"Fenomena masyarakat yang masih tinggi tingkat ketidakpercayaan pada penularan Covid-19 khususnya penyebaran Virus Sub Varian Kraken, padahal penularan virus satu ini dinilai cepat dan berada di posisi puncak"
alam rapat kerja (Raker) Komisi VIII DPR, terungkap bahwa tingginya jumlah masyarakat yang masih tidak percaya bisa tertular virus Covid-19 khususnya penyebaran Virus Sub Varian Kraken.
"DKI Jakarta menduduki peringkat pertama, disusul oleh beberapa provinsi lain yang masyarakatnya punya pemikiran serupa antara lain Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan."
"(Warga) masih menganggap Covid rekayasa, masih anggap Covid ini konspirasi. Kami akan upayakan tim gabungan bisa sasar daerah-daerah tersebut," jelas Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo yang mengikuti Raker itu, Jumat (4/9/2022) kemarin.
Mengapa masih banyak masyarakat tidak percaya dengan penyebaran penyebaran Virus Sub Varian Kraken ini?
Fenomena masyarakat yang tinggi tingkat ketidakpercayaan pada penularan penyebaran Virus Sub Varian Kraken diiringi dengan jumlah kasus di daerah tersebut yang terus berada di posisi puncak. Seperti DKI Jakarta dengan 43,400 kasus dan Jawa Timur 34,655 kasus hingga hari ini.
Pernyataan Doni sejalan dengan penjelasan dari Psikolog Klinis dan Hipnoterapis, Alexandra G. Adeline.
"Kita lihat beritanya sama-sama kuat yang pro bahwa benar corona berbahaya dan yang kontra menyatakan corona hanya konspirasi," kata Alexandra.
Dia menjelaskan kecenderungan manusia itu mencari informasi berdasarkan apa yang mereka percayai, apa yang membuat mereka merasa aman sehingga lebih tenang.
Ada sebagian orang yang mengetahui situasi pandemi ini kemudian mencari rasa aman dan tenang dengan mencari informasi apa yang bisa dilakukan untuk menjaga diri sendiri.
Kebalikannya, sebagian yang lainnya memilih tidak percaya sehingga lebih memilih percaya ke dugaan konspirasi.
"Kita lihat banyak orang yang enggak pakai masker padahal lagi pandemi, mereka cenderung bilang konspirasi dengan berbagai alasan salah satunya belum melihat kejadian pasien mati yang terjadi di depan mata mereka," kata Alexandra.
Ditambah lagi banyak pemberitaan yang menyatakan jumlah orang tanpa gejala (OTG) lebih banyak ketimbang orang yang terpapar virus atau bahkan yang meninggal.
Tidak sekadar itu saja, ketika awal pandemi sudah banyak teori konspirasi yang berkembang di masyarakat.
Salah satunya konspirasi yang dari awal sudah ramai diperbincangkan adalah terkait kebocoran laboratorium biologi di China, konspirasi vaksin, permainan bisnis hingga pengembangan senjata biologis.
Terlebih ketika masyarakat semakin lama semakin kritis ditambah situasi berbulan-bulan pandemi ini terjadi dengan kondisi diri mereka atau orang sekitar tidak terinfeksi semakin membuat mereka memperdebatkan apakah virus ini nyata adanya.
Alexandra juga menjelaskan situasi ini dengan telaah teori Maslow yang menjelaskan terdapat lima kebutuhan fundamental manusia yang bentuknya segitiga dengan tingkatan. Tingkatan ini terdiri dari kebutuhan fisik, rasa aman, cinta, harga diri, dan puncaknya adalah aktualisasi.
Dari yang paling bawah, kebutuhan yang setiap hari dibutuhkan misalnya kebutuhan fisik, mencakup makan, tidur dan pemenuhan kebutuhan hidup lainnya.
Menurutnya masih banyak masyarakat kurang mampu di luar sana dalam artian untuk makan saja masih sulit.
Dalam teori ini Ia menjelaskan jika manusia masih berada di tahap kebutuhan dibawahnya maka cenderung untuk tidak memikirkan kebutuhan yang ada diatasnya.
Khususnya ia menyoroti masyarakat yang terlihat tak acuh untuk membeli masker dan hand sanitizer, karena tidak menutup kemungkinan untuk makan saja mereka masih kesulitan sehingga mereka cenderung lebih percaya dengan realita di depan mereka ketimbang virus Covid-19 yang ada di berita saja.
Alex mencontohkan demo buruh pada tanggal 30 April 2022 kemarin yang pada akhirnya batal karena mendapat telah respon dari Presiden Jokowi. Artinya kalangan buruh memikirkan bagaimana survive untuk pemenuhan kebutuhan fisik yaitu makan dan pekerjaan mereka.
Hanya percaya apa yang dilihat
Fenomena ketidakpercayaan masyarakat terhadap penyebaran virus Covid-19 ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tidak sedikit negara di luar sana yang masyarakatnya lebih memercayai teori konspirasi yang beredar.
Tidak jauh berbeda disampaikan oleh pengamat sosial Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati menilai fenomena ketidakpercayaan masyarakat terhadap penyebaran virus Covid-19 karena beberapa hal yaitu tidak ada seorang pun yang memiliki pengetahuan karena ini merupakan suatu hal yang baru, terlebih hingga kini vaksin masih belum ditemukan. Kedua, tidak ada orang yang punya pengalaman sebelumnya.
"Ketiga, ada penglihatan, orang tidak melihat langsung, kalau demam berdarah setidaknya paling tidak orang terdekat pernah kena, tapi Covid-19 apa iya Anda pernah melihat sendiri?" ujar Devie pada media.
Devie menjelaskan bahwa manusia itu sangat visual, "seeing is believing" sehingga hanya memercayai apa yang dilihatnya
Berbagai hoaks dan juga konspirasi masih banyak beredar luas di internet dan tidak jarang orang yang memercayainya. Sehingga penyebaran hoaks ini menjadi salah satu pemicu dari ketidakpercayaan masyarakat.
"Jadi 4P pengetahuan, pengalaman, penglihatan, penyebaran hoaks, tidak hanya masyarakat Indonesia saja, ini bahkan terjadi di negara maju. Seperti Amerika yang menolak memakai masker secara gila gila-an. Artinya jangan salahkan masyarakat kita," sambungnya,
Lantas apa yang bisa dilakukan?
Devie menjawab ada beberapa hal yang bisa dilakukan, yaitu pertama sosialisasi tiada henti.
Dia percaya masyarakat perlu disosialisasi terus menerus. Kedua, demonstrasi simbolik ia mencontohkan seperti kejadian yang baru-baru ini viral terkait dengan pelanggar masker yang dimasukan ke dalam peti jenazah, menurutnya itu menjadi langkah yang baik untuk menyadarkan masyarakat bahwa virus Covid-19 itu nyata adanya.
Menggunakan tokoh publik juga bisa menjadi cara agar apa yang disampaikan pemerintah bisa sampai ke masyarakatnya. Peran tokoh publik memang dinilai penting sebagai pemberi contoh dan panutan. Dengan cara menggunakan tokoh publik di media sosial ataupun secara langsung seperti menggunakan peran RT dan tokoh masyarakat.
"Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang hierarkis, artinya akan mengikuti orang yang dianggap status sosial lebih tinggi," sebutnya.
"Di samping itu hal yang perlu dilakukan pertama adalah mengedukasi tokoh publik jangan sampai perilaku mereka tidak sesuai dengan protokol kesehatan karena berpotensi menjadi panutan bagi pengikut atau penggemarnya. Terakhir, isolasi jika memang nantinya jumlah kasus sudah tidak terbendung lagi," pungkas Devie.
'Sub varian kraken nyata'
Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengingatkan, masuknya subvarian Omicron Kraken alias XBB 1.5 ke Tanah Air bisa menyebabkan infeksi dan reinfeksi. Bahkan, kemungkinannya besar.
"Dalam konteks Indonesia saat ini, infeksi dan reinfeksi (omicron kraken) ini akan banyak yang tidak bergejala atau sebagian di antaranya adalah bergejala ringan," kata Dicky Budiman, Kamis (26/1/2023).
Ia mengingatkan ini akan sangat serius ketika menimpa kelompok berisiko tinggi seperti lanjut usia atau ibu hamil, orang yang punya penyakit penyerta (komorbid), yang belum divaksin Covid-19 dosis penguat (booster), hingga yang mengalami infeksi berulang lebih dari dua kali.
Sebab, infeksi dan reinfeksi ini akan meningkatkan risiko yang bersangkutan mengalami keparahan atau mengalami long Covid 19 dampak jangka panjang dalam bentuk keluhan-keluhan yang terus menetap bisa berbulan-bulan lebih dari 3 bulan, 4 bulan, bahkan bisa menimbulkan penyakit yang sebelumnya ringan atau bahkan tidak ada misalnya diabetes mellitus, hipertensi, dan keluhan neurologis lainnya.
"Ini yang harus diketahui dan dihindari," ujarnya.
Ia juga mengingatkan ada potensi kelompok risiko tinggi mengalami kematian walaupun kemungkinannya jauh lebih kecil dibandingkan sub varian sebelumnya karena sudah ada modal imunitas walaupun sudah berkurang.
tetapi Dicky Budiman kembali mengingatkan masalahnya adalah Covid-19 saat ini bukan lagi menyebabkan keparahan atau kematian melainkan potensi long covid yang jauh lebih besar.
"Sub varian ini sangat efektif menginfeksi dan tidak memerlukan seperti varian sebelumnya yang membutuhkan reseptor ACE 2."
"Tak perlu jumlah banyak, dalam jumlah sedikit sudah menempel. Kemudian, ketika sudah menempel susah untuk lepas dan menetap jauh lebih lama dalam organ tubuh manusia dibandingkan sub varian sebelumnya," ujarnya.
Varian ini akhirnya menyebabkan potensi kerusakan lebih besar. Tak hanya itu, ia mengingatkan Kraken juga bisa menghindari sergapan antibodi pertahanan tubuh. Kombinasi ini yang membuat semakin bisa berpotensi menyebabkan jangka menengah dan panjang manusia yang terinfeksi.
Bahkan, data menyebutkan terinfeksi Covid-19 sub varian ini berpotensi menyebabkan kerusakan banyak organ tubuh seperti otak, jantung, paru, ginjal, hati karena terbawa di pembuluh darah.
"Jadi, kedatangan XBB 1.5 ini yang paling harus dihindari dan diwaspadai adalah menyebabkan long Covid-19," katanya.
Ia meminta upaya yang dilakukan adslah segera suntik vaksin Covid-19 booster dan lakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) hingga protokol kesehatan. Upaya lainnya termasuk peningkatan kesehatan udara yang lebih baik.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan melaporkan subvarian Omicron Kraken atau XBB 1.5 terdeteksi di Indonesia. Varian terdeteksi pada pelaku perjalanan asal Polandia saat beraktivitas di Balikpapan, Kalimantan Timur.
'Covid Kraken menular lebih cepat'
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut pihaknya terus melakukan surveillance dan penelusuran kontak erat dari WNA Polandia, pasien pertama di Indonesia yang terkonfirmasi telah terjangkit subvarian Omicron XBB 1.5 alias Covid Kraken. Berdasarkan pengamatan kementerian, Covid Kraken ini memiliki penularan yang cepat.
"Tapi lemah, apa artinya? hospitality (potensi pasien masuk rumah sakit)-nya engga tinggi," kata Budi usai rakornas transisi penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional tahun 2023 di Jakarta, Kamis (26/1/2023).
Di DPR, Budi telah mengumumkan kasus Covid Kraken yang berasal dari warga negara asing alias WNA Polandia yang berkunjung ke Indonesia. WNA tersebut masuk ke Indonesia lewat Jakarta pada 6 Januari lalu.
Kemudian, WNA ini ke Balikpapan pada 7 Januari. Atas temuan kasus ini, kementerian sedang menelusuri kontak erat pasien tersebut.
Budi menyebut Kraken ini adalah cicit dari Omicron, BA.1 dan BA.1.5, dari BA.5 kemudian XBB. Meski virus ini terus bermutasi, Budi mengklaim imunitas masyarakat relatif lebih baik.
"Kami harapkan sero-survei kan akan keluar di Februari, nah selama populasi kita baik, terutama yang orang tua yang punya komorbid itu imunitasnya masih tinggi, Insyaallah kalau ada varian baru bisa tertangani," ujarnya.
Budi menyebut Covid Kraken ini menyebabkan sedikit kenaikan kasus di Amerika Serikat. Di Eropa, naik karena BA.5, sementara di Jepang dan Cina naik karena BQ.1 dan XBB. Tapi Indonesia tidak mengalami kenaikan kasus saat gelombang anak dan cucu varian dari Omicron.
"Karena imunitas populasi kita baik hasil sero survei kita baik oleh karena itu pesan saya ke masyarakat tidak usah panik kalau di dalam ruangan padat merasa batuk atau lihat temannya batuk-batuk, pakai masker, itu protokol kesehatan itu seperti influenza diare TBC (Tuberculosis) dan DB (Demam Berdarah)," kata dia.
Di sisi lain, Budi juga tetap menyarankan masyarakat menggunakan masker dalam kondisi yang padat. Lalu, orang tua dan orang dengan komorbid alias penyakit bawaan juga dianjurkan segera booster.
Sekarang, program vaksinasi booster kedua sudah dimulai dan menurut Budi sejauh ini masih gratis. Tapi Budi tak menutup kemungkinan bahwa pemerintah akan mengubahnya jadi berbayar, sebagai bagian dari strategi pandemi menuju endemi.
"Intinya intervensi pemerintah yang mengatur-atur masyarakat akan kami kurangi. Supaya partisipasi masyarakat atas kesadaran sendiri itu boleh ditingkatkan obat-obatan vaksinnya ada," kata mantan Wakil Menteri BUMN ini.
Sementara untuk di Kota Pekanbaru, Riau Varian Covid-19 Kraken dilaporkan belum ditemukan.
"Penularan Covid-19 varian kraken masih belum ditemukan. Kita pastikan hingga kini belum ada ditemukan varian itu di Pekanbaru, laporan belum ada," kata Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru melalui Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pekanbaru David Oloan yang memastikan belum ada masyarakat yang tertular varian tersebut.
Dinkes berkoordinasi dengan seluruh rumah sakit di Kota Pekanbaru. Mereka berkoordinasi dalam memastikan ketersediaan ruang perawatan.
Tim Dinkes juga datang ke rumah sakit untuk memantau kesiapan ICU dan ruang rawat inap pasien Covid-19. Ia menegaskan ruang tersebut tetap disiagakan walau kasus Covid-19 cendrung menurun.
Dirinya mengatakan bahwa kasus aktif Covid-19 saat ini hanya empat kasus. Pihaknya mengingatkan masyarakat agar tetap mengikuti protokol kesehatan.
Satu di antaranya tetap memakai masker saat berada di ruang publik. Pemakaian masker untuk mencegah penularan varian Covid-19 terbaru.
Meskipun pemerintah telah mencabut pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pada 30 Desember 2022 lalu Persatuan Ahli Epidemilogi Indonesia Provinsi Riau tetap menghimbau masyarakat tak lalai terapkan protokol kesehatan (Prokes).
“Khususnya memakai masker ditempat keramaian dan rajin mencuci tangan. Dua ini paling tidak harus kita lakukan,” kata Ketua Persatuan Ahli Epidemilogi Riau, dr. Wildan Asfan Hasibuan berpesan kepada masyarakat agar tetap mematuhi protokol kesehatan (Prokes).
Menurutnya meskipun status pandemi kini telah memasuki tahap transisi menjadi endemi, namun tak menutup kemungkinan jika masyarakat dan pemerintah lalai dalam menjaga prokes akan dapat menyebabkan angka Covid - 19 melonjak kembali.
“Kita tidak bisa lepas begitu saja, tetap perlu kewaspadaan, terutama di China ada varian baru yaitu Omicron Bf.7,” ucapnya.
Oleh sebab itu, pemerintah pada masa transisi ini masih siap siaga. Hal ini dapat dilihat dari belum dibubarknnya Satun Tugas (Satgas) Covid - 19.
“Makannya saat ini Satgasnya belum dibubarkan. Jadi pemerintah tidak ujuk - ujuk untuk melakukan pembebasan yg sebebas - bebasnya. Tapi ada upaya kesehatan yang terus dilakukan supaya pandemi ini bisa terkendali jadi endemi,” terang Wildan.
Senada hal tersebut, Asisten I Sekretarian Daerah Provinsi Riau, Masrul Kasmy menuturkan bahwa Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit tetap terus mengupdate perkembangan Covid - 19 yang ada di Riau.
“Dalam kondisi tertentu seperti rapat tertutup itu memang masih menerapkan prokes memakai masker. Kita juga masih menghimbau kepada masyarakat untuk tetap mematuhi prokes,” ujarnya.
Lebih lanjut, mengenai subsidi maupun bantuan langsung tunai (BLT) kepada mereka yang terdampak Covid - 19, telah dianggarkan dan akan terus disalurkan.
“Untuk 2023 itu masih dianggarkan. Karena inikan masih bagian dari program pemulihan ekonomi nasional (PEN). Jadi pelatihan - pelatihan dan BLT ini mengurangi resiko bagi masyarakat terutama yang rentan,” katanya.
“Contohnya tahun depan itu melalui Dinas Tenaga Kerja, sekitar 11 ribu orang (kelompok pekerja rentan) itu diabiaya premi BPJSnya. Kemudian melalui Dinas Perindagkop mengalokasikan anggaran Rp. 10 miliar untuk para pelaku usaha kecil,” imbuh Asisten I.
Jangan anggap enteng dengan Covid Kraken
Anggota Komisi III DPRD Kota Pekanbaru, Suherman mengimbau masyarakat tidak menganggap enteng varian terbaru covid-19 yang dikenal sebagai Kraken ini.
"Namun masyarakat tidak terlalu peduli dengan varian baru covid-19 ini. Varian baru ini (Kraken) masyarakat saya liat tidak ambil pusing, ini kita sayangkan juga," kata Suherman, yang sebelumnya mengaku telah mendengar penjelasan pihak Diskes Kota Pekanbaru belum ditemukannya warga Kota Pekanbaru terinfeksi dengan varian baru tersebut.
Ia mengingatkan agar masyarakat tidak menganggap enteng penyakit Kraken apalagi covid-19 sudah banyak memakan korban jiwa di seluruh dunia.
"Diskes Pekanbaru harus sosialisasi dan edukasi ke masyarakat, infokan ke warga apakah varian ini bahaya atau tidak," pintanya, Selasa (31/1/2023) kemarin.
Dia melihat masyarakat semakin tidak peduli dengan covid-19 yang belum sepenuhnya musnah dari muka bumi. "Kita lihat di lapangan banyak masyarakat yang tidak ambil peduli dan ini harus kita jaga," sebutnya. (*)
Tags : Covid-19, sub varian virus kraken, varian kraken, varian kraken terdeteksi, varian kraken indonesia, pasien varian kraken, varian kraken balikpapan, epidemiologi,