JAKARTA - Masyarakat semakin pesimis dalam melihat kondisi ekonomi dan berkegiatan usaha setelah pengumuman pemilihan umum dan pemilihan presiden (pilpres) untuk masa bakti 2024-2029.
Hal ini tercermin dari survei Bank Indonesia (BI) mengenai Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) untuk enam bulan ke depan.
Survei pada September 2023 tersebut justru menunjukkan pelaku usaha dan masyarakat pesimis pada kondisi ekonomi, usaha, dan pasar tenaga kerja enam bulan ke depan atau Maret 2024.
Sebagai catatan, Indonesia seharusnya sudah mengetahui siapa pemenang pemilu ataupun presiden baru terpilih pada Maret 2024 mengingat pemilu akan digelar pada 14 Februari 2024.
Jika pilpres hanya berlangsung satu putaran maka masyarakat seharusnya sudah tahu siapa the next presiden pada Maret 2024.
Survei BI menunjukkan Indeks Ekspektasi Penghasilan, Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja, dan Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha pun relatif mengalami penurunan.
INDEK pada September 2023 tercatat 131,1 atau terendah sejak Desember 2022. Kendati demikian, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan ke depanterpantau tetap kuat sebab masih di zona optimis >100.
Ekspektasi penghasilan tercatat dalam zona optimis sebesar 135,2, relatif stabil pada bulan sebelumnya.
Sementara, ekspektasi terhadap ketersediaan lapangan kerja dan kegiatan usaha masing-masing tercatat sebesar 129,6 dan 129,0 pada September 2023, lebih rendah dari 132,5 dan 137,4 pada Agustus 2023.
Survei Bank Indonesia (BI) terkait indeks ekspektasi enam bulan ke depan atau dengan kata lain pasca terpilihnya Presiden dan Wakil Presiden baru terlihat cukup pesimis.
Kondisi ekonomi yang diperkirakan cukup menantang dan sulit di tahun depan alhasil menurunkan minat masyarakat secara serentak baik yang memiliki pengeluaran Rp1-2 juta hingga yang memiliki pengeluaran lebih dari Rp5 juta.
Sementara IEK untuk masyarakat yang memiliki pengeluaran di bawah Rp5 juta terlihat mengalami penurunan setelah pemilu digelar. Hal ini berbeda dengan masyarakat yang memiliki pengeluaran lebih dari Rp5 juta yang mengalami kenaikan tipis sebesar 0,8% menjadi 143,6.
Ini mengindikasikan bahwa masyarakat cenderung untuk menurunkan minat dalam usaha/bisnis atau dengan kata lain masyarakat akan menahan ekspansi usaha/bisnis.
Selain itu, masyarakat dengan pengeluaran rendah pun akan cenderung menahan konsumsinya dan lebih berhemat dalam mengelola keperluan rumah tangganya. Akhirnya ini akan berdampak pada roda perekonomian Indonesia dan pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, dari sisi usia, keseluruhan rentang usia dari 20 tahun hingga lebih dari 60 tahun sepakat bahwa ekspektasi konsumen enam bulan ke depan menurun dibandingkan kondisi saat ini.
Kelompok berumur lebih dari 60 tahun sangat pesimis dengan skor 118,5 atau turun 18,7% dari periode Agustus yang berarti mereka dengan pengalaman dan jam terbang yang tinggi cenderung memilih berhemat dalam konsumsi khususnya akibat sudah tidak berpenghasilan bagi masyarakat lebih dari 60 tahun.
Begitu pula bagi Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha untuk seluruh rentang usia yang pesimis dan didominasi oleh usia yang lebih dari 60 tahun.
Generasi Z maupun generasi milenial yang digadang-gadang sebagai penerus bangsa dengan rentang usia 20 hingga 40 tahun terlihat juga cukup pesimis untuk berkegiatan usaha/bisnis pada enam bulan ke depan.
Ini mengindikasikan bahwa secara umum masyarakat akan cenderung menahan ekspansi bisnis/usaha dan fokus pada bisnis/usaha yang telah ada saat ini.
Tampaknya, mereka wait and see dan terus memantau perkembangan ekonomi global maupun domestik dan jika sudah kondusif, maka bukan tidak mungkin mereka akan shifting dan kembali mengembangkan bisnisnya ke depan. (*)
Tags : bank indonesia, usaha, presiden, wakil presiden 2024, pemilu,