Internasional   2021/01/22 10:44 WIB

Donald Trump: 'Kami akan Kembali Lagi'

Donald Trump: 'Kami akan Kembali Lagi'
Donald dan Melania Trump menuju helikopter Marine One di Halaman Selatan Gedung Putih

INTERNASIONAL - Donald Trump berjanji akan "kembali lagi dalam wujud apapun" setelah meninggalkan Gedung Putih untuk terakhir kalinya sebagai presiden. Dia mengatakan kepada para pendukungnya ketika dia bersiap untuk terbang ke Florida bahwa "merupakan kehormatan besar bagi saya untuk menjadi presiden Anda".

Dia adalah presiden pertama yang menolak menghadiri pelantikan penggantinya sejak 1869 tetapi mengatakan: "Saya berharap pemerintahan baru beruntung dan mengalami kesuksesan besar."

Joe Biden mengambil sumpah jabatan pada siang hari di Washington, di tengah keamanan yang ketat. Sekitar 25.000 tentara menjaga upacara pelantikan setelah kerusuhan mematikan oleh pendukung pro-Trump di Gedung Capitol awal bulan ini. Trump menyampaikan pidato terakhirnya sebagai presiden di Pangkalan Militer Andrews di Maryland, setelah terbang ke sana dari Gedung Putih bersama mantan ibu negara, Melania Trump.

Dalam pidatonya, yang biasanya tidak berdasarkan naskah, dia menyoroti pencapaiannya yang "luar biasa", menyebut sejumlah hal seperti penciptaan lapangan kerja, pembentukan "Pasukan Luar Angkasa", kebijakan untuk para veteran dan perpajakan, serta pengembangan cepat vaksin Covid. Dia mendesak orang-orang untuk "sangat, sangat berhati-hati" menghadapi pandemi yang "mengerikan" dan menghormati mereka yang telah terinfeksi penyakit itu.

Dia menambahkan: "Merupakan kehormatan besar dan keistimewaan bagi saya untuk menjadi presiden Anda ... Saya akan selalu berjuang untuk Anda. Saya akan memantau. Saya akan mendengarkan. "Saya berharap pemerintahan baru beruntung dan mengalami kesuksesan besar. Saya pikir mereka akan sukses besar. Mereka memiliki dasar untuk melakukan sesuatu yang sangat spektakuler. Namun, sama seperti video perpisahannya pada hari Selasa, dia tidak menyebut nama Biden. Trump menambahkan: "Selamat tinggal. Kami mencintaimu. Kami akan kembali lagi dalam wujud apa pun. Semoga kehidupanmu baik. Kami akan segera bertemu denganmu."

Dia juga memberi penghormatan kepada Wakil Presiden Mike Pence, yang tidak berada di Pangkalan Militer Andrews, karena memilih untuk menghadiri upacara pelantikan. Trump menjadi presiden pertama yang tidak menghadiri pelantikan penggantinya sejak Andrew Johnson menolak menghadiri pelantikan Ulysses S Grant pada tahun 1869. Dia terbang untuk memulai kehidupan pasca-presiden di klub golf Mar-a-Lago di Palm Beach. Di jam-jam terakhirnya, Trump memberikan grasi kepada lebih dari 140 orang, termasuk mantan penasihatnya Steve Bannon, yang menghadapi tuduhan penipuan. 'Kami telah melakukan sebagaimana yang harus kami lakukan'

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump telah menyampaikan pidato perpisahannya sebelum meninggalkan Gedung Putih, dengan mengatakan, "Kami telah melakukan sebagaimana yang harus kami lakukan saat menjabat - dan ada banyak lagi. Dalam sebuah video yang diunggah di YouTube, dia berkata bahwa dia menjalani "pertempuran yang sulit, pertarungan yang paling sulit ... karena itulah yang Anda ingin saya lakukan ketika memilih saya."

Trump masih belum sepenuhnya menerima hasil pemilu November lalu, yang menunjukkan ia kalah dari kandidat Demokrat Joe Biden. Dua minggu terakhir masa jabatan Trump didominasi oleh dampak dari kerusuhan mematikan di Capitol Hill, ketika massa pendukungnya menyerbu Kongres, berusaha untuk membatalkan hasil pemilu. "Kekerasan terkait politik adalah serangan terhadap segala sesuatu yang kita hargai sebagai orang Amerika. Itu tidak pernah bisa ditoleransi," kata Trump dalam videonya. Ia tidak menyebut nama Biden dalam video itu dirilis BBC.

Trump telah dimakzulkan karena "menghasut pemberontakan" terkait serangan di Capitol dan akan diadili di Senat setelah dia meninggalkan jabatannya. Jika terbukti bersalah, dia bisa dilarang mencalonkan diri untuk jabatan publik. Dia adalah presiden pertama dalam sejarah AS yang dimakzulkan dua kali. Pada persidangan pertamanya, dia dibebaskan dari tuduhan terkait masalah Ukraina oleh mayoritas Partai Republiknya.

Kekerasan bermotif politik telah membayangi kasus Covid-19 yang meningkat di negara itu, dengan lebih dari 400.000 orang Amerika meninggal dan 24 juta orang telah terinfeksi virus itu. Dalam pesannya, Trump mengatakan pemerintahannya membangun "ekonomi terbesar dalam sejarah dunia". Pasar saham AS telah pulih dari pandemi virus corona, dengan indeks Nasdaq naik 42% pada tahun 2020, dan S&P 500 naik 15%.

Namun, sektor perekonomomian lain menghadapi banyak tantangan. Sejumlah pengusaha memangkas pekerja-pekerja pada bulan Desember. Penjualan ritel turun dalam beberapa bulan terakhir, sementara klaim pengangguran meningkat. "Agenda kami bukan tentang [sayap] kanan atau kiri, ini bukan tentang Republik atau Demokrat, tetapi tentang kebaikan bangsa, dan itu berarti seluruh bangsa," kata Trump.

Dia meninggalkan kantor dengan peringkat approval sebesar 34%, rekor yang rendah untuk presiden yang akan meninggalkan jabatannya. Donald Trump, dalam pidato perpisahan 20 menit yang direkam sebelumnya, mengatakan bahwa pemerintahannya telah melakukan apa yang harus dilakukannya selama menjabat dan ada banyak lagi yang sudah dilakukan.

Seseorang dapat memperdebatkan seberapa penting pencapaiannya - apakah tembok perbatasan sepanjang 640 km yang dibangun kembali, pemotongan pajak, pembatalan sejumlah peraturan yang dibuat pendahulunya, hakim-hakim yang ditunjuknya, perang dagang, hingga perjanjian diplomatik Timur Tengah - bisa dianggap pencapaian substantif.

Tapi setidaknya dalam satu hal, bualannya memang benar. Trump mencalonkan diri sebagai presiden pada 2016 untuk mengguncang tatanan politik yang ada. Dia berkampanye sebagai orang luar yang berjanji untuk memberikan suara kepada mereka yang tidak mempercayai sistem yang ada dan merasa sistem itu tidak lagi berfungsi untuk mereka. "Saya menjalani pertempuran yang sulit, pertarungan yang paling sulit, pilihan yang paling sulit karena itulah yang Anda ingin saya lakukan ketika memilih saya," katanya.

Kerusuhan dan kebencian yang ditunggangi Trump ke Gedung Putih memuncak dan pecah di Capitol AS dua minggu lalu, meninggalkan reruntuhan - baik secara literal maupun metafora- yang akan membutuhkan waktu dan sejumlah upaya untuk diselesaikan. Setelah empat tahun menghancurkan norma dan tradisi, mengubah ekspektasi terhadap perilaku presiden, Trump meninggalkan pemerintahan AS yang berubah - secara fundamental dan, mungkin, tidak dapat diubah kembali. Itu, setidaknya, adalah janji yang dibuat dan janji yang ditepatinya. 

Bagaimana Biden mempersiapkan diri?

Biden dan istrinya Jill Biden meninggalkan negara bagian asal mereka di Delaware pada hari Selasa (19/01) untuk kembali ke Washington. Di Washington pula lah dia pernah menjabat sebagai senator selama 36 tahun sebelum menjadi wakil presiden untuk Barack Obama dari 2008 hingga 2016. "Ketika saya meninggal dunia, Delaware akan tertulis di hati saya," katanya dalam pidato perpisahan yang emosional.

Pada hari Rabu, dia berangkat ke Gedung Putih dan kemudian ke Capitol untuk pelantikannya pada pukul 12:00 waktu setempat. Kali ini pelantikan Presiden AS akan sangat berbeda: Washington berada di bawah pengamanan ketat setelah kerusuhan Capitol, dengan ribuan tentara cadangan dari Garda Nasional dikerahkan dan pagar besi dipasang di sekitar Gedung Putih. Hanya sejumlah orang yang diizinkan berada di National Mall untuk menyaksikan pelantikannya, berbeda dengan pelantikan presiden sebelumnya yang biasanya dihadiri ratusan ribu orang. Di antara mereka yang tidak datang adalah Trump. Dia terbang ke Florida pada Rabu pagi - presiden pertama yang melewatkan pelantikan penggantinya sejak Andrew Johnson pada 1869.

Bagaimana suasana menjelang pelantikan?

Pelantikan di Washington DC Rabu siang waktu setempat, digelar dengan pengamanan yang sangat ketat, menyusul insiden penyerbuan para pendukung Donald Trump di Gedung Capitol dua pekan lalu yang menewaskan lima orang. Tak kurang dari 25.000 personel dikerahkan untuk mengamankan prosesi pelantikan Biden. Selain di Washington DC, anggota Garda Nasional juga ditempatkan wilayah-wilayah di sekitarnya, seperti Virginia dan Maryland. 

Kehadiran aparat keamanan membuat suasana seperti perang, apalagi jalan-jalan menuju ke Washington DC ditutup, sebagaimana disaksikan oleh Didi Prambadi, chief operations officer di Indonesianlantern.com, portal komunitas Indonesia di Amerika Serikat. "Sejumlah pasukan tidur dan berdiam dalam gedung parlemen untuk beristirahat dan sebagian lainnya berjaga di luar gedung. Tidak lupa mereka mendirikan pagar tinggi, sekitar 3 meter, untuk menghalang demonstran yang diperkirakan akan hadir dan merusak suasana pelantikan," kata Didi. 

Ucu Agustin, pembuat film dokumenter Indonesia yang tinggal di Washington DC, menyaksikan pelantikan Trump pada 2017 lalu. Ia bercerita seperti apa perbedaannya dengan kondisi sekarang. "Terlihat sekali memang berbeda. Waktu pelantikan Trump, kita santai aja bisa masuk ke area tempat pelantikan, orang calo tiket dagang tiket inagurasi. Sekarang boro-boro itu terjadi. "Yang kita lihat sudah semakin ketat [penjagaan keamanannya]," kata Ucu. (*) 

Tags : Donald Trump, Pidato Trump, Donald Trump Berjanji Kembali Lagi,