Headline Riau   2022/06/04 22:16 WIB

Gaya Komunikasi 4 Kandidat Diprediksi Maju di Pilgubri 2024, 'yang Menonjol dan Cukup Bersaing'

Gaya Komunikasi 4 Kandidat Diprediksi Maju di Pilgubri 2024, 'yang Menonjol dan Cukup Bersaing'

Para kandidat yang bakal maju di Pilkada serentak 2024 sudah bermunculan bahkan masing-masingnya sudah menonjolkan diri.

PEKANBARU - Pemilihan Gubernur Riau (Pilgubri) tahun 2024 agaknya masih lama lagi berkisar dua tahunan, tetapi 4 kandidat (Syamsurizal, Achmad, M Adil dan Syamsuar) bahkan bakal ada kandidat yang lain diprediksi juga maju sebagai calon gubernur (Cagubri).

"Ada 4 nama kandidat yang menonjol dan akan bersaing pada Pilkada serentak 2024 yang memiliki gaya berkomunikasi berbeda-beda."

"Masing-masing para kandidat memiliki gaya dan mereka mencoba meraih dukungan dari warga Riau," kata H Darmawi Wardhana Bin Zalik Aris, Ketua Lembaga Melayu Riau (LMR) saat ditemui di kantornya Jalan Suntai No. 58 Kelurahan Labuh Barat, Kecamatan Payung Sekaki, Pekanbaru, Sabtu (3/6/2022).   

Darmawi menilai 4 kandidat itu seperti Dr. H. Syamsurizal SE MM Anggota Komisi II DPR-RI, Dr. H. Achmad MS.i Anggota Komisi VIII DPR-RI, Muhammad Adil SH MM adalah Bupati Kepulauan Meranti dan Drs H Syamsuar MS.i sebagai Gubernur Riau sekarang.

Jika pun kandidat lain yang diprediksi maju di Pilgubri 2024 nanti kemungkinan Edy Natar Nasution (Wakil Gubernur Riau), namun belum dapat dipastikan.  

"Para kandidat saat ini telah mulai menyapa masyarakat dengan gaya mereka masing-masing."

Darmawi dengan tegas menyebut para kandidat merupakan putera-putera Riau terbaik yang diprediksi bakal sebagai cagub yang paling beradaptasi, selain Mayjen Purn Edy Natar Nasution pasalnya, selama ini Ia berada di dunia militer yang membuat dia jarang berbicara di depan publik. Tetapi beliau adalah putera kelahiran Bengkalis yang kini duduk menjabat sebagai Wakil Gubernur Riau.

"Tantangannya lebih besar buat Mayjen Purn Edy Natar Nasution, bagaimana dia bisa mentransformasikan dirinya dari orang belakang layar menjadi orang di depan, menjadi politisi," ujar Darmawi menyikapi selama ini dirinya telah melihat di berbagai daerah.

Menurut Darmawi, Muhammad Adil yang kini menjabat Bupati Kepulauan Meranti justru kuat pada komunikasi non-verbal. Dia memiliki pendekatan sebagai cagub yang masih muda.

Sebut saja aksinya ketika meresmikan tim suksesnya para pendukungnya atau gaya pakaiannya cukup sederhana digunakan setiap sosialisasi bersama pendukungnya.

Inilah, kata Darmawi, hal yang ingin dibangun Muhammad Adil kepada masyarakat, selain program juga personal branding. 

Dua calon lain sudah lebih dulu berkecimpung di dunia pemerintahan sipil yakni Syamsurizal dan Achmad yang sampai kini belum sempat untuk membahas program.

Tetapi M Adil lebih dahulu sudah menyampaikan program unggulannya di sebuah acara khusus yang digelar beberapa waktu yang lalu.

"Ini strategi ketika M Adil tidak banyak bicara program dan tidak banyak kritik program lawan juga karena itu bisa jadi titik lemahnya," kata Darmawi.

"Dia sadar sebagai orang muda, dia bisa jalankan marketing gimmick tadi. Saya sebut itu sengaja dan bagian dari strategi," katanya.

Spontannya Achmad

Darmawi lalu menilai gaya komunikasi Achmad paling unik dibandingkan para kandidat lainnya. Sebab, Achmad menggunakan pola komunikasi low context yang cenderung spontan.

"Menggunakan terminologi orang awam, bukan bahasa elitis yang cenderung normatif tiap turun sosialisasi pada wilayah kerjanya di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul)," ujar Darmawi.

Darmawi mengatakan, gaya komunikasi seperti itu memiliki keuntungan dan kelemahan buat Achmad. Keuntungannya, cara penyampaian Achmad akan program-program bisa lebih dimengerti oleh semua kalangan.

Achmad yang mantan Bupati Rohul ini tidak menggunakan bahasa yang rumit untuk memaparkan semua itu. Orang pun bisa jadi menggandrungi Achmad karena gaya bicaranya dianggap sebagai antitesis politisi pada umumnya yang cenderung berbahasa elitis dan normatif.

"Tetapi, ada kelemahan, sisi blundernya juga lebih besar karena spontan dan menggunakan bahasa yang tidak dibungkus dengan normatif," kata Darmawi lagi.

Namun, selama ini diketahui Achmad tidak pernah berbicara meledak-ledak dan spontan. Achmad seperti mengerem komentarnya mengenai berbagai hal meski ditanya oleh wartawan.

"Hingga akhirnya kita lihat kini Achmad yang sedang beradaptasi dengan cara mengurangi spontanitas dia ketika berbicara," kata Darmawi pula.

Namun, apakah Achmad harus mengubah? Darmawi menjawab tidak perlu. Sebab, justru gaya komunikasi itulah yang membuat Achmad berbeda dengan lainnya. Jika Achmad berubah pendiam, Achmad tidak lagi seperti dikenal masyarakat.

Syamsuar "motivator" tapi bukan dari bidang politik

Jika Achmad, Syamsuar maupun M Adil berbahasa low context, Syamsuar sebaliknya. Darmawi mengatakan, Syamsuar cenderung menggunakan pola komunikasi high context dan ia nilai seperti motivator di bidang politik.

"Dia bicara dengan bahasa yang dibungkus sangat indah. Ditambah latar belakang di pendidikan membuat dia bisa merangkai kalimat yang memotivasi dan menginspirasi," ujar Darmawi.

Sayangnya, kata Darmawi, tidak banyak masyarakat kecil memahami gaya komunikasi high context ini. Memang bahasa-bahasa yang digunakan tetap membumi, tetapi komunikasi nya ke arus bawah dinilai masih kurang, ini menjadi salah satu kelemahan Syamsuar.

"Tidak mudah buat orang seperti Syamsuar yang biasa berbicara retorika dan bicara dengan berirama masuk ke penegasan program dan kebijakan yang akan dibuat," ujar Darmawi.

Biasanya, solusi yang disampaikan Syamsuar lebih kepada pandangan makro saja. Pekerjaan rumah untuk Syamsuar adalah bagaimana Ia bisa membumikan diri sebagai seorang eksekutor yang mampu menjalankan program-program, bukan sekadar menginspirasi orang dengan kata-kata.

"Sebagai pemimpin yang bisa mengeksekusi bukan sekadar menginspirasi," kata Darmawi.

Jadi Gubernur Syamsuar juga tidak boleh menganggap kemajuan Riau dalam 50 tahun lalu.

"Ini kan sudah kejauhan membandingkan kondisi Riau 1971 dengan 2022."

"Sepertinya Syamsuar ingin pamer kan Riau sudah maju berbeda dengan 1971 dari segi fasilitas dan infrastruktur publik. Cuma ini kan kejauhan membandingkan Riau 1971 dengan 2022," ujarnya.

Dia menilai harusnya Syamsuar membandingkan kemajuan Riau dengan era yang lebih dekat. Misalnya, kata Darmawi, dengan kondisi di masa kepemimpinan Suripto atau Rusli Zainal sebagai Gubernur Riau pada tahun-tahun sebelumnya.

"Mestinya Syamsuar bandingkan capaian kinerjanya dengan era Rusli Zainal. Apa nilai lebih Syamsuar ketimbang dua gubernur sebelumnya yang sering dibanding-bandingkan itu," kata Darmawi.

Semestinya Syamsuar bisa memamerkan capaian nonfisik Riau yang sudah tercapai di eranya.

Darmawi melihat Syamsuar kerap memamerkan capaian fisik kemajuan Riau menjelang akhir masa jabatannya sebagai Gubernur Riau saat ini.

"Itu merupakan upaya Syamsuar menunjukkan keberhasilannya membangun Riau yang terdiri dari 12 kabupaten/kota ini," terangnya.

Jadi jelang akhir masa jabatan Syamsuar (2024) belakangan memang sibuk pamer apa yang sudah dilakukan di Riau. Justru yang dipamerkan rata-rata yang tampak fisik, bukan nonfisik. "Tentu itu bagian upaya Syamsuar menunjukan ke publik bawah ia berhasil bangun Riau," tuturnya. (*)

Tags : Kandidat Riau, Pemilihan Gubernur Riau 2024, Gaya Komunikasi Kandidat, Pilgubri 2024, Politik Riau,