JAKARTA — Dua kasus subvarian omikron XBB.1.16 atau arcturus dipastikan sudah menginfeksi di Indonesia. Kesimpulan tersebut berdasarkan hasil penelusuran genome sequencing pada akhir Maret 2023. Kini, dua orang yang dinyatakan terkonfirmasi terinfeksi arcturus telah sembuh dan beraktivitas biasa.
"Hasil penelusuran genome sequencing varian baru Covid-19 arcturus sudah menginfeksi di Indonesia."
“Ya, sudah ada dua orang,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, Jumat (14/4).
Dua kasus itu diketahui muncul pada akhir Maret lalu, tepatnya 23 dan 27 Maret. Salah satu pasien diketahui merupakan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Ketika ditanya mengenai asal kasus yang ada itu, Nadia tak memerincinya lebih jauh. Ia hanya memastikan kondisi pasien kini telah sembuh dan hanya bergejala ringan ketika terinfeksi.
Pada akhir Maret, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan arcturus sebagai varian dalam pemantauan sekaligus yang paling menular. Tampaknya, varian baru ini memunculkan gejala baru pada anak-anak, gejala yang jarang terpicu oleh subvarian omikron lainnya.
Pimpinan teknis Covid-19 untuk WHO Maria Van Kerkhove mengatakan, XBB.1.16 dianggap sebagai varian yang sedang diperhatikan oleh badan kesehatan dunia. Arcturus saat ini tengah mendominasi kasus Covid-19 di India.
Dokter anak dan mantan kepala Komite Imunisasi Akademi Pediatri India Vipin Vashishtha mengatakan, gejala varian tersebut meliputi demam tinggi, batuk, dan konjungtivitis atau mata merah gatal.
Sementara itu, ahli epidemiologi di RTI International Richard Reithinger menyebut mungkin terlalu dini mengatakan rangkaian gejala virus benar-benar telah berubah.
“Konjungtivitis sebelumnya telah dilaporkan sebagai gejala Covid-19,” kata Reithinger, dikutip Hindustan Times.
Para peneliti di Truhlsen Eye Institute dari Nebraska Medicine, AS, juga telah mengidentifikasi virus dalam lapisan air mata yang sebelumnya dapat menyebabkan konjungtivitis. Menurut Institute, gejala konjungtivitis terdiri atas mata berair, kemerahan, bengkak, nyeri atau iritasi, gatal, dan keluar cairan.
Asisten dekan penelitian dan profesor di New York Institute of Technology Raj Rajnarayanan mengatakan, XBB.1.16 dan keturunannya berkembang dengan cepat.
XBB.1.16 merupakan rekombinan dari dua subvarian BA.2. Dijuluki sebagai arcturus, XBB.1.16 memicu lonjakan di banyak negara, termasuk Amerika Serikat (AS), Singapura, dan Australia.
Sebuah studi pracetak dari para ilmuwan di University of Tokyo di Jepang menduga varian tersebut menyebar sekitar 1,17 hingga 1,27 kali lebih efisien daripada kerabat XBB.1 dan XBB.1.5.
Oleh karena itu, varian akan menyebar ke seluruh dunia dalam waktu dekat dan tampaknya kuat melawan antibodi jika dibandingkan dengan varian virus lainnya yang menjadi penyebab Covid-19.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialisasi Hematologi Onkologi Medik Prof Zubairi Djoerban mengatakan, Arcturus teridentifikasi di India pada Januari 2023 dan menjadi pemicu lonjakan kasus di wilayah setempat.
“Arcturus bisa ‘lolos’ dari antibodi vaksinasi dan infeksi alamiah,” katanya.
Zubairi mengatakan, hingga saat ini kasus arcturus telah terdeteksi di 20-an negara, termasuk Indonesia. Namun, Zubairi mengimbau masyarakat tak perlu risau.
“Gejalanya lebih ringan dan masyarakat tak perlu panik,” ujarnya.
Kemenkes memperoleh bantuan hibah berupa 24.096 dosis obat antivirus Paxlovid dari Pemerintah AS dan Australia.
“Indonesia harus memiliki obat yang tersedia di dalam negeri. Jadi, ketika seseorang terkena penyakit, mereka tidak perlu panik, mereka tidak harus bergantung pada pemerintah,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Paxlovid adalah obat terbaru bagi pemulihan kesehatan pasien Covid-19. Obat tersebut merupakan obat antivirus oral dengan nama lain nirmatrelvir atau ritonavir. Paxlovid diberikan kepada pasien dengan tingkat keparahan ringan hingga sedang dan berpotensi menjadi berat.
Menkes Budi mengatakan, penyediaan stok obat dalam negeri merupakan upaya pemerintah dalam menjamin masyarakat mudah mengakses obat. “Mereka dapat pergi ke fasilitas kesehatan yang dekat untuk mendapatkan akses ke obat ini,” ujarnya.
Mewabah di India
Arcturus saat ini sedang mewabah India. Rumah sakit di negara tersebut dalam keadaan siaga dan kebijakan masker kembali diperketat. Para ahli meyakini bahwa jenis XBB.1.16 yang baru mendorong gelombang kasus yang telah meningkat 13 kali lipat dalam sebulan terakhir. Namun, kasus Covid-19 yang lebih parah belum ditemukan pada orang yang terinfeksi varian baru ini.
Dr Maria Van Kerkhove, pemimpin teknis Covid-19 WHO, menjelaskan, varian virus ini telah beredar sejak beberapa bulan yang lalu. Namun, pihaknya belum melihat adanya perubahan tingkat keparahan pada individu atau populasi.
“Virus ini memiliki satu mutasi tambahan pada protein lonjakan yang dalam penelitian laboratorium menunjukkan peningkatan infektivitas serta potensi peningkatan patogenisitas,” kata Kerkhove, seperti dilansir The Sun.
Dr Van Kerkhove menyebut bahwa meskipun XBB.1.16 telah terdeteksi di negara lain, sebagian besar sekuensnya berasal dari India. Pekan ini, jumlah kasus di India meningkat sebanyak 3.122 kasus dalam satu hari. Hal ini terjadi ketika Kementerian Kesehatan India mencatat 40.215 infeksi Covid-19 aktif pada 12 April. Para pejabat di negara tersebut sekarang mendesak untuk meningkatkan kembali tes Covid-19.
Sementara itu, WHO melaporkan bahwa lebih dari 500 ribu kasus Covid-19 baru dan lebih dari 2.000 kematian terkait Covid-19 dilaporkan dari 3 April hingga 10 April. Angkanya masing-masing turun 31 persen dan 57 persen dari tujuh hari sebelumnya. (*)
Tags : varian baru covid-19 arcturus, genome sequencing temukan varian baru arcturus, covid-19 arcturus sudah menginfeksi indonesia,