Usai Bank Riau Kepri yang sudah menjadi sorotan publik Dewan minta Gubri evaluasi jajaran Direksi.
PEKANBARU - Bank Riau Kepri (BRK) menjadi sorotan publik usai heboh kasus pembobolan dana nasabah baru-baru ini. Kritik terhadap jajaran direksi yang lengah menjalankan pengawasan dilontarkan sejumlah kalangan termasuk legislatif.
"Dewan minta Gubernur Riau dapat melakukan evaluasi jajaran Direksi usai Bank Riau Kepro (BRK) jadi sorotan publik."
"Kita minta Gubernur Riau mengevaluasi jajaran direksi. Apalagi kan saham Pemprov Riau baru-baru ini ditambah melalui penyertaan modal," kata Wakil Ketua DPRD Riau Syafaruddin Poti, Jumat (8/7) kemarin.
Pencurian uang nasabah oleh pegawai kali ini terjadi di BRK Cabang Pekanbaru. Total uang yang diambil pelaku dari rekening nasabah mencapai Rp5,027 miliar.
Kasus itu sangat disayangkan terjadi jelang bank pelat merah itu diluncurkan jadi BRK Syariah dalam waktu dekat ini.
Wakil Ketua DPRD Riau Syafaruddin Poti mendesak pemegang saham, terutama Pemprov Riau, melakukan evaluasi terhadap jajaran direksi dan komisaris sebelum BRK Syariah resmi diluncurkan.
Menurut Poti, kasus itu terjadi karena kelalaian direksi dalam menjalankan pengawasan operasional. Apalagi, kasus ini bukan sekali terjadi.
Oleh karena itu, politikus PDIP itu meminta Gubernur Riau Syamsuar ikut bertanggung jawab mewujudkan BRK menjadi bank yang dipercaya masyarakat dengan sistem yang profesional.
Dia mewanti-wanti kasus serupa jangan sampai terulang lagi. Sebab, bukan hanya merugikan nasabah dan pemegang saham, tapi juga mencoreng label syariah yang melekat pada bank tersebut.
"Gubri harus ambil tindakan tegas. Kalau perlu dicopot Dirut BRK," ujar dia.
Hal senada disampaikan Wakil Ketua Komisi III DPRD Riau Zulkifli Indra. Dia menyarankan Komisaris Utama Bank Riau Kepri (BRK), Syahrial Abdi memberhentikan direktur BRK sebagai sebagai ganjaran atas kelalaiannya.
"Bila perlu diberhentikan saja (direktur BRK). Kita harapkan Pak Komut Syahrial Abdi untuk mempertimbangkan ini. Jangan hal ini terulang lagi," kata Zulkifli Indra baru-baru ini.
Zulkifli Indra menyerahkan kasus ini diproses hukum, tapi dia meminta pimpinan BRK mengevaluasi lemahnya pengawasan operasional di bank tersebut selama ini.
"Saat kejadian itu terungkap, pimpinan BRK harusnya langsung memindahkan kepala bagian yang bertanggung jawab terhadap pegawainya yang menilap uang nasabah itu," ujarnya.
Dia lantas mengaitkan kejadian ini dengan sistem rekrutmen di BRK yang kental dengan nepotisme, sehingga banyak pegawai tak profesional dan tak berintegritas. Agar kasus ini tak terulang, pimpinan BRK harus selektif memilih para kepala bagian.
"Kadang-kadang yang menjadi pegawai itu keluarga dan kerabat pejabat. Akibat titipan pejabat atau rekomendasi itu jadi begitulah. Harusnya dites untuk penerimaan pegawainya. Direktur umumnya harus mencopot atau memindahkan direksi-direksi yang tidak memenuhi kriteria ke tempat lain atau bidang lain," kata dia.
Dia menekankan seleksi sesuai kompetensi terutama untuk posisi-posisi strategis. Untuk itu direktur utama harus ikut menyeleksi secara profesional agar benar-benar terpilih orang yang layak dan kompeten.
Sementara itu, Gubernur Riau Syamsuar telah mengumpulkan seluruh jajaran komisaris, direktur dan kepala cabang BRK di setiap kecamatan dan kabupaten di Riau.
"Saya kemarin langsung memanggil Direksi dan Komisaris BRK. Saya minta kumpulkan semua kepala cabang sampai kecamatan," kata Syamsuar, Jumat (1/7/2022) pekan lalu.
Syamsuar mengaku geram atas kasus tersebut, terlebih bank itu tengah dalam proses konversi dari konvensional ke syariah.
"Saya mau ingatkan ini, supaya mereka kerja yang benar saja. Saya sudah sampaikan ke direksi, dirut dan lain-lain," ujarnya.
Syamsuar juga meminta, jika ada pegawai yang bekerja merugikan nasabah dan bank, dipecat secepatnya. Ia tak ingin nama baik BRK dirusak olej pegawai.
"Saya minta ini prioritas. Kalau ada yang tidak betul, pecat saja. Saya tidak mau oknum ini merusak BRK, oknum nakal dan merusak nama baik," tegasnya.
Sebelumnya, Polda Riau kembali mengungkap kasus pencurian uang nasabah oleh pegawai BRK. Pelaku adalah RP (33), pegawai admin pembiayaan di BRK Cabang Pekanbaru.
Total uang yang diambil pelaku dari rekening nasabah mencapai Rp5,027 miliar. Pembobolan uang nasabah oleh pegawai BRK bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya terjadi di BRK Cabang Rokan Hulu pada 2021 lalu. (*)
Tags : Bank Riau Kepri, Dewan Minta Gubri Evaluasi Jajaran Direksi, BRK Jadi Sorotan Publik, News,