun sayang, perseroan nampaknya masih harus berjuang keras karena terkendala izin eksplorasi pada kawasan konversi hutan lindung dan suaka.
"Padahal saat sumur dikelola Chevron 1975, Zamrud Area bukan kawasan konservasi tapi mulai beralih pada 1999. Nah pas kami kelola di 2002, lahan itu sudah masuk konservasi, jadi kita susah nggak bisa nambah lahan lagi," tandas Wiratmo.
Berdirinya bumi siak pusako
Awal mula pada tanggal 6 Agustus 2002, PT. BSP dan PT. Pertamina menandatangani perjanjian Production Sharing Contract (PSC) dengan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP MIGAS), sekarang SKK Migas, untuk mengelola wilayah kerja Blok CPP selama 20 tahun terhitung sejak tanggal 9 Agustus 2002, dengan participating interest (PI) masing-masing 50%.
Dalam mengelola Blok CPP, PT. BSP dan PT. Pertamina membentuk konsorsium Badan Operasi Bersama PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu (BOB PT. BSP Pertamina Hulu). Pola kerja sama yang diterapkan adalah kerja sama Konsorsium Manajemen dan Konsorsium Operasi yang dipayungi oleh Joint Management Agreement (JMA) dan Joint Operating Agreement (JOA) sebagai pedoman operasional BOB PT BSP Pertamina Hulu.
Blok CPP telah dieksplorasi dan dieksploitasi oleh PT. Caltex Pacific Indonesia (PT.CPI) sejak tahun 1975 s.d. 2001. Pada masa tersebut, PT. CPI telah melakukan eksplorasi di seluruh area Blok CPP dan menemukan lapangan-lapangan yang ada saat ini seperti Kasikan, Zamrud, Pedada, Beruk dll, serta usaha Water Flood pada lapangan Zamrud, Beruk, Pedada dan Pusaka. Penemuan lapangan (field) tersebut mampu meningkatkan produksi pada Blok CPP secara signifikan.
Semenjak dikelola oleh PT. BSP PT. Pertamina efektif pertengahan tahun 2002, PT BSP bersama PT. Pertamina mampu menjawab keraguan-raguan ketidaksiapan perusahaan daerah untuk mengelola Blok CPP.
PT Pertamina dan PT BSP juga melakukan upaya-upaya menambah cadangan dengan melakukan kegiatan pemboran sumur eksplorasi. Dari kegiatan ini, ditemukan 3 lapangan baru yaitu Bene Bekasap, SE Bekasap dan Cadas Minyak. Selain itu, dilakukan upaya menahan laju penurunan produksi dengan pemboran sumur pengembangan (infill) sebanyak 204 sumur dan melakukan kegiatan Work Over / Well Service sebanyak 350 kegiatan per tahun.
Dengan upaya-upaya tersebut, laju penurunan produksi bisa ditekan pada angka 7,5% / tahun. Penurunan alamiah produksi minyak bumi sebesar 7,5% tersebut termasuk kategori baik dalam pengelolaan blok migas.
Upaya lain yang dilakukan adalah merencanakan EOR untuk lapangan Zamrud, Pedada, Pusaka dan Beruk guna meningkatkan cadangan dan produksi minyak. Pada saat ini sedang dilakukan studi laboratorium pada lapangan Pedada.
Pada tahun 2015, SKK Migas mengapresiasi kesuksesan BOB PT BSP – Pertamina Hulu dalam mengelola operasi minyak di Blok CPP dengan menempatkan BOB PT BSP Pertamina Hulu sebagai 5 besar dengan kinerja terbaik bersama PT CPI, Total E&P Indonesia, Vico Indonesia dan Medco E&P Indonesia Esia Ltd.
Pengakuan dan apresiasi SKK Migas tersebut, juga diperoleh dari pihak lain terkait operasi BOB PT. BSP Pertamina Hulu, antara lain Penghargaan Keselamatan kerja dari kementerian ESDM Tahun 2015 dan 2016, Penghargaan Peringkat Kinerja Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Peringkat BIRU kepada BOB PT BSP Pertamina hulu Periode 2014 2015, Penghargaan
Kecelakaan Nihil periode 1 Januari 2011 s.d 31 Desember 2014 dari Kemeterian Ketenagakerjaan, Selain itu, Kementerian ESDM menilai bahwa saat ini BSP masih sebagai BUMD Migas yang terbaik di Indonesia dari semua BUMD daerah penghasil migas lainnya.
Sejak krisis harga minyak dunia sejak pertengahan 2014, PT BSP terus mendorong BOB PT BSP Pertamina hulu untuk menerapkan efisiensi yang diwujudkan dengan Continue Improvement Program (CIP) didukung dengan penerapan Good Corporate Governance (GCG).
Perusahaan gunakan rig pengeboran
Hingga sampai hari ini perusahaan BSP masih menggunakan Rig pengeboran suatu instalasi peralatan untuk melakukan pengeboran ke dalam reservoir bawah tanah untuk memperoleh air, minyak, atau gas bumi, atau deposit mineral bawah tanah.
"Rig pengeboran bisa berada di atas tanah (on shore) atau di atas laut/lepas pantai (off shore) tergantung kebutuhan pemakaianya," kata Ir H Abdi Haro MT, mantan Kepala Bidang (Kabid) Energi Ketenagalistrikan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Riau menjelaskan.
Istilah Rig kumpulan peralatan yang digunakan untuk melakukan pengeboran pada permukaan kerak Bumi mengambil contoh minyak, air, atau mineral.
Dalam suatu Instalasi pemboran, terutama untuk pemboran migas & geothermal, lazimnya menggunakan spesifikasi peralatan yang mampu bekerja pada rating tekanan yang cukup tinggi mulai dari 2000 psi sampai 15000 psi.
"Rig pengeboran minyak dan gas bumi dapat digunakan tidak hanya untuk mengidentifikasi sifat geologis dari reservoir tetapi juga untuk membuat lubang yang memungkinkan pengambilan kandungan minyak atau gas bumi dari reservoir," sebutnya.
Blok langgak diserahkan ke pemprov riau
Proses transisi pengelolaan sepenuhnya blok minyak dan gas bumi Coastal Plains and Pekanbaru atau CPP oleh BUMD Riau PT Bumi Siak Pusako (BSP), tinggal menghitung hari.
Setelah hampir 10 tahun dikelola bersama PT Pertamina (Persero) melalui skema Badan Operasi Bersama PT BSP—Pertamina Hulu, mulai 9 Agustus nanti akan dikelola sepenuhnya oleh BSP.
Blok CPP telah dieksplorasi dan dieksploitasi oleh Caltex (sekarang Chevron) sejak 1975 sampai 2001.
Pada masa tersebut, Caltex telah melakukan eksplorasi di seluruh area Blok CPP dan menemukan lapangan-lapangan yang ada saat ini seperti Kasikan, Zamrud, Pedada, Beruk, dll, serta usaha Water Flood pada lapangan Zamrud, Beruk, Pedada dan Pusaka. Penemuan lapangan tersebut mampu meningkatkan produksi pada Blok CPP secara signifikan.
Kemudian, pada 6 Agustus 2002, Bumi Siak Pusako bersama Pertamina Hulu Energi menandatangani PSC dengan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas atau BP Migas (sekarang SKK Migas) untuk mengelola Blok CPP di Bumi Lancang Kuning itu hingga 8 Agustus 2022.
Namun kemudian, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akhirnya menetapkan Bumi Siak Pusako sebagai pengelola penuh wilayah kerja CPP, dengan skema gross split untuk jangka waktu 20 tahun yang akan berlaku efektif mulai 9 Agustus 2022 hingga 8 Agustus 2042.
Keputusan itu juga sesuai dengan rekomendasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) kepada Menteri ESDM agar Blok CPP dikelola penuh oleh Bumi Siak Pusako.
"Masa transisi biasanya menjadi masa yang menegangkan apalagi kalau masih banyak pekerjaan yang belum tuntas. Perlu adanya upaya dan usaha bersama agar proses transisi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan," kata Larshen Yunus, S.Sos.Sc, SE, M.Si, C.I.A, C.Me, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjed) DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Bidang Minyak dan Gas Bumi.
Dia mendorong BOB PT BSP—Pertamina Hulu untuk mempercepat pengeboran menjelang alih operator sesuai dengan target tahun ini 15 sumur pengembangan dan 1 sumur eksplorasi.
Menurutnya, dari 15 sumur pengembangan, sejauh ini baru satu sumur yang sudah dibor, yakni Sumur KSK-T02. “Dalam hal percepatan pengeboran menjelang alih operator, aspek pertanahan dan perizinan menjadi bagian yang penting,” ujar Larshen.
Bahkan, waktu perwakilan SKK Migas Sumbagut telah memfasilitasi BOB PT BSP—Pertamina Hulu dalam proses pengadaan lahan dan rekomendasi penggunaan kawasan hutan untuk penyiapan tapak sumur yang akan digunakan sebagai lokasi pengeboran, sambungnya.
Senior Operation Manager BOB PT BSP—Pertamina Hulu Suhartono menyebutkan pada media bahwa BOB tetap berkomitmen untuk melaksanakan seluruh program kerja yang telah disetujui oleh SKK Migas.
BOB PT BSP—Pertamina Hulu berkeyakinan dapat memenuhi komitmen dikarenakan lokasi-lokasi sumur berikutnya secara paralel telah disiapkan. Jadi setelah Sumur Kasikan T-02 yang merupakan sumur pertama akan langsung ke sumur berikutnya.
“Kami juga mengapresiasi SKK Migas khususnya perwakilan Sumbagut yang terus memberikan dukungan, semangat dan fasilitasi penyelesaian permasalahan-permasalahan di daerah,” ujar Suhartono.
Berdasarkan Work, Program & Budget (WP&B) 2022, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) BOB PT BSP—Pertamina Hulu akan melakukan pengeboran 15 sumur pengembangan dan 1 sumur eksplorasi.
Kelancaran pemboran sangat diharapkan dalam rangka meningkatkan produksi minyak di wilayah kerja ini yang pada APBN 2022 ditargetkan sebesar 9.500 barel per hari (bopd), lebih tinggi dibandingkan dengan capaian 2021 yang sebesar 8.521 bopd.
Dalam setahun terakhir, BOB PT BSP—Pertamina Hulu juga melakukan pengeboran secara massif. Hal itu terlihat dari capaian tahun lalu, BOB PT BSP—Pertamina Hulu berhasil melakukan pengeboran 13 sumur sebagai upaya menahan laju penurunan produksi secara alami.
Sejak pengelolaan WK CPP dari Chevron ke Pertamina dan BUMD Daerah melalui Badan Operasi bersama, tercatat sudah lebih dari 250 sumur di bor untuk meningkatkan produksi di WK CPP dan mempertahankan laju penurunan produksi yang tajam.
Bupati Siak Alfedri menyebutkan bahwa dengan pengelolaan sepenuhnya oleh BUMD BSP maka kemanfaatan Blok CPP bagi pemerintah daerah dan masyarakat akan menjadi lebih besar.
“Kami tentunya mendukung proses alih operator ini. Kami juga berharap nantinya pada Agustus 2022 dapat pula dikemas menjadi acara syukuran yang melibatkan masyarakat, untuk mengantarkan perpanjangan alih operator BOPB BSP-PH kepada BSP menjadi lebih bermakna dan memberikan arti bagi pemerintah daerah dan masyarakat di Siak,” kata Alfedri.
Namun seperti disebutkan Larshen Yunus meragukan berbagai pihak terkait dengan ketidaksiapan perusahaan daerah untuk mengelola Blok CPP oleh PT Bumi Siak Pusako.
Dengan melakukan pemboran sumur eksplorasi, ditemukan tiga lapangan baru yaitu Bene Bekasap, SE Bekasap, dan Cadas Minyak. Selain itu, dilakukan upaya menahan laju penurunan produksi dengan pemboran sumur pengembangan (infill) sebanyak 204 sumur dan melakukan kegiatan work over/well service sebanyak 350 kegiatan per tahun.
"Seharusnya dengan berbagai upaya-upaya yang dilakukan, laju penurunan alamiah produksi minyak bumi sebenarnya bisa ditekan pada angka 7,5% per tahun, termasuk kategori baik dalam pengelolaan blok migas," ujarnya.
Menurutnya, upaya lain yang bisa dilakukan BSP adalah dengan merencanakan chemical enhanced oil recovery atau EOR untuk lapangan Zamrud, Pedada, Pusaka, dan Beruk guna meningkatkan cadangan dan produksi minyak.
Blok CPP memiliki luas area mencapai 9.866 kilometer persegi dengan produksi kumulatif mencapai 728 juta barel (milion stock tank barrels of oil/MMSTB), cadangan migas 56 MMSTB, dan faktor recovery sebesar 37 persen.
Tetapi Direktur Utama Bumi Siak Pusako, Iskandar sebelumnya menjelaskan ada sejumlah skema yang akan dilakukan untuk meningkatkan produksi Blok CPP setelah ditinggalkan Pertamina.
Untuk tahun ini, tercatat ada 15 sumur pengembangan dan eksplorasi serta satu sumur eksploitasi yang bakal dilakukan.
“Dengan high case, jika eksplorasi berhasil bisa hampir 50.000 barel, sedangkan low case lebih dari 20.000 barel,” kata Iskandar dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Senin 14 Februari 2022 lalu.
Secara khusus, sejak 2020 Bumi Siak Pusako telah melakukan exclusive operation bersama Pertamina Hulu Energi dengan menggelontorkan investasi secara khusus untuk pengeboran sumur eksplorasi dan eksploitasi, sebagai bagian dari transisi yang diinisiasi agar penurunan produksi secara alami tidak terjadi.
PT Bumi Siak Pusako Sejak didirikan pada 17 Oktober 2001 punya slogan atau motto: “Memancang Tapak, Mengangkat Marwah”, kiprahnya selama kurang lebih 20 tahun di industri oil & gas di tanah air bertekad menunaikan amanah masyarakat dalam mengelola Blok Coastal Plain Pekanbaru (CPP) yang ada di Provinsi Riau dengan profesional dan usaha terbaik yang bisa dilakukan (best efforts).
Susunan pemegang saham BSP per 31 Desember 2020, berdasarkan surat Gubernur Riau No. 500/Ekbang/22.12a tanggal 30 April 2008: Pemprov Riau 18,07 persen; Kabupaten Siak 72,29 persen; Kabupaten Kampar 6,02 persen; Kabupaten Pelalawan 2,41 persen; dan Pemkot Pekanbaru 1,21 persen.
Tanggal 6 Agustus 2002, BSP dan Pertamina menandatangani perjanjian Production Sharing Contract (PSC) dengan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), sekarang SKK Migas, untuk mengelola wilayah kerja Blok CPP selama 20 tahun, terhitung tanggal 9 Agustus 2002 hingga 8 Agustus 2022, dengan Participating Interest (PI) masing-masing 50 persen.
Dalam mengelola Blok CPP, BSP dan Pertamina membentuk konsorsium Badan Operasi Bersama PT Bumi Siak Pusako–Pertamina Hulu (BOB BSP–Pertamina Hulu). Pola kerjasama yang diterapkan kerja sama Konsorsium Manajemen dan Konsorsium Operasi yang dipayungi oleh Joint Management Agreement (JMA) dan Joint Operating Agreement (JOA) sebagai pedoman operasional BOB BSP-Pertamina Hulu.
Mewakili perusahaan mengikuti tahapan ini Iskandar dalam penjelasannya sebagai Finalis TOP BUMD Awards 2021, BSP telah mengikuti tahapan Presentasi dan Tanya-Jawab dengan dewan juri yang diselenggarakan secara online pada Selasa, 08 Juni 2021.
Dalam presentasinya terkait kinerja BUMD yang dipimpinnya, Iskandar menjelaskan,” Kami berhasil menahan laju penurunan produksi minyak dari blok yang kami kelola. Tahun 1998 hingga 2002, saat dikelola PT CPI, menurun 17 persen. Namun, mulai tahun 2002 hingga 2017, saat dikelola BOB Pertamina Hulu–BSP, menurun hanya 7 persen. Ini dicapai berkat pemanfaatan teknologi di bidang perminyakan yang kami gunakan, khususnya EOR.”
“Untuk tahun 2020, rata-rata produksi Blok CPP (Observed), dari lapangan Pedada, Zamrud, West Area, sebanyak 9,598 BOPD,” ujarnya kepada dewan juri.
Iskandar mengungkapkan, prestasi berikutnya, yang menurutnya paling membanggakan, “PT. Bumi Siak Pusako, selaku Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Wilayah Kerja (WK) Coastal Plains and Pekanbaru (CPP) mendapatkan Perpanjangan Kontrak Wilayah Kerja CPP untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun ke depan (9 Agustus 2022 – 8 Agustus 2042). Artinya, PT BSP akan mengelola WK CPP 100 persen alias sendiri.”
“WK CPP akan digarap menggunakan Skema PSC Gross Split dengan: Participating Interest 100 persen BSP; Signature Bonus sebesar US$ 10,000,000,-; dan Komitmen Pasti selama 5 tahun pertama sebesar USD 130,415,000.-. Kami sudah setor dana untuk Signature Bonus dan Komitmen Pasti.”
“Penandatangani perpanjangan kontrak WK CPP untuk masa kontrak 2022-2042 oleh Pemerintah melalui Menteri ESDM RI pada telah dilaksanakan pada tanggal 29 November 2018 sehingga PT BSP mendapatkan kepastian keberlangsungan bisnisnya hingga 20 tahun ke depan,” imbuhnya.
Kepada dewan juri, Iskandar juga menyampaikan salah satu pencapaian positif yang telah diraih BSP dari aspek Teknologi-Informasi (TI).
Untuk aspek TI, “Kami memiliki Kebijakan Teknologi Informasi yang berlaku sejak 1 Agustus 2019. Ini mengatur penggunaan e-mail, internet, password, perlindungan dari malware, standar perangkat keras pc desktop/laptop, standar perangkat lunak pc desktop/laptop, penyimpanan data, dan penggunaan wifi perusahaan,” papar Iskandar.
“Untuk media informasi, ada website resmi www.bsp.co.id, dan Instagram PT Bumi Siak Pusako.”
Menurut Iskandar, semua capaian positif itu, selain karena dukungan pemda dan masyarakat, juga berkat kekuatan Sumber Daya Manusia (Human Capital) yang dimiliki BSP. “Untuk SDM Kantor Pusat, di tahun 2020 berjumlah 32 karyawan, ini meningkat dari 2019 dengan jumlah 27 karyawan.”
“Kami juga memiliki SDM Secondee di BOB. Berjumlah 226 karyawan atau sebesar 82 persen dari jumlah total karyawan BOB sebesar 278 orang. Dari 226 secondee BSP di BOB itu, yang bekerja pada bagian core sebanyak 46 persen, sub-core 23 persen, dan sisanya 31 persen bekerja pada bagian supporting,”
“SDM BSP memiliki banyak keahlian dan pengalaman, utamanya terkait bidang oil & gas, antara lain: Water Flooding dan Optimisasi injeksi di Lapangan Pedada, Pusaka, Beruk, Zamrud dan Sabak; Steam Huff and Puff di Lapangan Kasikan; Alkaline dan Greenzyme Injection di Lapangan Pedada; EOR, G&G Modelling untuk Lapangan-lapangan di Blok CPP; Extended Stimulasi Surfactant pilot dengan metoda “HUFF & PUFF” untuk lapangan Pedada dan Zamrud; EOR chemical untuk Lapangan-lapangan Zamrud, Pedada, Beruk dan Pusaka.
“Kemudian, Core Flooding dan Pekerjaan Laboratorium untuk Chemical Flooding; Hydraulic Fracturing, Acidizing dilapangan Pedada, Zamrud, Beruk, dll; Horizontal Well Drilling, Deviated Well, Side Track Short Radius Horizontal Well; Eksplorasi dengan Play Concept baru antara lain; Stratigraphy Trap, Fracture Basement, Weather Basement, dll; Production Facility Design.”
“Kami juga memiliki SDM yang tersertifikasi sesuai bidangnya masing-masing, seperti: Ahli Pengendali Perawatan sumur (APS); Sertifikasi Ahli Pengendali Bor & Juru Bor (APB dan JB); Sertifikasi OPLP –operator kepala; Sertifikasi Kualifikasi Verifikator TKDN Migas; Akuntansi Migas; PTK 007; Export dan import migas; IT management system; Risk management; Engineering powerplant; Certified Human Resources Profesionals.”
Iskandar melanjutkan, BSP juga memberlakukan Reward and Punishment kepada karyawan, “Kami ada pemberian penghargaan masa kerja 5, 10, 15 Tahun kepada Karyawan dan Secondee BSP; memberikan penghargaan khusus kepada Tim Perpanjangan WK CPP; dan memberangkatkan karyawan menunaikan ibadah Haji dan Umroh karyawan.
Dari tahun 2002 hingga 2020 kontribusi BSP ke daerah tercatat total laba bersih Rp3,52 T dan total pembagian deviden Rp3,16 T. “Untuk tahun 2020 lalu, kami meraih laba bersih Rp28,44 M dan membagikan deviden sebesar Rp21,72M,” ungkap Iskandar.
Kemudian, total penyaluran Dana CSR dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2020 telah mencapai Rp 78,14 Milyar. CSR itu berupa: Bantuan Gedung Rice Miling Desa; Renovasi 3 Puskesmas Pembantu (Pustu) di Kab. Siak; Bantuan Venue Sepatu Roda PON XVIII 2012; Bantuan Alat Pertanian di Kab. Pelalawan; Program bantuan listrik “BSP Bersinar”, dan Bantuan perlengkapan sekolah bagi masyarakat kurang mampu.
Di bagian akhir presentasinya, Iskandar memaparkan serangkaian penghargaan yang berhasil diraih BSP dari Pemprov Riau, SKK Migas, Pertamina, Kementerian ESDM, KLHK, Tenaga Kerja.
“Selain itu, kami juga jadi Role Model BUMD Energi di Indonesia yang dibuktikan dengan kunjungan kerja spesifik Komisi VII DPR RI tahun 2018 ke PT Bumi Siak Pusako.”
“Menjadi Acuan bagi Pemda penghasil Migas untuk melahirkan BUMD yang mandiri dalam mengelola industri Migas dengan adanya studi banding Pemda Prabumulih; Pemkab Penajam Paser Utara; Pemkab Solok; Pemkab Aceh Tamiang; Pemkab Bangkalan; Pemda Kaltim; Pemkab Bekasi; Pemkab Karawang; dan Pemda Jatim.”
“Kami juga berperan aktif di Asosiasi Daerah Penghasil Migas (ADPM),” tutup Iskandar.
Proyek migas mulai 'ngos ngosan'
Tetapi kembali seperti disebutkan Larshen Yunus, bahwa proyek migas CPP Blok ini terkesan sudah mulai ngos-ngosan.
Untuk mempertahankan evisting 8k BUMD itu saja sudah terlihat ngos-ngosan, bagaimana pula mau menaikkan produksi jadi 20k-50k, tanya dia.
"Dalam metafora geologist Blok CPP sudah bukan harimau lagi, tetapi hanya kucing kecil saja," kata Larshen mengibaratkan.
Dia menjelaskan penyebab ngos-ngosannya perusahaan migas akhir-akhir ini dikarenakan salah satunya belum berjalannya proyek migas disebabkan oleh faktor komersial dan finansial.
"Dari belasan proyek migas yang mangkrak, masih ada yang berjalan walau dengan progres yang amat lambat."
Menurutnya, perusahaan daerah harus memiliki rencana pengembangan blok migas. Tanpa itu penyerapan dari hasil produksi di sekitar area proyek migas nihil.
Selain itu, kenaikan harga minyak juga berpengaruh pada investasi perusahaan migas, utamanya seperti menjalankan kegiatan pengeboran sumur. Namun produksi dari suatu lapangan atau blok migas membutuhkan proses yang cukup panjang.
"Untuk sumur-sumur bisa didorong lebih banyak tentunya karena keekonomian naik dan berdampak langsung untuk produksi namun untuk rencana pengembangan tidak langsung berdampak. Rencana pengembangan itu kan onstream-nya tidak saat ini," kata Larshen menilai.
Tetapi melorotnya capaian produksi siap jual atau lifting migas, sebutnya lagi disebabkan oleh tertundanya sejumlah proyek. Tidak lepas juga yang dialami BSP, migas masih mengalami sejumlah tekanan dari sejumlah faktor, seperti pandemi Covid-19 dan keterlambatan penyelesaian proyek.
“Ada beberapa proyek yang terpaksa mundur, Tangguh dan JTB yang membuat terganggunya capaian tersebut, dan kemudian dampak dari pandemi pada 2020, serta hal yang lain,” ujarnya.
Pada tahun (2021) lalu terjadi kegagalan operasional atau unplanned shutdown yang cukup besar di BSP, sehingga mempengaruhi capaian produksi.
Faktor lain yang turut mempengaruhi capaian lifting tahun lalu adalah karena kegiatan operasional yang tidak mencapai target, seperti kegiatan pengeboran sumur pengembangan.
Jadi BSP harus memiliki strategi untuk meningkatkan produksi migas jangka panjang, seperti, mempertahankan tingkat produksi existing yang tinggi, transformasi resources to production, enchanced oil recovery (EOR), dan eksplorasi, saranya. (*)
Tags : Minyakdan Gas, Perusahaan PengelolaMigas, Mesin Bor MengerukMigas, Masa Depan Migas Riau, Sorotan,