LINGKUNGAN - Para pemimpin dunia telah berikrar untuk mengakhiri deforestasi dan menanam kembali hutan pada 2030.
Namun di hutan hujan Amazon Brasil, deforestasi telah mencapai tingkat tertinggi dalam lebih dari 15 tahun - dan di negara lain di dunia, penebangan hutan terus berlanjut.
Brasil: Penebangan liar berlanjut
Sekitar 60% hutan hujan Amazon berada di Brasil, dan memainkan peran vital dalam menyerap CO2 yang hendak lepas ke atmosfer.
Setelah terus-menerus turun sejak 2004, deforestasi di Amazon Brasil meningkat kembali, menurut Institut Riset Antariksa Nasional negara itu (INPE).
Laporan terbarunya menemukan bahwa deforestasi meningkat sebesar 22% pada tahun lalu, dengan 13.235 km persegi (5.110 mil persegi) hutan hilang.
Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, banyak dikritik karena kebijakan "anti-lingkungan", seperti mendorong pertanian dan pertambangan di Amazon.
Ia memangkas pendanaan bagi lembaga pemerintah yang bertanggung jawab untuk menuntut petani dan penebang yang melanggar hukum lingkungan. Denda untuk pembalakan liar turun 20% pada tahun 2020.
Angka pastinya tidak tersedia, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa sebanyak 94% deforestasi dan perusakan habitat di Brasil mungkin ilegal.
Brasil bukan satu-satunya negara yang bertanggung jawab atas deforestasi Amazon - negara-negara tetangga, termasuk Bolivia, juga berkontribusi.
Tahun lalu, Bolivia kehilangan hampir 300.000 hektare hutan tropis - terbanyak keempat di dunia.
Cekungan Kongo: Pertanian dan pertambangan
Cekungan hutan Kongo adalah hutan hujan terbesar kedua di dunia. Lebih dari setengahnya terletak di Republik Demokratik Kongo.
Kelompok kampanye lingkungan Greenpeace mengatakan pembalakan liar - oleh perusahaan besar dan kecil - mengakibatkan deforestasi. Meskipun AS dan Uni Eropa telah melarang impor kayu ilegal, mereka masih diselundupkan ke luar negeri.
Ancaman lain termasuk pertanian skala kecil, pembukaan hutan untuk arang dan bahan bakar, ekspansi permukiman dan pertambangan.
Dalam lima tahun terakhir, hampir setengah juta hektare hutan primer hilang setiap tahun, menurut Global Forest Watch.
Presiden Kongo Felix Tshisekedi bulan lalu memerintahkan audit terhadap beberapa kontrak yang dialokasikan untuk pemanfaatan hutan publik - termasuk satu kontrak untuk lebih dari 1,4 juta hektare - di tengah tuduhan korupsi. Langkah ini disambut baik oleh para pegiat lingkungan.
Namun awal tahun ini pemerintah juga mengumumkan rencana untuk mencabut larangan tahun 2002 tentang operasi penebangan baru - meskipun belum dilaksanakan.
Greenpeace berkata langkah tersebut akan bertentangan dengan komitmen yang dibuat awal tahun ini untuk melindungi hutan dan meningkatkan tutupan hutan sebesar 8%.
Indonesia: Perkebunan kelapa sawit
Indonesia menjadi salah satu dari lima negara di dunia yang paling banyak kehilangan hutan selama dua dekade terakhir.
Menurut data dari Global Forest Watch, Indonesia kehilangan 9,75 juta hektare hutan primer antara 2002 dan 2020.
Presiden Joko Widodo pada 2014 berjanji untuk menindak deforestasi dengan menangkal kontributor utama - membuka lahan untuk perkebunan kelapa sawit.
Hingga 80% pembakaran dilakukan untuk tujuan tersebut, menurut data resmi.
Pada 2016, luas hutan yang hilang mencapai rekor 929.000 hektare, tapi tingkat deforestasi menurun stabil sejak saat itu.
Pada tahun 2020, kehilangan tahunan turun menjadi 270.000 hektare.
Pada 2019, Presiden Jokowi mengeluarkan moratorium pembukaan hutan baru untuk perkebunan kelapa sawit selama tiga tahun, yang mencakup sekitar 66 juta hektare hutan primer dan lahan gambut. Moratorium berakhir tahun ini, dan belum ada kepastian mengenai kelanjutannya.
Apa rencana untuk menghentikan deforestasi?
Hutan menyerap banyak karbon dioksida (CO2) - kontributor utama pemanasan global - sehingga menebang pohon dapat berdampak besar pada perubahan iklim.
BBC News menuliskan bahwa PBB mengatakan 420 juta hektare (satu miliar hektare) hutan telah hilang sejak 1990. Pertanian adalah alasan utama untuk ini.
Lebih dari 100 pemimpin dunia telah berjanji untuk mengakhiri deforestasi dan menanam kembali hutan pada tahun 2030, pada KTT COP26 di Glasgow, Skotlandia.
Sebelumnya, berbagai upaya untuk melindungi hutan telah dilakukan.
Pada 2014 PBB mengumumkan kesepakatan untuk mengurangi separuh deforestasi pada tahun 2020 dan mengakhirinya pada tahun 2030.
Kemudian, pada tahun 2017, PBB menetapkan target lain untuk menambah luas lahan hutan sebesar 3% di seluruh dunia pada tahun 2030.
Tetapi deforestasi berlanjut pada "tingkat yang mengkhawatirkan", menurut sebuah laporan pada 2019, dengan konsekuensi serius bagi usaha melawan perubahan iklim.
Ada beberapa upaya reboisasi, melalui pertumbuhan alami atau penanaman, namun pohon perlu bertahun-tahun untuk tumbuh sebelum mereka dapat sepenuhnya menyerap CO2.
Selama satu dekade terakhir 4,7 juta hektare hutan masih hilang setiap tahun - dengan Brasil, Republik Demokratik Kongo dan Indonesia di antara negara-negara yang paling parah terkena dampaknya. (*)
Tags : Deforestasi, Perusakan Hutan, Membabat Hutan, Lingkungan,