CAMILAN rebus 'kepiting tumpah' nan pedas dari berbagai bumbu rempah berkuah santan dengan tambahan udang, siput, kerang dan kepah serta di atasnya dilengkapi dengan ikan goreng gurami sangat disukai oleh masyarakat Kota Pekanbaru.
Makanan ini berhasil menyatukan mereka dari berbagai etnis, agama, dan kelas. Saat kereta berhenti sejenak di pinggiran Jalan Arifin Achmad, Pekanbaru, seorang juru parkir yang duduk di seberang saya melompat dari kursinya memberitahu kenderaan hilir mudik di jalan itu untuk segera menuju lokasi restoran kecil yang ber cat terang warna putih yang terbuka.
Kemudian juru parkir (jukir) memasukkan ibu jari dan telunjuknya ke mulut dan bersiul keras.
Sesaat kemudian, terlihat para penggemar makanan laut itu sudah memenuhi restoran terbuka yang spanduknya bertuliskan Anda sudah sampai menuju lokasi 'Kepiting Tumpah'.
Dengan cepat, para pelayan menyodorkan menu makanan yang beragam, penjual itu menyerahkan berbagai menu masakan laut yang ekstrim.
Dengan cepat pelayan mengeluarkan gorengan harum, rebus-rebusan dengan terlebih dahulu memasang lembaran pelastik putih ditempatkan pada alas meja makan.
Dengan cepat meja terhidang menu makanan rebusan kepiting tumpah (yang beragam masakan laut) menyatu ditumpahkan diatas meja yang tersaji penuh hangat.
Hanya dalam hitungan menit, konsumen tak terlalu lama menunggu dari pesanan yang disampaikan pada pelayan, maka menu makanan tersaji, kembali melaju dan semua orang duduk di kursi mereka sambil menikmati hidangan yang bernama kepiting tumpah, ada juga gorengan yang berbahan baku kacang lentil dengan udang di atasnya - salah satu cemilan jalanan paling lezat yang pernah di temui di kota ini.
Kepiting tumpah, bukan merupakan masakan khas Melayu, tetapi menu makanan ini memang dapat menyatukan mereka dari berbagai etnis, agama, dan kelas. Terbukti yang datang dan singgah di restorand terbuka ini merupakan makanan yang dicintai semua kalangan.
Popularitas ini mungkin karena bahan-bahannya sangat akrab dan sederhana di mulut masyarakat, seperti kacang lentil, udang, bawang dan daun kari.
Dengan taburan racikan sambal yang pedas dan segar - terbuat dari irisan bawang bombay, tomat, cabai hijau, dan air jeruk nipis - ditambah saus untuk rasa ekstra, setiap gorengan atau rebusan memiliki keseimbangan sempurna antara tekstur renyah, aroma menggiurkan, dan rasa pedas.
Camilan pedas
Ditambah lagi, harganya tidak begitu menguras kantong, menyempurnakan makanan ini menjadi suguhan yang murah dan lezat untuk semua kalangan. Selain itu ada menu Gorengan isso vade paling terkenal di kawasan ibu kota.
Setiap malam, ketika angin sepoi-sepoi yang telah melakukan perjalanan bermil-mil melintasi Sumatera akhirnya bertemu di daratan Riau dan mendinginkan suhu kota, ratusan orang berkumpul di sini untuk menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman.
Mereka berjalan mondar-mandir di kawasan pejalan kaki, melihat setiap penjual masakan laut di sekitar Jalan Arifin Achmad untuk memutuskan mana yang mau dimakan - biasanya yang ramai dikerumuni orang adalah yang lezat.
Risma, salah satu penikmat Kepiting Tumpah di restoran makanan jalanan itu, mengenang pengalamannya makan khas laut malam itu.
"Saya pergi restourand terbuka dengan teman-teman, dan kami selalu makan kepiting tumpah."
"Tidak peduli seberapa banyak yang dimakan, rasanya tidak pernah bosan. Saya pikir itu karena tidak ada yang membuat kepiting tumpah seperti itu di rumah."
"Itu adalah makanan jalanan dan hanya bisa didapat membelinya di luar. Meskipun kepiting tumpah sekarang dijual di setiap sudut kota, mungkin juga di tepi pantai, tepi laut, pasar, atau ruang publik lain tempat orang berkumpul, jajanan pinggir jalan yang sangat disukai ini memiliki cerita tentang sejarah dan budaya kuliner untuk di kota ini," kata Risma.
Tetapi menurut Chef Publis, kepiting tumpah awalnya diperkenalkan satu tahun terakhir oleh masyarakat di Pekanbaru.
Perkenalan ini, katanya, kemungkinan terjadi menambah penggemarnya. "Para pekerja disini menetap dan mendirikan pemukiman kecil yang nantinya akan diidentifikasi sebagai komunitas."
Kepiting tumpah, jelasnya, secara tradisional terbuat dari berbagai bahan makanan laut, yang sebagian tak ada ditemui di kota ini.
Oleh karena itu, makanan ini kemungkinan besar melintasi lautan untuk sampai ke Kota Pekanbaru.
Masakan kepiting tumpah hampir selalu menggabungkan daun-daunan ke dalam hidangan gurih, menciptakan aroma yang khas dan mengugah selera.
"Penambahan udang air tawar juga masuk akal. Meskipun kurang umum dibandingkan udang air laut, jenis ini memiliki kulit yang lebih tebal sehingga tetap baik saat digoreng."
Topping udang juga membuat vade lebih menarik secara visual daripada gorengan biasa ditambah penggunaan cabai, kata Chef Publis, yang minta tidak disebutkan namanya itu.
"Orang Melayu disini tidak selalu mengadaptasi setiap makanan asing yang pernah diperkenalkan daerah ini. Kami ingin memasukan identitas kami pada makanan baru," ungkapnya.
Bahan menu camilan kepiting tumpah
"Kami juga memiliki budaya duduk di luar untuk mengobrol sore hari dengan teman dan tetangga, dan menu kepiting tumpah memberi kami sesuatu untuk dikunyah saat kami kumpul."
Namun, Kota Pekanbaru juga tengah dihantam krisis ekonomi dan ketidakstabilan pendapatan sering adanya Virus Corona dua tahun terakhir.
Dengan melonjaknya harga kebutuhan pokok dan penjual tidak mungkin meningkatkan harga untuk makanan jalanan, tetapi banyak penjual masakan laut yang kini mendapatkan keuntungan yang menurun bahkan merugi. (*)
Tags : Camilan Pedas, Kepiting Tumpah, Masakan Laut Menyatukan Keluarga, Daerah, Hingga Kelas Sosial, Kuliner,