Headline Nasional   2021/06/04 22:51 WIB

Gelombang Kepulangan TKI dari Malaysia Terus Berlanjut, Surabaya Masih 'Tujuan Primadona'

Gelombang Kepulangan TKI dari Malaysia Terus Berlanjut, Surabaya Masih 'Tujuan Primadona'
Otoritas Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, mendeteksi dua TKI asal Malaysia yang turun dari Kapal Motor (KM) Binaiya, 21 Mei lalu. Dua TKI itu disebut tidak membawa surat keterangan telah menjalani karantina.

JAKARTA - Gelombang kepulangan puluhan ribu tenaga kerja Indonesia (TKI) dari Malaysia ke berbagai daerah masih terus berlanjut hingga, hari Rabu 2 Mei 2021 kemarin. Pegiat buruh migran di Malaysia mengatakan bahwa sebelum Mei 2021, banyak TKI memilih pulang lewat Surabaya karena tidak diwajibkan menjalani karantina Covid-19.

Otoritas Pemprov Jawa Timur mengaku mulai mengisolasi TKI yang datang sejak akhir April. Dari sekitar 12.000 pekerja migran yang sudah mereka karantina, 149 orang positif Covid-19 dan dua di antaranya membawa varian baru virus corona. Jumlah TKI yang kembali dari negeri Jiran dalam empat bulan terakhir mencapai 41.000 orang, menurut data Kedutaan Besar Indonesia untuk Malaysia.

Para TKI itu kembali ke Indonesia dalam program rekalibrasi pulang (PRP). Program itu digulirkan pemerintah Malaysia untuk pekerja migran tak berdokumen resmi sejak akhir Januari. Mayoritas TKI itu pulang melalui sejumlah kota besar seperti Surabaya, Jakarta, Medan.

Namun menurut Khairuddin, staf di Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia, banyak TKI memilih pulang lewat Surabaya. Alasannya, kata dia, ketentuan soal karantina Covid-19 di kota itu sempat longgar. "Dari Februari sampai April, pekerja migran paling senang pulang melalui Surabaya karena tidak ada keharusan karantina," ujar Khairuddin dirilis BBC News Indonesia.

Di PCIM Malaysia, Khairuddin berstatus anggota Divisi Majelis Pelayanan Sosial dan Kesejahteraan Umat. Dia ditugaskan lembaganya mendampingi para TKI yang ikut program rekalibrasi. "Orang Lampung yang saya dampingi pun lebih memilih turun di Surabaya. Kalau tujuannya Lampung kan lebih dekat jika turun di Jakarta, tapi dia pilih Surabaya karena tidak karantina," ucapnya.

"Tapi setelah Mei, para TKI yang tiba di Surabaya diharuskan karantina," ujar Khairuddin.

Menurut Khairuddin, banyak TKI menghindari kewajiban isolasi karena tak memahami esensi mitigasi penularan Covid-19. Meski begitu, Khairuddin menyebut para TKI yang kepulangannya dia urus tidak ada yang terpapar virus corona. "PMI (Pekerja Migran Indonesia) kan kurang berpendidikan, mungkin mereka takut karantina. Menginap di tempat isolasi selama lima hari. Kalau langsung ketemu keluarga kan enak. Tapi banyak PMI yang telepon saya, setelah sampai ke kampung bahwa mereka dalam keadaan sehat," ucapnya.

Pemprov Jawa Timur mulai menerapkan kewajiban karantina bagi TKI sejak 27 April lalu, kata Makhyan Jibril al Farabi, Juru Bicara Satgas Covid-19 di provinsi itu. Jibril menyebut upaya mitigasi itu berhasil menemukan TKI yang terjangkit Covid-19. "Saat itu sudah ada wacana pekerja migran dari Singapura dan Malaysia akan pulang. Itu kami sudah siapkan dan sekarang masih berjalan," ujarnya.

Hingga 1 Juni lalu, Jibril mencatat 12.171 TKI masuk ke Surabaya lewat Bandara Internasional Juanda. Setibanya di bandara, kata Jibril, para TKI itu dibawa ke lokasi isolasi di Asrama Haji Sukolilo, gedung diklat Kementerian Agama di Ketintang dan 20 hotel yang bekerja sama dengan pemprov.

Setelah isolasi selama dua hari, para TKI dengan hasil tes PCR negatif akan diserahkan ke pemerintah kota atau kabupaten asal mereka. Namun jika hasil PCR mereka positif, para TKI itu akan dirawat di Rumah Sakit Lapangan Indrapura, Surabaya.

Jibril berkata, para TKI yang bebas Covid-19 akan melanjutkan masa isolasi selama tiga hari di bawah kendali pemda asal. Jika negatif di hari terakhir, barulah TKI itu diizinkan pulang ke rumah. "Sejauh ini, kami temukan 149 kasus positif. Untuk pasien yang CT Value di bawah 25, kami lakukan swabbing untuk mendeteksi mutasi varian virus corona. Sejauh ini kami temukan ada varian Afrika dan Inggris," kata Jibril.

"Dua TKI dengan varian baru itu sudah sembuh. Kontak erat mereka juga sudah kami lacak. Kami optimalkan agar varian baru virus ini tidak menyebar," ujarnya.

Merujuk kantor berita Antara, per 31 Mei lalu, ada 755 TKI yang melanjutkan isolasi dari Surabaya ke Kabupaten Pamekasan. Namun di hari terakhir proses karantina, para TKI itu tidak menjalani tes PCR, melainkan swab antigen. Informasi soal gelombang kepulangan TKI asal ke Indonesia diutarakan Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Doni Monardo, pada akhir April lalu.

Ketika itu Doni menyebut puluhan ribu TKI yang kembali ke Indonesia sejak Februari sudah mencapai puluhan ribu orang. Namun pada 9 Februari 2020, Doni sudah meneken surat edaran yang mengatur ketentuan isolasi bagi TKI yang pulang ke Indonesia. Surat Edaran Nomor 8/2021 itu juga menyasar WNI selain TKI dan juga warga negara asing. Merujuk aturan itu, para pelaku perjalanan internasional ke Indonesia harus menunjukkan hasil negatif dari tes PCR yang berlaku tiga hari sebelum keberangkatan.

Setibanya di Indonesia, baik WNI maupun WNA diharuskan menjalani karantina selama lima hari. Bagaimanapun, sebelum terbang ke Indonesia, para TKI diingatkan untuk melakukan tes PCR di lembaga yang disertifikasi otoritas kesehatan Malaysia. Ini dikatakan Yoshi Iskandar, Koordinator Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya Kedubes Indonesia di Malaysia. "Tes PCR itu harus dilakukan di fasilitas kesehatan yang valid," kata Yoshi.

"Kami mencegah agar pekerja migran yang pulang tidak membawa varian baru. Ini kami sosialisasikan secara terus-menerus," ucapnya.

Yoshi menyebut gelombang kepulangan TKI dari Malaysia akan berlangsung sampai akhir Juni ini. Itu adalah batas akhir program pemulangan oleh otoritas Malaysia. Namun karena Malaysia memberlakukan penguncian wilayah, tenggat akhir pemulangan TKI ke Indonesia dia prediksi akan diundur. (*)

Tags : Tenaga Kerja Indonesia, Gelombang Kepulangan TKI dari Malaysia, Kepulangan TKI Lewat Surabaya,