LINGKUNGAN - Gelombang panas menyengat juga melanda Indonesia membangkitkan ingatan pada musim panas 2003 lalu ketika puluhan ribu orang bisa terpapar dan berakhir dengan kematian.
"Panas seperti ini juga biasa terjadi di Kota Pekanbaru, Riau seperti tahun ini datang lebih cepat."
"Pelayanan darurat harus segera menyiapkan diri menghadapi masalah yang diperkirakan akan datang," kata Ir Marganda Simamaora SH M.Si, salah satu Aktivis dari Yayasan Sahabat Alam Rimba [Salamba], tadi Minggu (21/4).
"Karena panas ini juga melanda bagian kota Pekanbaru, di mana masih dihuni para lanjut usia [Lansia] ketika suhu udara mencapai lebih dari 30 derajat Celcius tetap mengancam fisik lemah," sambungnya.
Bagaimana sesungguhnya gelombang panas bisa membunuh seseorang dan bagaimana kita melindungi diri dari panas berkepanjangan?
Jumlah orang yang terpapar suhu panas ekstrem meningkat drastis belakangan ini. Tetapi Ganda Mora [nama sapaan yang dipanggil] itu menjelaskan kembali, kalau pihak WHO, sebelumnya sudah menerangkan antara tahun 2000-2016 orang yang terpapar panas bisa mencapai 125 juta jiwa.
"Pada periode ini, terjadi beberapa serangan gelombang panas."
Pada tahun 2003 sekitar 70.000 orang meninggal dunia karenanya, dan pada tahun 2010, tercatat 56.000 kematian saat panas selama 44 hari melanda Federasi Rusia.
Menurut WHO, kata dia mereka yang rentan terhadap suhu panas ekstrem adalah "orang tua, bayi dan anak-anak, orang hamil, pekerja kasar terutama yang berada di luar ruangan, atlet dan orang miskin".
"Untuk orang tua, perempuan hamil dan anak-anak, ini disebabkan kekebalan tubuh mereka rendah," kata Ganda Mora.
Pekerja luar ruang seperti petani yang bekerja tanpa peneduh akan lebih terpapar matahari.
Gerakan tubuh yang aktif juga akan memanaskan suhu tubuh, membuat para atlet menjadi rentan.
Sebagai spesies berdarah panas, tubuh kita berupaya untuk menjaga suhu internal sekitar 37 derajat Celcius.
Ketika suhu sekitar meningkat, maka tubuh akan melepaskan panas.
"Jika suhu sekitar berada di atas suhu badan yang wajar dalam waktu yang lama, maka itu bisa berbahaya," sebutnya.
Jantung memompa lebih banyak darah ke permukaan kulit di mana panas dilepaskan ke udara. Ini menjelaskan mengapa kulit orang lebih merah dalam lingkungan yang panas.
Gejala serangan panas"
Tubuh juga banyak berkeringat. Penguapan terjadi saat pendinginan. Namun ini tak efektif ketika suhu sekitar sama atau lebih tinggi daripada suhu kulit kita.
"Suhu sekitar di atas 37 derajat Celcius berbahaya. Bahkan saat suhu di atas 30 derajat, kita hatus mulai mengukur untuk mengurangi tekanan panas. Kelembaban juga memainkan peran karena ketika lembab, orang semakin sulit untuk berkeringat dan mendinginkan tubuh," terangnya.
Tetapi menurut WHO, sebutnya lagi, "Peningkatan panas karena paparan lingkungan yang panas berbahaya terhadap kemampuan tubuh untuk mengelola suhu dan bisa menghasilkan rangkaian penyakit termasuk kram jantung, kepanasan, serangan jantung dan hipertermia,"
Tentu, dampak awalnya bisa berupa ruam dan pembengkakan pada kulit.
"Ketika tubuh bekerja lebih keras, pembuluh darah melebar. Cairan bisa merembes melalui dindingnya. Ini menyebabkan pembengkakan jaringan di pergelangan kaki, atau kaki," menurutnya.
Gabungan dari kehilangan cairan akibat berkeringat ditambah tekanan darah rendah bisa mengarah pada masalah lebih serius.
Selain itu bisa meningkatnya serangan jantung.
Jika seseoorang terpapar panas dalam waktu lama, risiko serangan jantung meningkat.
"Berkeringan memicu dehidrasi, ini mengurangi volume darah. Maka jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah yang sudah berkurang volumenya ke seluruh tubuh," katanya.
"Orang yang punya penyakit jantung, kondisi ini bisa menyebabkan serangan," katanya.
Begitupun stroke. Pitam panas atau heat stroke disebabkan oleh kegagalan hipotalamus atau bagian otak yang mengendalikan fungsi tubuh, misalnya untuk berkeringat.
"Pitam panas terjadi jika tubuh meningkat di atas 40 derajat Celcius, menyebabkan sistem sel dan tubuh dari fungsinya yang normal."
"Ketika tak bisa berkeringat, kita tak bisa mengendalikan panas tubuh," katanya.
"Dampaknya bisa napas memburu, sakit kepala, lesu, dan kehilangan kesadaran. Jika tak ada tindakan darurat, bisa menyebabkan kegagalan organ dan kematian," ujarnya.
Berkahir juga bisa mengalami kematian.
Setiap tahun, ribuan orang dari Indonesia sampai Meksiko meninggal akibat serangan gelombang panas.
"Seseorang bisa meninggal dunia dalam beberapa jam jika suhu luar antara 38-42 derajat Celcius dan kelembaban tinggi, ketika tubuh tak bisa beradaptasi dengan kondisi ini," kata Ganda.
Dengan mengurangi kegiatan luar ruang, minum air dan sering beristirahat, tubuh bisa pulih dengan cepat;
• Hindari panas: jangan keluar antara pukul 11.00 dan 15.00 siang saat hari sedang panas-panasnya jika Anda rentan.
• Dinginkan ruangan dengan penghalang atau pemantul panas di luar jendela.
• Mandi air dingin dan perciki badan dengan air dingin.
• Minum banyak: air, susu rendah lemak, teh dan kopi, serta hindari alkohol.
• Pakai baju longgar dan topi, serta kacamata hitam ketika keluar.
• Periksa teman, saudara dan tetangga yang mungkin tak mampu merawat diri saat suhu panas tinggi.
Jadi dengan akal sehat, kata Ganda lagi, bahaya kesehatan akibat udara panas bisa dihindari. Tetapi secara umum, jangan berada di luar ruangan lebih dari dua atau tiga jam saat sedang panas-panasnya seperti ini. Penting untuk berteduh, terutama antara jam 10.00 pagi hingga 17.00 sore. (*)
Tags : gelombang panas, panas ekstrem, panas mulai menyengat, panas rentan pada lansia, lingkungan alam, terpapar panas bisa berakhir kematian,