BISNIS - Meski harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih naik turun, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memprediksi dana dari pungutan ekspor sawit 2021 bisa mencapai Rp45 triliun.
Direktur Utama BPDPKS Eddy Abdurrachman menjelaskan, proyeksi himpunan dana dapat dicapai dengan perhitungan harga CPO tetap berada di level paling tinggi pada tahun 2021. Harganya yaitu 870,77 dolar AS per ton, berdasarkan harga referensi CPO yang ditetapkan Kementerian Perdagangan. "Kami prediksi dengan highest price, maka tahun depan harga tetap seperti sekarang. Saat ini harga CPO 870 dolar AS per metrik ton. Kalau fenomena ini tetap berlanjut, optimistis kami mampu mencapai Rp 45 triliun," kata Eddy pada media, Sabtu (19/12).
Eddy mengaku, perkiraan itu disesuaikan dengan berlakunya penyesuaian tarif pungutan ekspor produk kelapa sawit dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 191 Tahun 2020. saat ini harga CPO masih fluktuatif. Sehingga sulit melakukan proyeksi dengan tepat. Oleh karenanya, BPDPKS juga menghitung proyeksi penerimaan himpunan dana jika harga CPO moderat. Jika harga CPO moderat tahun 2021, BPDPKS memperkirakan himpunan dana dari pungutan ekspor bisa mencapai Rp 36 triliun.
Melalui PMK nomor 191/PMK.05/2020, pungutan ekspor CPO berlaku secara progresif, di mana tarif pungutan ditetapkan berdasarkan batasan lapisan nilai harga CPO. Aturan ini mulai berlaku pada 10 Desember 2020. Adapun tarif pungutan ekspor CPO sebesar 55 dolar AS per ton bila harganya di bawah atau sama dengan 670 dolar per ton.
Pungutan ekspor akan dikenakan 60 dolar per ton bila harga CPO di atas 670 dolar AS per ton hingga 695 dolar per ton. Lalu, pungutan CPO akan menjadi 75 dolar AS per ton bila harga di atas 695 dolar hingga 720 dolar per ton. Pungutan CPO akan kembali naik sebesar 15 dolar untuk setiap kenaikan harga CPO sebesar 25 dolar per ton. Meski baru berlaku 10 Desember, BPDPKS memproyeksi dapat menghimpun dana pungutan sawit hingga Rp 18 triliun pada akhir 2020. "Kita hanya menikmati 20 hari ini. Tetapi, dari situ kita memproyeksikan mudah-mudahan memperoleh dana dari pungutan ekspor itu antara Rp 17 triliun sampai Rp18 triliun untuk tahun 2020," ujarnya.
Harga TBS Riau turun tipis
Sementara Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Zulfadli, melalui Kabid Pengolahan dan Pemasaran, Defris Hatmaja mengakui setelah terus mengalami lonjakan terus-menerus selama akhir tahun 2020, harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit Riau turun tipis pada periode pertama yang mewarnai tahun 2021. Berdasarkan hasil rapat penetapan yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Selasa (6/1/2021), harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit periode 6 - 12 Januari 2021 ditetapkan turun untuk seluruh kelompok umur tanam.
Untuk kelapa sawit dengan kelompok umur 10-20 tahun, turun sebesar Rp5,78/kg atau 0,27% dari harga minggu lalu. "Kelompok umur tanam 10 sampai 20 tahun ditetapkan sebesar Rp 2.174,31 per kg," ungkap Defris.
Untuk harga jual minyak sawit mentah atau Crode Palm Oil (CPO), juga menurun. Untuk harga CPO periode ini ditetapkan sebesar Rp9.521,12/kg. Ini tercatat mengalami penurunan sebesar Rp8,31/kg dari harga pekan lalu sebesar Rp9.529,43/kg. "Sedangkan untuk harga kernel tercatat mengalami kenaikan tipis, yakni naik sebesar Rp3,83/kg dari harga pekan lalu Rp6.661,43/kg. Dan ditetapkan sebesar Rp6.665,26/kg untuk periode ini," katanya.
Adapun daftar harga TBS sawit Riau berdasarkan hasil rapat penetapan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Riau untuk periode 5 - 12 Januari 2021:
Umur 3 tahun Rp1.614,60
Umur 4 tahun Rp1.744,55
Umur 5 tahun Rp1.901,95
Umur 6 tahun Rp1.947,02
Umur 7 tahun Rp2.022,93
Umur 8 tahun Rp2.078,25
Umur 9 tahun Rp2.125,69
Umur 10 - 20 tahun Rp2.174,31
Umur 21 tahun Rp2.084,51
Umur 22 tahun Rp2.074,35
Umur 23 tahun Rp2.065,88
Umur 24 tahun Rp1.981,16
Umur 25 tahun Rp1.934,57
Indeks K: 88,98%
Harga CPO Rp9.521,12
Harga Kernel Rp6.665,26.
(*)
Tags : Tandan Buah Segar, Harga TBS Naik Turun, Harga CPO ,