"Sakit tenggorokan, sakit kepala, pilek, hidung tersumbat dan batuk saat ini merupakan gejala Covid yang paling banyak ditemukan"
atu-satunya cara adalah dengan melakukan tes, walaupun para pakar mengatakan bila mengalami gejala di atas, yang paling mungkin adalah terkena virus corona.
Jadi, bagaimana kita membedakan, terkena flu atau Covid-19?
"Covid memiliki berbagai gejala sangat mirip dengan flu atau tanpa gejala sama sekali," kata Salvador Peiró, seorang dokter yang bekerja sebagai peneliti kesehatan masyarakat di badan penelitian biomedis di Spanyol, FISABIO.
Secara umum, pasien Covid mengalami gejala yang biasa terjadi pada virus pernafasan, dengan sejumlah kasus tertentu, ada yang kehilangan indera perasa dan penciuman.
Saat ini, pasien yang mengalami kehilangan indera perasa dan penciuman sekitar 20% atau 25%, menurut Peiró.
"Gejala ini tidak dapat dibedakan dari gambaran virus pernapasan lainnya. Bahkan, jika tes antigen atau PCR tidak dilakukan, kita tidak akan tahu virus apa yang dialami seseorang."
"Dalam sejumlah kasus, ada diare, yang terkadang juga terjadi pada penderita flu. Namun secara umum, bila ada gangguan pernafasan, secara logis dapat disebut Covid."
Gejala ringan
Menurut para pakar, sekitar 20% sampai 25% penderita Covid tidak memiliki gejala.
Ada pula yang mengalami gejala ringan seperti pilek, tenggorokan sedikit sakit.
Ada yang mengira mereka hanya alergi tapi setelah dites ternyata Covid.
"Jadi saat ini, hampir semua gejala terkait virus pernafasan biasanya Covid," tambah Peiró.
Quique Bassat, pakar epidemiologi dan peneliti di ICREA (Catalan Institution for Research and Advanced Studies) di Institut Kesehatan Global Barcelona, juga memiliki pandangan serupa.
Gejala ringan tidak dapat disepelekan. Orang akan tahu terkena Covid bila melakukan tes.
Namun ini langkah tak mudah. Orang khawatir bila diketahui terkena Covid.
Saat ini, tidak ada kewajiban lagi untuk tes di banyak negara dan orang tak peduli apakah mereka kena flu atau Covid, kata Bassat kepada BBC Mundo.
"Yang membedakan Covid dari virus pernafasan lain adalah tingkat penularan. Virus Covid menular jauh lebih cepat dibanding flu."
"Dalam jamuan makan 15 orang dengan varian baru misalnya, mungkin 13 atau 14 orang akan tertular."
"Namun untuk flu yang tertular mungkin orang yang duduk di sebelahnya. Jadi risiko penularan Covid besar," kata Bassat seperti dirilis BBC.
Walaupun saat ini banyak orang yang terkena Covid dan tidak sakit parah karena mereka telah divaksin, masih ada yang harus dirawat di rumah sakit.
"Ada beragam pasien. Banyak yang tanpa gejala, ada yang gejala ringan, ada yang mengalami gejala seperti flu dan ada pula yang mengalami radang paru-paru," kata Peiró.
"Secara umum, beberapa kasus terkait dengan usia. Tetapi pada prinsipnya, varian baru saat ini lebih ringan dibandingkan varian sebelumnya," tambahnya.
Tetapi para pakar memperingatkan, bagian sebagian orang, flu juga bisa berbahaya, sesuatu yang juga dialami pasien Covid.
"Flu pernah menyebabkan 4.000 sampai 5.000 kematian di Spanyol. Jadi flu bukanlah penyakit ringan seperti yang dikatakan sejumlah orang," kata Peiró lagi.
Covid juga bukan penyakit ringan, khususnya bagi mereka yang rentan atau yang berusia lanjut.
"Karena itu, mereka yang paling rentan harus berupaya melindungi diri, termasuk mencegah flu, karena flu juga menelan korban, mereka yang rentan."
Flu adalah penyakit kronis terutama bagi mereka yang berusia di atas 65 tahun.
Kuncinya adalah vaksinasi
Meskipun kasus Covid yang kita lihat sekarang sebagian besar jinak dan hanya menyerang saluran pernapasan bagian atas, tidak ada yang serius dan dengan gejala yang mirip dengan flu atau pilek, ini tidak hanya disebabkan oleh varian virus baru, tetapi juga karena vaksin, para ahli menjelaskan.
Quique Bassat, pakar epidemiologi dari Institut Kesehatan Global Barcelona mengatakan rendahnya jumlah kasus berat adalah karena vaksinasi.
"Virus sekarang lebih ringan karena kita sudah divaksinasi. Virusnya juga sudah berubah, tapi kita bisa lebih santai karena kita sudah melihat sendiri kasus yang begitu berat di sekitar kita," kata Bassat.
"Inti masalahnya adalah bukan virus ini dengan gejala seperti flu atau tidak. Semua varian berbeda dari yang lain. Kuncinya adalah kita sudah divaksinasi," tambahnya.
Salvador Peiró, dokter peneliti biomedis di Spanyol mengatakan varian Covid akan bermutasi namun virus ini akan tetap beredar.
"Mungkin ada varian baru yang parah, namun diperkirakan kurang begitu parah lagi.
"Penyebabnya antara lain karena penduduk semakin banyak yang terinfeksi dan akan memiliki kekebalan terhadap Covid dan juga karena mendapatkan vaksin," kata Peiró.
"Menurut sejumlah penelitian, vaksin berhasil mencegah Covid parah dengan kisaran antara 85%-90%. Namun cara terbaik tentunya adalah mencegah terkena Covid," tutup Peiró.
Sakit tenggorokan dan pilek paling banyak dilaporkan
Gejala utama yang kemungkinan dialami mereka yang terkena Covid adalah sakit tenggorokan atau batuk dan pilek, menurut data dari 17.500 orang yang mengatakan mereka dites positif pada pertengahan Juli 2022.
Gejala lain yang dilaporkan adalah sakit kepala dan hidung tersumbat.
Suhu tubuh tinggi atau demam dan hilangnya indra perasa dan penciuman atau anosmia, salah satu gejala yang dulu biasa dirasakan penderita Covid, sekarang sudah semakin jarang.
Suara serak, bersin dan otot sakit sekarang semakin banyak dialami pengidap Covid.
Sebanyak 20 gejala Covid, berdasarkan urutan, menurut data dari studi Zoe App adalah sebagai berikut:
Gejala-gejala di atas juga dilaporkan para peneliti lain.
Studi React-1 itu setiap bulan mengirim 150.000 tes secara acak untuk melakukan tes mandiri di rumah.
Temuan itu menunjukkan gejala yang dialami orang berubah seiring dengan munculnya varian baru.
Para ilmuwan mengatakan perubahan itu menunjukkan mutasi virus.
Sejumlah varian Covid muncul sejak pertama kali virus corona ditemukan di Wuhan, China. Yang terbaru adalah Omicron.
Para peneliti React-1 dari Imperial Colleage London mengatakan hilangnya penciuman dan rasa sekarang lebih jarang terjadi dengan adanya varian baru. Semakin banyak orang yang melaporkan gejala seperti batuk pilek.
Para ilmuwan meneliti Omicron yang pertama kali menyebar pada Maret 2022, yang dikenal dengan BA.1 dan BA.2.
Sejak itu, dua subvarian baru Omicron yang disebut BA.4 dan BA.5 mendominasi dan menyebabkan infeksi lebih banyak lagi.
Sekitar 2,7 juta orang di Inggris atau satu dalam 25 orang diperkirakan terkena Covid.
Profesor Tim Spector, yang menjalankan Studi Zoe Health mengatakan, "Covid masih merajalela di tengah penduduk."
"Sekalipun orang pernah terkena sebelumnya dan mereka mendapat vaksinasi penuh, orang masih dapat terkena."
"Walaupun kita semua ingin menikmati udara bagus (saat ini adalah musim panas di Inggris), orang perlu mempertimbangkan apakah perlu pergi ke acara-acara besar, bekerja di kantor atau menggunakan transportasi umum," kata Spector terkait hasil studi Zoe dan React 1. (*)
Tags : Penelitian medis, Virus Corona, Kesehatan, Virus Corona, Vaksin, Gejala Utama Kemunculan Varian Baru, Batuk dan Flu Berat, Kuncinya Vaksinasi,