Headline Nusantara   2023/04/15 15:6 WIB

Jelang Lebaran Warga Ramai-ramai Mudik Pulang Kapung, 'Meskipun Ditengah Ancaman Covid Varian Baru Arcturus'

Jelang Lebaran Warga Ramai-ramai Mudik Pulang Kapung, 'Meskipun Ditengah Ancaman Covid Varian Baru Arcturus'
Pemudik lebaran 2023 mulai padat.

JAKARTA - Jelang Lebaran Idul Fitri 1444 Hijriyah, warga ramai-ramai pulamg kapung meskipun ditengah ancaman Covid Varian Baru Arcturus. Tetapi sebagian warga mengaku lebih santai menjelang mudik ke kampung halaman tahun ini meskipun terdapat temuan Covid-19 varian Arcturus atau Omicron XBB.1.16 di Indonesia.

Bagi sebagian lainnya mengatakan bakal mewaspadai penularan Covid terutama terhadap anggota keluarga yang memiliki komorbid, sebagaimana dianjurkan sejumlah ahli kesehatan.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan menyarankan vaksin tambahan bagi masyarakat yang bersiap mudik.

Sejumlah warga Jakarta mengatakan sudah lebih santai menghadapi isu penyebaran Covid-19 menjelang mudik dan lebaran tahun ini jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Saya dulu termasuk yang lebay (berlebihan) takut Covid, tapi sekarang sudah bodo amat. Mau booster saja buat jaga-jaga,” kata Aulia.

Sementara itu, Dina warga Tangerang, Banten mengatakan, “Kayaknya sudah pada lupa sama Covid… yang penting ketemu keluarga di kampung halaman.”

Lainnya, Hikmah yang sudah dua bulan lalu sibuk mencari memesan tiket pulang mengatakan, “Niat kita mau silaturahmi, jadi kita nggak ada pemikiran ke sana [Covid].”

Bagaimanapun, Septa Apriyani yang akhirnya mengantongi tiket naik kereta ke Cirebon, Jawa Barat, masih mempertimbangkan protokol kesehatan.

“Untuk khawatir kena Covid ada, karena anak-anak belum vaksin booster. Jadi selalu pakai bawa hand sanitizer dan pakai masker di tempat umum,” katanya yang akan mengajak serta tiga anak dalam mudik tahun ini.

Dua tahun lalu, pada awal Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi, Dwi terinfeksi virus itu bersama kedua mertuanya saat momen lebaran di Garut, Jawa Barat.

“Jadi mertua punya komorbid, jadi ngedrop-nya beneran. Sampai hilang kesadaran, dan sudah 50:50. Ingat itu saja, agak-agak takut bagaimana gitu,” kata Dwi—yang meminta nama aslinya disamarkan.

Saat memperoleh hasil positif, Dwi langsung melakukan isolasi mandiri. Tapi kedua mertuanya harus mendapat perawatan intensif di ICU lebih dari satu pekan. “Kalau sampai terulang lagi kayak dulu itu, haduh agak berat,” katanya.

“Long-covid yang ibu mertua. Masih sampai kakinya rusak. Dia punya diabetes juga, karena Covid itu,” lanjut Dwi.

Tahun ini, Dwi punya rencana untuk mudik kembali. Ia melakukan langkah antisipasi dengan "minum vitamin yang banyak” agar kondisi kesehatan "segar bugar” ketika menemui kedua mertuanya lagi.

"Cuma tetap pakai masker, pasti. Kalau kayak gini, takutnya terulang lagi,” kata Dwi yang menambahkan mudik dan lebaran harus tetap berjalan, "yang penting yang komorbid dijaga”.

Pengalaman serupa juga disampaikan oleh warga Tangerang, Banten, Putri Sunyi Mareta. Ia memiliki ayah komorbid yang "sudah menjalani cuci darah selama beberapa tahun ini.”

Dalam dua tahun terakhir, ayahnya memilih untuk tetap di rumah saja.

"Tapi tahun ini lebih santai sih menghadapinya, karena Alhamdulillah Bapakku sudah booster dua,” kata Putri.

Lebih lanjut, Putri mengakui bahwa vaksin tambahan ini tidak menjadi jaminan bagi ayahnya tidak tertular. "Paling jaga kebersihan diri saja. Ya intinya lebih santai menghadapi Covid dari tahun-tahun sebelumnya sih,” katanya.

Gelombang mudik di tengah varian baru Arcturus

Puncak mudik tahap pertama tahun 2023 diperkirakan mulai berlangsung hari Jumat 14 April 2023 ini.

Tahun ini, Kementerian Perhubungan memperkirakan gelombang mudik meningkat hampir 50%, dari 86 juta menjadi 123 juta pemudik. Setengah dari jumlah pemudik tersebut menggunakan kendaraan pribadi.

Sehari sebelumnya, pemerintah mengumumkan adanya temuan Covid varian baru bernama Arcturus. Salah satu pasien dengan Arcturus ini diketahui memiliki riwayat perjalanan ke India – negara tempat pertama kali ditemukan varian dengan kode Omicron XBB.1.16.

Menurut ahli virus dari Universitas Udayana, Profesor I Gusti Ngurah Kade Mahardika, imunitas yang terbangun di masyarakat setelah melewati gelombang Omicron, ikut menentukan ketahanan terhadap varian Arcturus.

“Sepanjang dia (Arcturus) dekat dengan varian Omicron, ketahanan imunitas bisa berlangsung,” kata I Gusti Ngurah Kade Mahardika seperti dirilis BBC News Indonesia, Jumat (14/04).

Dalam keterangan sebelumnya, Profesor Gusti juga mengatakan gelombang varian Omicron telah menjadi "berkah” bagai imunitas masyarakat di Indonesia.

“Karena berkahnya adalah dia lebih ringan gejalanya, sehingga lebih cepat menyebar, sehingga proporsi penduduk yang mempunyai antibodi alami, itu lebih banyak dari kita,” tambahnya. 

Sebuah survei serologi yang dilakukan pemerintah, menunjukkan 99% masyarakat Indonesia memiliki antibodi terhadap Covid-19.

Selain itu, Prof. Gusti juga memperingatkan agar seluruh pihak tetap menjaga kelompok rentan yang memiliki komorbid, lanjut usia, dan kelainan imun. Mereka tetap bisa mengalami gejala berat ketika terinfeksi virus Covid.

Peringatan ini juga sempat disampaikan seorang ahli epidemiologi, Masdalina Pane.

“Tetapi bukan berarti kita tidak waspada karena pada mereka-mereka yang berisiko tinggi, yang komorbid, usia lanjut, kelainan imun, itu masih menimbulkan gejala berat. Karena itu, kematian juga akan meningkat, seiring dengan peningkatan kasus,” kata Masdalina.

Eskalasi mobilitas dan pertemuan antarmanusia terus meningkat jelang lebaran. Periode penting bagi virus lebih leluasa menyebar.

Imunitas penduduk yang tinggi, bukan berarti tidak ada kasus baru, kata Epidemiolog Pandu Riono.

“Walaupun imunitas meningkat, itu bukan berarti tidak ada penularan. Tapi [imunitas] menekan risiko supaya tidak jadi berat dan tidak meninggal,“ kata Pandu.

Pandu menambahkan, mereka yang akan mengalami gejala berat dan kemungkinan meninggal adalah yang belum memperoleh vaksin, atau memiliki penyakit bawaan.

“Jadi ini momen yang paling bagus untuk meningkatkan vaksinasi booster, karena vaksinnya tersedia,” kata Pandu yang mengatakan cakupan vaksin tambahan sejauh ini “masih rendah”.

Per Jumat (14/04), capaian vaksin dosis satu seluruh Indonesia baru mencapai 86,6%. Lalu, capaian vaksin dosis kedua sebanyak 74,5% dan dosis ketiga 37,8%.

Khusus kelompok lanjut usia (rentan), cakupan vaksin dosis satu mencapai 84%. Untuk cakupan dosis keduanya 70%, dosis ketiga 33% dan vaksin dosis keempat 2,15%. 

Rendahnya tingkat vaksinasi ini, kata Pandu dikarenakan “masyarakat merasa tidak memerlukan lagi, karena kasus covid sudah turun.”

Pemerintah, kata dia, bisa mengeluarkan tekanan kembali kepada masyarakat untuk mendapatkan vaksinasi.

“Jadi pemerintah sekarang mengimbau bagi mereka yang mau mudik dua minggu lagi atau minggu depan, sekarang berkunjunglah ke pusat kesehatan vaksinasi booster. Kalau tidak, maka akan tidak diizinkan untuk terbang atau naik kereta,” kata Pandu.

Seruan juga perlu diprioritaskan pada kelompok rentan.

“Terutama pemerintah juga mendorong untuk mereka yang lansia dan yang komorbid untuk mendapatkan booster. Walaupun mereka tidak bepergian, tapi kalau lansia itu dikunjungi,” tambah Pandu.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan kepada sejumlah media bahwa pihaknya menyarankan vaksin tambahan bagi masyarakat yang bersiap mudik. “Dianjurkan untuk booster bagi masyarakat,” katanya.

Sejauh ini syarat naik transportasi publik seperti pesawat, kapal, bus dan kereta api masih menggunakan pijakan Surat Edaran No.24/2022 tentang syarat perjalanan dalam negeri di masa pandemi, dan Surat Edaran No.25/2022 tentang syarat perjalanan luar negeri di masa pandemi.

Berikut persyaratan bagi pelaku perjalanan khususnya di dalam negeri:

  • Wajib menggunakan aplikasi PeduliLindungi (SATUSEHAT-sekarang).
  • Usia 18 tahun ke atas wajib vaksinasi booster ketiga.
  • Usia 6-17 tahun wajib vaksin dosis kedua

"Belum (dicabut aturannya), masih pakai itu," kata dokter Nadia melalui pesan tertulisnya, Jumat (14/04). (*) 

Tags : jelang lebaran, idul fitri 1444 hijriyah, warga pulamg kapung, warga mudik lebaran, mudik lebaran ditengah ancaman covid varian baru arcturus,