INTERNASIONAL - Di seluruh wilayah Persemakmuran - negara-negara tempat Charles menjadi raja - perdebatan tentang apakah rakyat setempat ingin tetap menjadi bagian dari Kerajaan Inggris atau berubah menjadi republik terus berlangsung, meskipun dengan intensitas yang berbeda-beda.
Dalam rangkuman yang diturunkan BBC menuliskan mata penonton terpaku pada lapangan dalam pertandingan kriket antara tim perempuan dari Pulau Saint Kitts melawan Nevis. Pengaruh Inggris Raya masih kuat di sini, sampai ke pilihan olahraga nasional.
Saint Kitts dan Nevis adalah negara kepulauan yang terletak di antara Samudera Atlantik dan Laut Karibia. Di sinilah kolonis Inggris pertama kali menetap di Karibia. Tetapi bahkan setelah hampir 40 tahun kemerdekaan, masih ada perdebatan tentang identitas negara ini, dan apakah ia perlu berubah menjadi republik.
Di bangku penonton, suara obrolan sesekali diinterupsi dengan sorak sorai dan saran yang diteriakkan kepada pemain. Saat jeda permainan saya bertanya kepada orang-orang tentang opini mereka.
Tidak banyak yang bersedia mengungkapkan pendapat, tapi mereka yang bersedia belum bisa memutuskan.
Sharlene Martin berkata ia butuh lebih banyak informasi namun mempertanyakan apa untungnya bila Raja Charles III menjadi kepala negara: "China dan Taiwan lebih banyak membantu kami daripada Inggris, jadi saya tidak tahu."
Menjelang matahari terbenam, saya pergi ke bar terdekat untuk bicara dengan warga lokal.
Manajer bar Julian Morton berkata topik ini adalah perkara kebanggaan nasional: "Menjadi republik menunjukkan bahwa kami telah siap. Jadi itu memberitahu dunia bahwa kami dapat menangani urusan kami sendiri."
Kawan Julian, Christopher Roberts, sepakat. Dia memberi tahu saya bahwa Saint Kitts dan Nevis masih berusaha bangkit dari dampak negatif virus corona. Jadi, menurut dia menjadi republik bukan prioritas yang mendesak: "Kami baru mendiskusikannya, cuma ngobrol-ngobrol di jalan soal itu."
Dibandingkan negara-negara Karibia lainnya seperti Barbados, Christopher memandang Saint Kitts dan Nevis sebagai "negara merdeka yang masih muda", dan karena itu berpikir perubahan mungkin butuh waktu.
Barbados, yang pernah dijuluki "Inggris kecil" menjadi republik pada 2021, memperbarui momentum untuk diikuti negara-negara anggota Persemakmuran lainnya.
Tapi supaya transisi bisa terjadi di sini, Konstitusi Saint Kitts dan Nevis mensyaratkan rakyat memilihnya dalam referendum. Bahkan, dari delapan wilayah yang tersisa di sekitar Karibia, hanya Belize yang tidak butuh referendum. Alih-alih, keputusan itu akan dibuat oleh majelis nasionalnya.
Rintangan untuk mengadakan referendum berbeda-beda di setiap negara. Di Saint Lucia, Bahama, Jamaika, dan Saint Kitts dan Nevis, referendum hanya perlu suara mayoritas. Tetapi transisi bisa jadi lebih sulit di Antigua dan Barbuda, Grenada dan Saint Vincent dan Grenadine, karena dibutuhkan dua pertiga mayoritas.
Tapi kalau pun referendum diadakan, hasilnya belum tentu memilih republik. Pada 2009, Saint Vincent dan Grenadine mengadakan referendum. Empat-puluh lima persen pemilih memilih untuk mengganti Ratu Elizabeth II dengan presiden seremonial - kurang dari dua-pertiga yang diperlukan.
Jadi, meskipun tampaknya sederhana, ini adalah persoalan rumit yang ditangani setiap wilayah Karibia dengan caranya sendiri.
Melangkah di jalanan Kota Sydney, akan kesulitan untuk menemukan tanda-tanda bahwa Raja Australia yang baru akan dinobatkan.
Pada akhir pekan, satu orang yang saya ajak bicara mengaku mereka tidak tahu kapan Penobatan Raja Charles III dilangsungkan. Seorang mahasiswa bahkan berkata dia tidak tahu apa itu Penobatan.
"Saya tak peduli, itu tidak relevan," adalah jawaban jujur Frank, 73 tahun - gambaran yang cukup akurat tentang suasana hati umum di sini.
Setiap monumen di negara itu dipasangi lampu warna ungu dan akan dinyalakan pada Sabtu malam, tetapi acara untuk memperingati Penobatan tampaknya tidak akan begitu meriah.
Dan peliputan televisi acara tersebut akan terbatas — jauh dari perlakuan yang diterima pernikahan kerajaan dan pemakaman Ratu.
Raja Charles tidak sepopuler Ratu Elizabeth II dan penobatannya terjadi pada saat gerakan republik Australia sedang kuat-kuatnya dalam puluhan tahun.
Hampir 25 tahun sejak negara itu memilih untuk memutus hubungan dengan monarki dalam referendum, ada momentum yang terus membesar untuk melakukannya lagi.
Perdana Menteri Anthony Albanese telah mengatakan bahwa republik "tidak terhindarkan" dan tahun lalu ia menunjuk menteri junior untuk republik - pertama kalinya dalam sejarah Australia.
Di Selandia Baru ceritanya sama - Perdana Menteri Chris Hipkins pekan ini mengatakan ia adalah pendukung republik dan percaya negara itu "idealnya" akan meninggalkan monarki suatu hari nanti.
Peran monarki di Australia murni seremonial dan orang-orang memberi tahu saya negara ini sudah lama membangun identitasnya sendiri di luar bayang-bayang Inggris Raya.
Lainnya menyebut dampak jangka panjang kolonisasi terhadap masyarakat asli Aborigin dan Selat Torres sebagai alasan untuk memutus hubungan dengan Kerajaan.
"Kami sekarang mungkin lebih anti kolonial dari dahulu," kata Estelle Peterson yang berusia 17 tahun.
"Punya raja Inggris di sini sepertinya begitu aneh," imbuh kawannya Monika Januleviciute.
Namun Republik Australia setidaknya masih butuh bertahun-tahun lagi untuk menjadi kenyataan.
Pemerintah pertama-tama akan mengadakan referendum untuk mengakui masyarakat adat dalam konstitusi.
Dan opini warga Australia masih terbelah terkait cara menunjuk kepala negara - apakah sebaiknya dia dipilih oleh rakyat, atau ditunjuk oleh parlemen?
Tapi yang paling penting, jajak pendapat baru-baru ini mengindikasikan dukungan pada republik masih di bawah standar yang dibutuhkan untuk meloloskan referendum di sini. Mayoritas warga Australia perlu memilih ya, dan juga perlu ada dukungan mayoritas di setidaknya empat dari enam negara bagian Australia.
Kalau ada satu frasa yang bisa meringkas perasaan banyak orang Kanada tentang Raja Charles, itu adalah "acuh tak acuh".
Dan berbicara secara luas, meskipun warga Kanada menyukai Ratu Elizabeth II, mereka tidak menyimpan rasa suka yang sama untuk Raja Charles.
Survei opini menunjukkan bahwa warga Kanada semakin tertarik untuk menjauhkan negara itu dari monarki.
Jajak pendapat terbaru oleh Angus Reid yang diterbitkan pada akhir April, mengindikasikan bahwa mayoritas rakyat Kanada - lebih dari setengah - tidak mau negara itu berlanjut sebagai monarki konstitusional selama beberapa generasi mendatang.
Dan dua dari lima responden mengatakan mereka tidak peduli dengan Penobatan yang akan datang.
Kekurangan antusiasme itu tercermin dalam perayaan sederhana yang direncanakan Kanada. Akan ada acara satu jam yang disiarkan di televisi, digelar di ibu kota Ottawa, dan monumen-monumen federal diterangi lampu hijau zamrud untuk menandai peristiwa tersebut.
Kenaikan tahta Raja tahun lalu hanya memicu perdebatan tentang ikatan negara tersebut dengan monarki.
Apalagi di Quebec, tempat institusi monarki dipandang lebih negatif daripada di wilayah-wilayah lain - sentimen yang berkaitan dengan sejarah provinsi tersebut sebagai wilayah berbahasa Prancis yang pernah dikuasai pemerintahan kolonial Inggris.
Desember lalu, Quebec mengesahkan undang-undang yang membuat janji setia kepada monarki opsional bagi anggota legislatif.
Tetapi semua itu tidak berarti Kanada akan bergabung dengan jajaran Barbados, Jamaika, atau Australia yang pernah - atau sedang - melakukan perdebatan secara formal tentang masa depan monarki.
Mengubah sistem saat ini akan membutuhkan persetujuan dari House of Commons dan Senat di parlemen, serta persetujuan bulat dari 10 provinsi - yang dipandang oleh sebagian besar ahli politik sebagai rintangan yang mustahil.
Mahkota penobatan yang hanya akan dipakai sekali
Pada 6 Mei tengah hari, Mahkota St Edward yang bersejarah akan ditempatkan pada kepala Raja Charles III sebagai bagian dari ritual penahbisan yang sudah berlangsung berabad-abad. Namun dia hanya akan memakai mahkota itu kurang dari satu jam dan tidak akan pernah memakainya lagi.
Meskipun Charles menjadi Raja begitu ibunya wafat, penahbisan adalah ritual kuno yang menyimbolkan permulaan takhtanya.
Dalam kesempatan itu, khalayak akan bisa melihat Mahkota St Edward yang jarang ditampilkan dan hanya bisa dikenakan saat penahbisan.
Mahkota berumur 360 tahun itu terbuat dari emas murni 22 karat, setinggi lebih dari 30cm, dan seberat 2,23 kg. Bobot itu kira-kira setara dengan dua nanas, sebuah melon, atau dua botol air dua liter.
Mahkota St Edward terakhir dipakai mendiang Ratu Elizabeth II pada upacara penahbisannya tahun 1953. Sejak itu, mahkota tersebut jarang meninggalkan Tower of London selama 70 tahun.
Ketika kembali menjumpai mahkota tersebut untuk pembuatan film dokumenter bertahun-tahun selanjutnya, Ratu bertanya, "Apakah masih berat?" Dia lalu mengangkatnya dan memastikan bahwa mahkota tersebut masih berat seperti yang dia ingat.
Mahkota St Edward dihiasi 444 perhiasan dan batu mulia - termasuk safir, rubi, ametis, dan topaz, meski sebagian besar berwarna biru terang dan hijau kebiruan. Perhiasan ini diikat dengan enamel dan emas.
Batu-batu mulia pada mahkota dulunya bisa dicopot dan disewa, khususnya untuk upacara penahbisan.
Baru pada abad ke-20, batu-batu mulia pada mahkota dipasang secara permanen.
Mahkota St Edward dibuat untuk Charles II pada 1661. Mahkota itu dinamai demikian karena versi awal mahkota dimiliki raja dan santo Anglo-Saxon, Edward sang Pengaku. Dia digambarkan mengenakan mahkota pada Tenunan Bayeux buatan abad ke-11.
Mahkota Edward, yang dianggap relik suci setelah dia wafat, disebut-sebut pernah dipakai pada upacara penahbisan Henry III tahun 1220 serta penahbisan raja dan ratu sesudahnya.
Namun, mahkota itu dilebur bersama perhiasan kerajaan lainnya oleh para anggota parlemen era Oliver Cromwell pada tahun 1600-an setelah eksekusi Raja Charles I.
Setelah kematian Oliver Cromwell, Raja Charles II memberi titah pembuatan mahkota kerajaan yang baru, termasuk Mahkota St Edward.
Mahkota Edward versi awal diperkirakan hanya memiliki sedikit perhiasan. Namun mahkota versi Charles II punya sejumlah berlian dan batu mulia yang disewa, khususnya dari bankir dan pengrajin emas bernama Robert Vyner, seharga £500, menurut sejarawan bidang perhiasan kerajaan, Anna Keay.
Sabuk pada mahkota dihiasi empat salib, simbol fleur-de-lis, dan dua busur yang bertemu pada bagian tengah.
Busur pada mahkota dihiasi butiran emas guna menggantikan mutiara imitasi yang muncul di versi sebelumnya.
Bagian atas mahkota terdapat salib yang penuh perhiasan dan bola dunia yang menyimbolkan dunia yang dikuasai takhta raja.
Meskipun dibuat pada 1661, Mahkota St Edward hanya pernah dipakai enam raja dan ratu. Raja Charles III akan menjadi raja ketujuh yang mengenakan mahkota tersebut.
Itu sebabnya mengapa Mahkota St Edward bertahan begitu lama ketimbang mahkota kerajaan yang diganti secara berkala karena rutin dipakai raja dan ratu untuk acara-acara seperti seremoni pembukaan parlemen.
Dua pendahulu langsung Charles II juga memakai Mahkota St Edward - James II pada 1685 dan William III pada 1689. Namun, karena selera kerajaan dan fesyen berubah, mahkota itu tidak dipakai dalam upacara penahbisan selama lebih dari 200 tahun - walau ditampilkan dalam berbagai seremoni sebagai bagian dari pameran kerajaan.
Raja Edward VII berencana untuk memakainya pada tahun 1902 dan mahkota itu telah diperbarui secara khusus - tetapi dia jatuh sakit sebelum penobatan dan sebagai gantinya, dia dimahkotai dengan mahkota kenegaraan yang lebih ringan.
Mengantikan Edward VII dari kursi kepemimpinan, George V juga memilih untuk memakai mahkota ini - memiliki batu-batu permata yang dipasang secara permanen di mahkota, termasuk lusinan akuamarin (beril bening yang hijau kebiruan).
Ahli batu permata Kim Rix mengatakan, mereka tidak akan berada di mahkota yang asli, tetapi populer di kalangan bangsawan dan perhiasan kerajaan, seperti Faberge (telur permata) pada pergantian abad.
George VI kemudian mengikuti hal yang sama dan akhirnya, Ratu Elizabeth II adalah yang terakhir memakainya saat dia dinobatkan.
Seperti yang Anda lihat, bagian depan dan belakang hampir identik.
Hiasan di sekelilingnya terbuat dari bulu cerpelai, hewan berwarna putih yang memiliki ujung hitam di ekornya dan telah lama menjadi simbol status di kalangan bangsawan.
Cara termudah untuk membedakan bagian depan dan belakang mahkota adalah batu-batu permata terpasang yang memiliki warna berbeda - tetapi ini telah menyebabkan kebingungan di masa lalu.
Menjelang penobatan ayah dari Ratu Elizabeth, George VI, seutas benang katun merah disebut telah diikatkan pada mahkota agar lebih mudah untuk membedakan bagian depan dan belakang, namun tanpa sengaja benang itu dilepas sebelum upacara.
Raja kemudian menulis: "Saya telah melakukan setiap tindakan pencegahan untuk memastikan Mahkota dipasang dengan benar, tetapi Dekan Gereja dan Uskup Agung telah menggoyangnya berkali-kali sehingga saya tidak pernah tahu apakah dipasang benar atau tidak."
Walaupun jarang terlihat di depan umum, mahkota ini mungkin terlihat familier.
Anda mungkin mengenali versi bergaya dengan siluetnya yang khas, yang muncul di lambang paspor Inggris atau dari logo Royal Mail yang terlihat di kotak surat dan mobil van. Dan jangan lupa di media sosial - sekarang ada emoji kartun mahkota yang secara otomatis akan muncul di unggahan Twitter ketika seseorang menggunakan tagar yang berhubungan dengan koronasi.
Ketika Ratu Elizabeth II memperjuangkan Mahkota St Edward sebagai simbol kerajaan, logo dan kode baru pada mahkota Raja Charles lebih mirip Mahkota Tudor, menurut College of Arms. Mereka mengatakan, bentuk lengkungannya berbeda.
Tetapi pentingnya Mahkota St Edward untuk penobatan bertahan.
Tracy Borman, sejarawan dan penulis menyebutkan, mahkota St Edward menjadi istimewa karena melambangkan ketangguhan dan kelangsungan monarki
“Terinspirasi oleh mahkota raja abad ke-11, Edward sang Pengaku [Confessor], mahkota tersebut mengirimkan pesan yang jelas bahwa monarki adalah institusi kuno - dan itu akan tetap ada,” kata Tracy Borman, penulis Crown & Sceptre: sejarah baru monarki Inggris dari William Sang Penakluk hingga Charles III.
Jadi, penobatan pada 6 Mei akan menjadi kesempatan yang langka untuk melihat mahkota yang asli di publik.
Setelah itu, Mahkota St Edward akan sekali lagi kembali ke Menara (Tower) untuk menunggu raja selanjutnya. (*)
Tags : charles III, raja charles, charles jadi raja inggris, inggris bawahi 15 negara, penahbisan raja charles pakai ritual kunoinggris raya,