AGAMA - Jika mengunjungi Tanah Suci di Arab Saudi, maka akan mudah menemukan burung dara atau merpati berkeliaran.
Contohnya burung tersebut ada di pelataran Masjidil Haram di Mekah, di depan kawasan Masjid Nabawi di Madinah, di pelataran Masjid Kuba di Madinah, dan bahkan di jalanan.
burung dara tersebut menjadi hiburan tersendiri bagi umat Islam yang datang dari berbagai negara.
Terpantau di sana umat Muslim membeli biji-bijian lalu menaburnya di dekat area burung dara berkumpul. Sontak ratusan unggas itu berdatangan menuju biji-bijian tadi untuk dimakan.
Jika pemberi makan membuat kaget, maka burung-burung dara tersebut sontak berterbangan sehingga menimbulkan bunyi kepakasan sayap yang riuh.
Sesaat kemudian burung dara kembali ke bijian tadi, dan itu membuat pemberi makan terhibur.
Itulah pemadangan yang setiap hari terlihat di pelataran Masjidil Haram, Nabawi maupun Masjid Kuba.
Lalu bagaimana sejarah singkat ribuan burung Dara bisa berkeliaran di Mekah dan Madinah?
Pendamping umrah dari Wfood Al Bait East, Dedi Kadarusman Abu Uwais mengatakan terdapat satu cerita yang melegenda di Arab Saudi. Yakni burung-burung itu dikisahkan sebagai hasil keturunan dari sepasang merpati atau dara yang dibawa jamaah Indonesia ke Arab.
"Wallahuallam cerita yang beredar di Masyarakat itu katanya zaman dulu orang Indonesia yang bawa," kata Dedi seperti dirilis MNC Portal Minggu (7/1).
"Ceritanya wallahuallam orang Indonesia yang yang pergi haji, mereka membawa sepasang merpati. Karena kan zaman dulu itu masih bebas, perjalanan transportasi dari satu negara ke negara lain masih bebas. Nah ada jamaah dari Indonesia itu bawa merpati ke sini, katanya untuk jodoh untuk apalah wallahuallam," tambah Dedi.
Sementara menurut Ustadz Pepi Pahlevi pendamping umrah dari Alhusnah, burung merpati atau dara sudah GB ada sejak zaman nabi adam yg berpasang-pasangan sampai turun temurun hingga sekarang.
Adapun Allah memberikan Isyaroh kepada burung merpati agar bertelur di depan mulut Gua Jabal Tsur ketika Rasulullah menghindar dari kejaran kaum Kuffar Makkah. Jadi bukan dibawa oleh jamaah haji indonesia.
"Kalau dbawa oleh jamaah haji, pada saat rasul bersembunyi, Islam belum berkembang sampai ke indonesia, jangankan Syariat Haji, zakat dan puasa saja belum turun wahyunya pada saat itu," ujarnya.
Meski begitu cerita itu belum terkonfirmasi. Satu yang pasti, kata dia merpati atau burung dara dilarang ditangkap di Arab Saudi. Hal inilah yang membuat perkembangbiakannya cepat sehingga mudah ditemukan di berbagai pelataran maupun jalanan Makkah dan Madinah.
Larangan membunuh burung merpati
Perasaan aman dan nyaman dirasakan jamaah haji atau umroh saat berada di Makkah. Ketenangan disana diklaim mendatangkan burung-burung merpati yang berseliweran di kawasan Masjidil Haram.
Dilansir dari Arab News, jamaah haji biasa bersinggungan dengan merpati selama beribadah. Biasanya, jamaah haji memecah kerumunan burung ketika berjalan menuju Masjidil Haram. Kicau merpati berbulu abu-abu yang bersahut-sahutan seolah menyambut para jamaah haji.
Tak terlihat ketakutan dari para merpati yang terbang kesana kemari. Mereka bebas bergerak tanpa takut diganggu jamaah haji. Pemandangan kerumunan merpati disana diklaim menjadi salah satu yang terbaik di dunia.
Para merpati tak perlu takut kelaparan. Jamaah haji dan penduduk bakal selalu menyediakan makanan dan minuman bagi merpati. Mereka berharap mendapat ridha Allah dengan berbagi pada merpati.
Sebagian jamaah mengabadikan foto bersama merpati saat berada di Makkah. Foto-foto ini lalu berseliweran di jagad media sosial.
Tak jarang, foto merpati di Makkah diikutsertakan dalam lomba dan pameran dunia oleh juru foto profesional.
Penduduk Makkah biasa menyebutnya sebagai merpati Al-Hema. Mereka diklaim telah lama hidup beranak pinak di Makkah hingga menghadirkan kisah tersendiri.
Salah satu penduduk Makkah, Abdul Razzak Muhammad menceritakan bahwa merpati dan jamaah haji saling berbagi kasih sayang. Ia sering berbagi makanan dan minuman pada para merpati.
"Setelah sholat Subuh, saya biasa ke atap rumah untuk memberi merpati makan dan minum. Saya suka melihat mereka," kata Muhammad.
Muhammad merasa seolah menjalani meditasi dengan mendengarkan kicauan burung setiap harinya. Hatinya makin tenang ketika melakukannya.
"Sejak kecil kami tak pernah takut merpati. Kami terbiasa hidup bersama merpati karena orang tua kami mengajarkan memberi makan dan minum merpati di luar rumah, di jalan atau di lapangan," kenang Muhammad.
Pria berusia 80 tahun itu menyebut sebagian jamaah haji ada yang kaget ketika mengetahui banyaknya merpati di Makkah. Jamaah haji mulanya heran soal bagaimana para merpati hidup berdampingan dengan penduduk.
"Apalagi ada hukum yang melarang membunuh merpati, siapa saja yang membunuh merpati akan didenda," sebut Muhammad.
Terdapat berbagai kisah mengenai asal usul merpati di Makkah. Ada yang mengatakan mereka hewan yang mulanya berhasil diselamatkan nabi Nuh saat banjir besar melanda dunia. Sebagian lain mengatakan merpati disana keturunan dua merpati putih yang hidup di pintu masuk Gua Tsur yang menyelamatkan nabi Muhammad bersama
Abu Bakar ketika proses hijrah ke Madinah. Cerita lain menyebut merpati berasal dari Eropa. Entah kisah mana yang benar. Yang pasti kehadiran mereka seolah makin menghidupkan Makkah. Merpati yang identik dengan simbol kedamaian seperti ingin menggambarkan damainya Masjidil Haram. (*)
Tags : arab saudi, madinah, burung merpati, kota mekah, larangan masuk arab saudi,