Nusantara   2021/12/10 17:30 WIB

Gunung Semeru Erupsi, Jumlah Korban Jiwa Kembali Bertambah 

Gunung Semeru Erupsi, Jumlah Korban Jiwa Kembali Bertambah 

NUSANTARA - Jumlah korban jiwa erupsi Gunung Semeru kembali bertambah. Korban yang meninggal dunia hingga Kamis (9/12) sebanyak 43 jiwa, demikian menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

"Rangkuman laporan dari tim pencarian dan pertolongan di lapangan per pukul 12.00 WIB, jumlah korban meninggal dari erupsi Gunung Semeru bertambah empat orang sehingga totalnya menjadi 43 orang," ungkap BNPB lewat Twitter.

Hingga hari kelima setelah erupsi Gunung Semeru, ungkap BNPB, tim gabungan terus melakukan upaya pencarian dan pertolongan lanjutan di beberapa lokasi - seperti Curah Kobokan, Kajar Kuning, Tambang Satuhan/Kebondeli Utara, Kampung Renteng dan Kebondeli Selatan.

Sementara itu tim DVI Polri hingga hari Kamis telah berhasil mengidentifikasi 23 jenazah. Sebanyak 15 jenazah berjenis kelamin laki-laki dan 8 perempuan. 

Angka warga yang mengungsi akibat erupsi Gunung Semeru juga meningkat. Data Pos Komando (posko) Tanggap Darurat Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru pada Rabu (8/12), penyintas berjumlah 6.022 jiwa yang tersebar di 115 titik pos pengungsian.

Menurut BNPB, pihak posko terus memutakhirkan data warga terdampak maupun warga yang mengungsi di wilayah Kabupaten Lumajang, Malang dan Blitar.

Sebaran jumlah penyintas paling banyak berada di Kecamatan Candipuro dengan 2.331 orang, sedangkan di Kecamatan Pasirian 983 orang, Pronojiwo 525, Tempeh 554, Sumbersuko 302, Lumajang 271, Pasrujamber 212, Sukodono 204, Kunir 127, Tekung 67, Senduro 66, Padang 62, Jatiroto 59, Kedungjajang 50, Klakah 45, Yosowilangun 40, Rowokangkung 37, Ranuyoso 26, Randuagung 24, Tempusari 23 dan Gucialit 14.

Presiden Joko Widodo usai meninjau lokasi terdampak erupsi di Kabupaten Lumajang berjanji akan merelokasi rumah-rumah yang terdampak erupsi Gunung Semeru.

"Tadi saya mendapatkan laporan kurang lebih 2000an rumah yang harus direlokasi. Ini segera akan kita putuskan di mana relokasinya, dan saat itu juga akan segera kita bangun," kata Presiden Jokowi.

Kemarin, Gunung Semeru juga terpantau mengalami dua kali gempa letusan dengan durasi 55-125 detik. Sementara Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menginformasikan terjadi 7 kali gempa guguran dengan durasi 50 - 120 detik.

Sejak erupsi Semeru terjadi Sabtu (4/12) lalu yang mengeluarkan awan panas dan guguran material, ratusan personel gabungan telah turun ke lapangan.

Para personel gabungan melakukan berbagai upaya penanganan darurat yang saat ini memfokuskan pada pencarian dan evakuasi serta pelayanan dasar warga terdampak.

"Selain personel, sejumlah peralatan diterjunkan untuk membantu proses pencarian warga yang diduga masih hilang, antara lain BNPB menyiagakan 3 unit helikopter dan Palang Merah Indonesia (PMI) mendorong 2 unit hagglund yang dapat menembus medan berat di lokasi terdampak material vulkanik," tulis keterangan BNPB.

Selain itu, tim dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga ikut mendata dampak kerusakan terhadap infrastruktur, termasuk pembersihan jaringan jalan dan memulihkan konektivitas.

"Percepatan evakuasi korban dan pembersihan Kawasan," kata Kepala Pusat Data dan Informasi KemenPUPR Nazib Faizal. Kemarin, pencarian korban terhambat oleh cuaca buruk.

Humas Basarnas Surabaya, Tholib Mahameru, mengungkapkan proses pencarian korban di Desa Sumberwuluh untuk sementara terhenti pada Senin pagi akibat hujan deras di area puncak dan angin kencang di area pencarian.

"Potensi aliran air dari atas dikhawatirkan membahayakan, mengingat akses ke lokasi hanya satu dan cuaca buruk dikhawatirkan merobohkan jembatan," kata Tholib dirilis BBC Indonesia.

Kelanjutan pencarian korban, lanjut dia, akan sangat bergantung pada cuaca di lokasi. Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan Kabupaten Lumajang diguyur hujan ringan hingga Senin sore.

Sementara itu, Tim SAR juga belum bisa menjangkau seluruh area pencarian. Menurut Tholib, terdapat area tambang pasir di Desa Sumberwuluh yang belum terjamah karena material sisa letusan masih dalam kondisi panas dan mengeluarkan asap.

"Sampai saat ini kami belum bisa mengecek apakah di area itu ada warga terdampak atau tidak," ujar Tholib.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat erupsi Gunung Erupsi terakhir kali terjadi pada Senin pukul 08.55 WIB. Status aktivitas Gunung Semeru masih berada pada Level II (Waspada).

Presiden Joko Widodo telah memerintahkan jajarannya untuk melakukan tindakan cepat dalam menangani dampak erupsi Gunung Semeru.

"Presiden telah memerintah untuk segera melakukan tindakan secepat mungkin, melakukan langkah tanggap darurat, mencari, dan menemukan korban, memberikan perawatan kepada korban luka-luka dan melakukan penanganan dampak bencana," kata Pratikno, dalam keterangan persnya, Minggu (05/12).

Pratikno menambahkan, presiden juga memerintahkan agar pelayanan kesehatan, logistik kebutuhan dasar bagi pengungsi, dan perbaikan infrastruktur dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat.

Warga Lumajang, korban erupsi Semeru, mengungkapkan rasa trauma dan enggan kembali ke rumah akibat erupsi Semeru.

Ngatemi, warga Dusun Supit Urang, Desa Sumbersari, mengatakan takut terjadi erupsi susulan yang lebih besar.

"Semua hewan ternak masih disana, tolong dibantu rumahnya, anak masih kecil, suami juga jauh, tolong dibantu," kata Ngatemi kepada wartawan Sugiarto yang melaporkan kepada BBC News Indonesia di Lumajang, Minggu (15/12).

Ngatemi dan lima anggota keluarganya menyelamatkan diri menuju lokasi pengungsian.

"Rumah tidak bisa ditempati, semua habis tidak ada tersisa. Tolong pemerintah, tolong cepat, kasihan anak-anak masih kecil, ini sudah yang kedua kali. Kami buth air bersih, sembako," katanya.

Senada, korban lainnya dari Desa Oro-oro Ombo, Siti Mudmainan tidak akan kembali ke rumah sementara waktu hingga status Gunung Semeru kembali stabil.

"Trauma, kita waspada ada susulan, sementara bertahan dulu cari aman, lihat situasi," kata Siti.

Di pengungsian, Siti, anak-anaknya, dan penyintas lain berharap bantuan dari pemerintah.

"Kami butuh makanan, alat tidur, pakaian dan minuman untuk anak anak, tadi malam hanya makan mie instan satu mangkuk, tadi ada makanan ringan, dari Ibu Mensos," kata Siti. 

"Kami tidak bawa apa-apa dari rumah, langsung lari saja, takut kena hujan lumpur, kondisi rumah tidak tahu bagaimana," ujarnya.

Sementara itu, warga terlihat dalam rekaman video menyelamatkan diri dengan latar kepulan asap tebal dari Gunung Semeru.

Para saksi mata menggambarkan desa-desa penuh dengan abu dan suasana gelap karena asap tebal menutupi langit.

Wakil Bupati Lumajang Indah Amperawati dalam jumpa pers bersama BNPB, Sabtu (04/12) mengatakan, evakuasi belum dilakukan karena terkendala tebalnya lumpur di sekitar lokasi warga yang ditemukan meninggal dunia. Ia mengatakan belum diketahui penyebab meninggalnya warga.

Dalam jumpa pers itu, Indah meminta kepada BNPB, "apabila cuaca memungkinkan, ada helikopter yang bisa memantau rakyat kami yang terjebak karena kami kesulitan betul."

"Kasihan dan ini keluarganya menangis semua ini karena ada sekitar delapan sampai 10 orang yang terjebak. Barang kali ada heli yang bisa memantau," kata Indah.

Upaya evakuasi terhambat tebalnya asap, putusnya listrik dan hujan deras selama erupsi sehingga mengakibatkan kondisi jalan berlumpur.

Informasi terkait penerbangan dari AirNav Indonesia menyebutkan sampai Sabtu petang, "tidak ada dampak signifkan aktivitas erupsi Gunung Semeru terhadap operasional pelayanan navigasi penerbangan oleh AirNav Indonesia, baik di Cabang Surabaya, Cabang Denpasar, Cabang Semarang, Cabang Yogyakarta maupun Cabang Solo."

Sejumlah warga yang mendiami kawasan yang terdampak parah akibat banjir lahar, dilaporkan terisolasi akibat jembatan penghubung yang roboh. Para saksi mata menyebutkan, Jembatan Perak di Kecamatan Candi Puro "putus" akibat terjangan banjir lahar.

Dikhawatirkan runtuhnya jembatan yang menghubungkan Lumajang dan Kabupaten Malang itu akan menyulitkan upaya pertolongan bagi warga yang terdampak, demikian laporan media.

"Jembatan Perak di Kecamatan Candi Puro, putus," ungkap warga Lumajang, Joni Warouw, yang juga guru di SD Sumber Rejo, Lumajang.

Dilaporkan dua kecamatan, yaitu Kecamatan Pronojiwo dan Candi Puro, "paling terdampak" akibat erupsi dan banjir lahan dingin Gunung Semeru.

Saksi mata lainnya, Harry Purwanto, warga kota Lumajang, menerima laporan bahwa ambruknya jembatan itu membuat akses dari kota Malang ke Lumajang "terputus".

"Sudah enggak bisa dilintasi," ungkapnya.

Adapun desa yang paling parah, menurut Joni, yaitu Desa Sumber Sari dan Desa Sumber Urip.

"Satu kampung terisolasi yakni Kampung Curug Koboan," tambahnya. "Karena akses menuju dan keluar kampung terhalang aliran lahar."

Sampai pukul 18.00 WIB, belum ada laporan tentang adanya jatuh korban akibat erupsi, kecuali laporan warga yang terdampak mulai mengungsi ke lokasi yang dianggap lebih aman.

Seorang saksi mata melaporkan bahwa ada beberapa rumah yang ambruk akibat paparan abu vulkanik dan hujan deras di kawasan itu.

"Hujan bercampur lumpur, sehingga dilaporkan ada beberapa rumah ambruk," kata Harry Purwanto, wartawan di Kota Lumajang, kepada BBC News Indonesia, Sabtu.
"Tiba-tiba ada gemuruh, dan ada letusan 'dum, dum, dum'...

Laporan resmi BNPB menyebutkan, Gunung Semeru mengalami peningkatan aktivitas vulkanik yang ditandai terjadinya guguran awan panas, sekitar pukul 15.20 WIB.

Guguran awan panas itu mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (04/12), menurut BNPB.

Gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu mengeluarkan awan panas guguran (APG).

"Tiba-tiba ada gemuruh, dan ada letusan 'dum, dum, dum'... " ungkap saksi mata Harry Purwanto. 

Gunung Semeru, yang terletak di wilayah Lumajang dan Kabupaten Malang, merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Dilaporkan getaran banjir lahar atau guguran awan panas tercatat mulai pukul 14.47 WIB dengan amplitudo maksimal 20 milimeter.

Pada pukul 15.10 WIB, PPGA Pos Gunung Sawur kemudian melaporkan visual abu vulkanik dari guguran awan panas "sangat jelas teramati" mengarah ke Besuk Kobokan dan beraroma belerang.

Selain itu, laporan visual dari beberapa titik lokasi juga mengalami "kegelapan akibat kabut dari abu vulkanik".

Catatan yang dihimpun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), guguran lava pijar teramati dengan jarak luncur kurang lebih 500-800 meter dengan pusat guguran berada kurang lebih 500 meter di bawah kawah.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat dan para penambang untuk tidak beraktivitas di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Mujur dan Curah Kobokan.

Sejak Sabtu sore, tim BPBD Kabupaten Lumajang dilaporkan tengah mengupayakan untuk "mendirikan titik pengungsian sektoral" di Lapangan Kamarkajang, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.

Semeru memiliki catatan panjang sejarah erupsi yang terekam pada 1818, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Catatan letusan yang terekam pada 1818 hingga 1913 tidak banyak informasi yang terdokumentasikan," kata Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Sabtu (04/12).

Pada 1941-1942, terekam aktivitas vulkanik dengan durasi panjang.

Menurut Muhari, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan leleran lava terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942.

"Saat itu letusan sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter. Material vulkanik hingga menimbun pos pengairan Bantengan," paparnya dalam keterangan tertulis.

Selanjutnya beberapa aktivitas vulkanik tercatat beruntun pada 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955-1957, 1958, 1959, serta 1960.

Dan ini terus berlanjut. "Gunung Semeru termasuk salah satu gunung api aktif yang melanjutkan aktivitas vulkaniknya," ujarnya.

Seperti pada 1 Desember 1977, guguran lava menghasilkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar.

Volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta m3. Awan panas juga mengarah ke wilayah Besuk Kobokan.

"Saat itu sawah, jembatan dan rumah warga rusak," katanya. Aktivitas vulkanik berlanjut dan tercatat pada 1978 - 1989. 

PVMBG juga mencatat aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008.

Pada 2008, tercatat beberapa kali erupsi, yaitu pada rentang 15 Mei hingga 22 Mei 2008.

"Teramati pada 22 Mei 2008, empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter," katanya.

Menurut data PVMBG, aktivitas Gunung Semeru berada di kawah Jonggring Seloko. 

"Kawah ini berada di sisi tenggara puncak Mahameru. Sedangkan karakter letusannya, Gunung Semeru ini bertipe vulkanian dan strombolian yang terjadi 3 - 4 kali setiap jam," tambahnya.

Karakter letusan vulcanian berupa letusan eksplosif yang dapat menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya, jelasnya.

"Sementara, karakter letusan strombolian biasanya terjadi pembentukan kawan dan lidah lava baru," tambahnya lebih lanjut. (*)

Tags : Gunung Semeru meletus, Indonesia, Bencana alam,