Linkungan   2024/03/03 16:47 WIB

Hadapi Dampak Perusakan Lingkungan, 'Penanaman Pohon Bisa jadi Solusi Atasi Krisis Air Bersih'

Hadapi Dampak Perusakan Lingkungan, 'Penanaman Pohon Bisa jadi Solusi Atasi Krisis Air Bersih'

LINGKUNGAN - Hutan di Republik Dominika ditebang untuk dijadikan lahan penggembalaan. Deforestasi itu berdampak serius pada pasokan air masyarakat. Apakah menanam pohon baru merupakan solusi alami terhadap krisis ini?

Dominga Reynoso memutar kerannya yang berkarat dan berdecit di atas wastafel dapur. Tidak ada air yang mengalir keluar, bahkan setetes pun. Pipa-pipa yang biasanya berdeguk sebagai penanda air akan segera habis pun tidak mengeluarkan suara.

Reynoso dan dan para tetangganya di Santo Domingo, ibu kota Republik Dominika, harus hidup tanpa air bersih selama 22 hari.

Ini adalah kejadian yang semakin umum terjadi di sebuah pulau pegunungan Hispaniola di Karibia yang berbatasan dengan Haiti ini.

Secara historis, Republik Dominika memiliki pasokan air alami yang berlimpah, yang dapat diakses secara bebas baik oleh lembaga pemerintah maupun swasta. 

Namun selama satu abad terakhir, pasokan air tersebut terancam.

Penyebabnya, antara lain adalah permintaan air yang meningkat dari industri pariwisata, pertambangan, dan pertanian. Pasokan air masyarakat pun menjadi kian terbatas.

“Pertumbuhan ekonomi dan populasi memberikan tekanan besar pada sumber daya air yang secara tradisional melimpah di Republik Dominika,” kata Chloe Oliver Viola, pakar isu pasokan air dan sanitasi di Bank Dunia. 

“Reformasi dan investasi yang lebih besar sangat dibutuhkan untuk memastikan penggunaan air yang berkelanjutan dan pasokan air yang aman bagi dunia usaha dan rumah tangga,” ujarnya.

Deforestasi selama puluhan tahun untuk industri peternakan, bencana alam seperti angin topan yang menghancurkan sistem saluran pembuangan dan infrastruktur yang sudah rapuh, serta kesalahan pengelolaan sumber daya air telah mengakibatkan negara ini mengalami krisis air yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pendapat ini diutarakan Francisco Núñez, Direktur Wilayah Karibia Tengah di Nature Conservancy, sebuah organisasi nirlaba yang mengkhususkan diri pada konservasi air dan tanah.

“Negara ini sedang mengalami kekeringan parah,” katanya.

“Hewan-hewan telah mati, tanaman gagal tumbuh. Membangun bendungan untuk menghemat pasokan air saja tidak cukup. Negara ini membutuhkan alam untuk menyediakan air. Kami perlu kembali ke alam dan membangunnya kembali dari awal,” ujar Núñez.

Pada tahun 2011, Núñez ikut serta dalam peluncuran proyek multi-negara yang disebut Kemitraan Dana Air Amerika Latin. Proyek ini mengumpulkan dana jutaan dolar dari kelompok konglomerat, termasuk produsen minuman botol soda terbesar di dunia.

Mereka diundang untuk berinvestasi dalam proyek air di kawasan Amerika Latin dan Karibia. Kemitraan ini membentuk 24 program pendanaan air dan membentuk serangkaian pedoman untuk menetapkan standar dan praktik terbaik untuk proyek.

Núñez, yang lahir dan besar di Republik Dominika, mempelopori dua pendanaan proyek air di negara asalnya ini. Dua proyek itu bertujuan memulihkan tiga daerah aliran sungai di wilayah Santo Domingo dan di daerah aliran sungai Yaque del Norte, yang merupakan aliran sungai terpanjang di Dominika.

Maksud pendanaan proyek air ini sederhana, kata Patricia Abreu, kepala Dana Air Santo Domingo, yaitu untuk mencari solusi berbasis alam untuk mencapai ketahanan air pada masa depan.

Untuk mencapai hal ini, proyek-proyek tersebut meningkatkan luas kanopi hutan, memastikan pemerintah mengelola sumber daya air secara efisien, menyalurkan air bersih ke masyarakat lokal, dan mewujudkan pemberdayaan ekonomi jangka panjang dan berkelanjutan di daerah pedesaan.

Tujuan ini ditargetkan tercapai melalui peran industri yang ramah terhadap lingkungan.

Daerah aliran sungai Yaque del Norte adalah rumah bagi sektor pertanian yang signifikan. Aliran itu, di sisi lain, juga merupakan wilayah metropolitan terbesar kedua di negara ini, yang menyebabkan meningkatnya ketegangan antar pengguna air.

“Sebagai negara kepulauan, kami sangat rentan terhadap perubahan iklim. Dampak perubahan iklaim mengubah cara kerja siklus air,” kata Abreu.

Dari ketersediaan air di seluruh penjuru bumi, hanya 0,5% yang merupakan air tawar yang tersedia untuk keperluan industri, pertanian, dan rumah tangga.

Air ini terdapat di akuifer air tanah, danau air tawar, dan sungai – wilayah yang penting bagi pasokan air dunia, dan berada di dalam ancaman penggundulan hutan, degradasi habitat, dan perluasan kota.

Meskipun Amerika Latin memiliki sumber air terbanyak di dunia, 36 juta orang di kawasan ini kekurangan akses terhadap air minum bersih.

Núñez dan Abreu memperkirakan kekeringan di Republik Dominika telah berlangsung sejak tahun 2015, meski penelitian ilmiah mengenai masalah lingkungan di negara tersebut tergolong jarang dilakukan.

“Ini merupakan tantangan besar,” kata Abreu. “Sebagai sebuah negara, Dominika perlu mengumpulkan data yang lebih baik mengenai sumber air, baik air permukaan maupun akuifer bawah tanah," ujarnya.

"Tidak banyak informasi mengenai kondisi sumber air tersebut. Dan Dominika memerlukan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan yang lebih baik, dan untuk mencari tahu bagaimana kami menghadapi ancaman dari sistem yang terdegradasi," tuturnya.

Sebagian besar pekerjaan The Nature Conservancy berkisar pada pengumpulan data, pendidikan, dan melibatkan semua pengguna air – mulai dari perusahaan utilitas publik, perusahaan swasta, hingga komunitas petani pedesaan.

“Tujuan kami adalah untuk melibatkan dan mendidik semua orang mengenai pentingnya melestarikan dan mengelola air dengan benar,” kata Núñez.

“Model ini adalah tentang semua orang yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama,” ucapnya.

Pekerjaan organisasi ini dimulai dari awal ekosistem daerah aliran sungai, pada ketinggian 3.030 kilometer di pegunungan Cordillera Central, yang juga dikenal sebagai Madre de las Aguas. Sekitar 80% penduduk negara ini bergantung pada air dari daerah ini, yang juga merupakan sumber Yaque del Norte.

Lahan tersebut, yang dulunya ditumbuhi tanaman hijau dan subur, kini mengalami degradasi parah, dengan jalan-jalan yang memotong lanskap yang kering, kehilangan pepohonan asli, dan banyak hewan ternak yang merumput.

“Sekarang ada pemahaman bahwa jika kami ingin mengatasi krisis air, kami perlu membangun kembali daerah aliran sungai,” kata Núñez.

Núñez dan timnya mulai mendekati petani skala kecil yang tinggal di daerah pedesaan dan pegunungan. Mereka menawarkan bahwa The Nature Conservancy akan membantu menanam tanaman kopi atau kakao–dua tanaman yang bisa mencegah erosi tanah–sehingga menghasilkan retensi air yang lebih baik di daerah aliran sungai.

Dua tanaman ini juga bernilai ekonomi tinggi. Republik Dominika merupakan eksportir utama kakao yang dipasok dalam skema perdagangan organik yang adil (fair trade). Menanam tanaman yang bernilai seperti kopi dan kakao, menurut Núñez, akan membawa uang ke wilayah pedesaan. Dampaknya, petani akan cenderung setia membudidayakan dua tanaman tersebut.

Selain kopi dan kakao, The Nature Conservacy juga menanam tumbuhan lain untuk melindungi dua tanaman tersebut, sekaligus membantu keduanya tumbuh. Ini adalah sebuah praktik yang dikenal sebagai agroforestri.

Teknik tersebut juga terbukti meningkatkan ketahanan air karena pepohonan menarik air dari tanah dan melepaskannya ke atmosfer sebagai uap melalui proses yang disebut transpirasi, yang menghasilkan curah hujan lokal.

The Nature Conservacy juga melatih petani untuk memantau lahan, membantu mengumpulkan data penting dan membantu menginformasikan proyek-proyek di masa depan dan mengamati kemajuan.

“Para pakar datang dan memberi kami pelatihan tentang cara menanam kakao,” kata Digno Pacheco, seorang petani yang berpartisipasi dalam proyek Santo Domingo.

“Di kota kecil ini tidak banyak pekerjaan yang tersedia. Kami melihat manfaat dari proyek kakao ini karena di masa depan kita bisa memanen kakao, lebih banyak orang bisa bekerja, dan situasi ekonomi kita bisa membaik,” ujarnya.

Pada awalnya sulit untuk meyakinkan petani, kata Núñez, karena hanya ada sedikit kepercayaan terhadap program dari pihak luar. Mereka juga kurang memahami cara kerja daerah aliran sungai.

Butuh waktu berbulan-bulan untuk meyakinkan beberapa petani. Namun sekarang, kata dia, “program ini punya daftar tunggu".

"Petani melihat seberapa baik kinerja tetangga mereka terhadap program kami dan mereka ingin mendaftar," kata Núñez.

Para petani disebutnya mendapat kompensasi karena menanam pohon di lahan pertanian mereka. The Nature Conservancy menjanjikan benih dan pupuk. Hingga saat ini, belum ada petani yang menarik diri dari proyek tersebut.

Proyek ini bertujuan untuk memberikan dampak pada daerah aliran sungai yang bisa memasok air untuk minum, pertanian, dan listrik, dan memberikan manfaat bagi lebih dari 60% populasi Republik Dominika.

Proyek ini juga telah melatih 370 warga untuk melakukan konservasi air dan memulihkan ekosistem penghasil air seluas 3.237 hektare.

“Tidak ada rencana B dalam hal air,” kata Abreu, yang telah melihat secara langsung bagaimana pengelolaan daerah aliran sungai di pegunungan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat kota seperti Dominga Reynoso.

“Ketahanan air sangat penting bagi kehidupan yang berkelanjutan, bagi kesehatan manusia dan bagi pembangunan ekonomi di negara-negara seperti kami,” katanya.

Hingga 40% rumah tangga menghabiskan 12% pendapatan mereka untuk membeli air kemasan, sementara enam dari 10 rumah tangga di perkotaan melaporkan pasokan air yang terputus-putus. Lebih dari dua pertiganya menggunakan botol atau tangki untuk menyimpan air untuk konsumsi sehari-hari.

Kualitas air sama pentingnya dengan kuantitas yang tersedia, menurut Walkiria Estévez, Direktur Proyek Yaque del Norte. Penduduk di daerah miskin berulang kali melaporkan perubahan warna air dan bau dari keran yang dikelola pemerintah sehingga membuat mereka berisiko tertular penyakit serius, termasuk kolera.

Dua pertiga rumah di Dominika tidak memiliki saluran pembuangan limbah yang mengolah air limbah. Ini menyebabkan kontaminasi air tanah, berdasarkan tinjauan Bank Dunia pada tahun 2021. Di ibu kota negara ini, yang memiliki tingkat air olahan tertinggi, hanya 28% air yang dapat diolah.

“Ini adalah masalah yang benar-benar perlu kami atasi,” kata Estévez. “Oleh karena itu kami mulai membangun lahan basah buatan untuk mengolah air limbah secara alami di pedesaan dan pinggiran kota untuk masyarakat.”

Nature Conservancy sejauh ini telah membangun 23 lahan basah di daerah aliran sungai Yaque del Norte, Nizao, Ozama, dan Haina, dengan pengolahan limbah terbesar dari 1.500 keluarga.

Sistem penyaringan alami ini, yang dibangun menggunakan lapisan pasir dan kerikil serta tanaman asli seperti akar wangi, dapat mengurangi polutan hingga 98% tanpa menggunakan bahan kimia atau listrik apa pun, menurut klaim The Nature Conservancy.

Air diserap oleh cekungan yang digali secara manual dan dialirkan melalui pipa setelah disaring melalui lapisan sedimen. Air tersebut kemudian dikembalikan ke sungai atau digunakan untuk mengairi proyek-proyek komunitas yang menanam tanaman skala kecil.

Setelah pembangunan lahan basah, 300.000 meter kubik air limbah bisa diolah setiap tahun sehingga mengalihkan air yang terkontaminasi dari sungai, yang masih digunakan oleh banyak penduduk setempat untuk menampung air untuk mencuci, memasak, mandi, dan membersihkan.

Lahan basah terbaru dibangun di sebuah sekolah, dan tim melatih para guru untuk menggunakan ekosistem buatan untuk mendidik siswa tentang lingkungan dan ekologi.

Bank Dunia baru-baru ini memberikan pinjaman kepada pemerintah Republik Dominika sebesar Rp684 miliar untuk memperluas dan meningkatkan layanan pasokan air bersih dan sanitasi di dua kota di pantai utara negara tersebut. Proyek ini bertujuan untuk menyediakan layanan pengolahan air limbah kepada 90.000 orang dan akses terhadap air bersih untuk 105.000 orang.

Dari angka itu, 12.700 warga di antaranya akan memiliki pasokan air bersih untuk pertama kalinya.

Pemerintah Dominika telah mulai melakukan reformasi kebijakan untuk mengatasi kerangka kerja yang terfragmentasi yang saat ini mencakup sumber daya air, layanan irigasi dan sanitasi, dan merupakan penyebab utama buruknya pengelolaan air.

(Laporan Bank Dunia tahun 2021 menggambarkan sektor air dan sanitasi terkunci dalam “lingkaran setan”.)

Selain itu, pemerintah Dominika juga mengusulkan pembentukan Otoritas Air Nasional untuk menyusun pedoman pengelolaan sumber daya air. Pada tahun 2023, pemerintah meluncurkan program untuk meningkatkan efisiensi penyedia air milik negara.

Meski pemerintah Dominika masih mendorong reformasi legislatif pendekatan dari atas ke bawah, Abreu terus memperjuangkan air di lapangan.

“Yang paling penting bagi saya adalah cara kita mengintegrasikan semua orang di negara ini, untuk bekerja sama demi tujuan yang lebih besar,” katanya. (*)

“Mengumpulkan data memang penting, namun kami menerjemahkan data tersebut ke dalam proyek komprehensif yang benar-benar dapat menjawab tantangan keamanan air,” tuturnya.

Sejauh ini, hasil yang terlihat menunjukkan bahwa pendekatan tersebut berhasil. Lahan yang telah mengalami restorasi secara hati-hati sangat berbeda dengan kawasan yang belum tersentuh: pepohonan sehat dengan dedaunan lebat menghiasi lanskap; aliran sungai mengalir dan jernih, dengan tumbuh-tumbuhan menghiasi tepiannya; rumput hijau subur menutupi perbukitan. Hal ini merupakan kemajuan besar dibandingkan kondisi kering dan gersang yang dihadapi Abreu dan timnya satu dekade lalu.

Selama 10 tahun ke depan, mereka berharap dapat melipatgandakan dampaknya, memperluas ke 15 komunitas lagi, membantu 6.000 orang lainnya mendapatkan akses terhadap air bersih, dan memulihkan setidaknya 4.856 hektare.

Tags : Pangan, Polusi, Masyarakat, Gaya hidup, Hewan-hewan, Kesehatan, Lingkungan, Alam, Sains, Pelestarian,